Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Anggota DPR: Banjir Bandang Sumatra Sinyal Keras Kerusakan Hutan

Banjir bandang di Sumatra
Potret banjir bandang di Sumatra. (Dok. BNPB)
Intinya sih...
  • Banjir bandang di Sumatra disebabkan oleh kerusakan hutan dan DAS
  • Johan menekankan perlunya langkah cepat, audit izin, restorasi hutan, dan pembahasan RUU Kehutanan
  • Pemerintah menetapkan status tanggap darurat untuk percepatan mobilisasi logistik dan pemulihan infrastruktur
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Anggota Komisi IV DPR RI Johan Rosihan menyoroti banjir bandang yang melanda sejumlah provinsi di Sumatra. Ia menilai bencana tersebut bukan sekadar fenomena alam, tetapi alarm keras atas kerusakan hutan yang semakin parah.

Banjir bandang di Tapanuli Tengah (TapTeng), Sumatra Utara, menjadi perhatian publik karena banyaknya potongan kayu besar yang terbawa arus. Menurut Johan, kondisi itu menunjukkan adanya praktik pembalakan liar, perambahan kawasan, serta lemahnya pengawasan hutan.

Menurutnya, polanya selalu sama, ketika kawasan hutan di hulu rusak, maka kawasan hilir akan menanggung bencana sebagai dampak dari kerusakan tersebut.

"Ini bukan sekadar bencana alam, tetapi sinyal keras bahwa kerusakan hutan kita sudah pada tingkat yang sangat serius," ujar Johah kepada wartawan, Jumat (28/11/2025).

1. Banjir besar Sumatra konsekuensi kerusakan hutan

Material kayu yang terbawa arus saat banjir bandang di Kota Padang (dok. BNPB)
Material kayu yang terbawa arus saat banjir bandang di Kota Padang (dok. BNPB)

Johan menilai banjir bandang yang terjadi merupakan konsekuensi langsung dari degradasi ekosistem hutan dan daerah aliran sungai (DAS). Ia mendesak Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni segera mengambil langkah cepat dan korektif.

Ia meminta Menhut melakukan audit menyeluruh terhadap izin dan aktivitas pemanfaatan kawasan hutan di daerah terdampak. Ia juga mendorong penindakan tegas terhadap praktik pembalakan liar dan aktor yang terlibat dalam mafia kayu.

Selain itu, Johan menekankan pentingnya restorasi hutan dan rehabilitasi DAS berbasis peta fungsi kawasan, serta penguatan sistem mitigasi dan peringatan dini di wilayah rawan.

“Kami menilai bahwa banjir bandang ini adalah konsekuensi langsung dari degradasi ekosistem hutan dan daerah aliran sungai (DAS),” kata dia.

2. Reformasi tata kelola hutan sudah mendesak

Banjir bandang di Sumatra
Potret banjir bandang di Sumatra. (Dok. BNPB)

Menurut Johan, pemerintah tidak bisa terus-menerus bersikap reaktif setelah bencana terjadi. Banjir besar di Sumatra menegaskan perlunya reformasi tata kelola hutan secara menyeluruh.

Ia juga mendorong agar pembahasan RUU Kehutanan dipercepat untuk memperkuat perlindungan kawasan hutan dan keselamatan masyarakat sebagai prioritas negara.

“Kita tidak bisa terus menerus hanya bereaksi setelah bencana terjadi. Banjir bandang ini mempertegas perlunya reformasi tata kelola hutan,” ujarnya.

Johan turut menyampaikan duka cita mendalam terhadap korban jiwa banjir besar di Sumatra. Ia menyampaikan rasa simpatik atas kerugian besar yang dialami masyarakat setempat.

“Saya menyampaikan duka cita mendalam atas korban jiwa dan kerugian besar yang dialami masyarakat akibat banjir bandang di berbagai wilayah Sumatra,” kata dia.

3. Pemerintah tetapkan banjir Sumatra sebagai tanggap darurat

Menko PMK Pratikno tinjau proses penanganan bencana tanah longsor di Dusun Situkung
Menko PMK Pratikno tinjau proses penanganan darurat bencana tanah longsor di Dusun Situkung, Desa Pandanarum, Kecamatan Pandanarum, Kabupaten Banjarnegara, pada Selasa (18/11/25). (Dok. Kemenko PMK)

Pemerintah telah menetapkan banjir bandang di Sumatra sebagai status tanggap darurat, membuka jalan bagi percepatan mobilisasi logistik, alat berat, tenaga SAR, dan dukungan lintas instansi.

Menteri Koordinator PMK Pratikno memastikan seluruh daerah terdampak telah menetapkan status darurat bencana, yang memungkinkan pemerintah pusat mengerahkan sumber daya penuh sesuai ketentuan hukum.

“Dengan adanya penetapan status darurat, tidak ada hambatan administratif bagi pemerintah pusat untuk memberikan dukungan penuh, termasuk penggunaan Dana Siap Pakai. Pemerintah daerah juga diberikan fleksibilitas dalam pergeseran dan realokasi anggaran,” ujar Menko PMK ini.

BMKG melaporkan, badai Siklon Tropis Senyar memicu hujan ekstrem, angin kencang, banjir besar, tanah longsor, hingga gangguan transportasi laut di tiga provinsi.

BNPB, Basarnas, dan pemerintah daerah juga melaporkan bertambahnya korban jiwa serta kerusakan infrastruktur yang meluas, termasuk jembatan putus dan jalan tertimbun longsor.

Pratikno menegaskan bahwa pemerintah bergerak cepat dalam fase tanggap darurat.

“Bapak Presiden Prabowo telah memerintahkan kami untuk menangani fase tanggap darurat ini secara serius dan cepat. Pada saat yang sama, pemerintah mulai menyiapkan pemulihan agar infrastruktur yang terdampak dapat segera kembali berfungsi,” kata Pratikno.

Share
Topics
Editorial Team
Ilyas Listianto Mujib
EditorIlyas Listianto Mujib
Follow Us

Latest in News

See More

Kemenag Sebut Negara Pastikan Ada Tata kelola Kuat untuk Pesantren

28 Nov 2025, 13:45 WIBNews