Anggota DPR: Perlu Kajian terkait Keekonomian Penggunaan Etanol di BBM

- Pemerintah harus evaluasi produksi etanol jangan sampai impor
- BBM dicampur etanol demi kejar kemandirian energi
- E27 hingga E85 jadi tren di berbagai negara
Jakarta, IDN Times - Anggota Komisi XII DPR RI, Eddy Soeparno menyambut baik wacana pemerintah yang mau menggunakan etanol sebagai bahan campuran bahan bakar minyak (BBM). Ia menilai, tambahan ini akan memperbaiki kualitas BBM sehingga ramah lingkungan.
Kendati demikian, ia menilai, butuh kajian mendalam dari sisi ekonomi apakah campuran etanol dalam BBM akan memberi dampak positif.
"Kami merasa perlu dilakukan pengkajian terkait keekonomian dari produksi etanol tersebut ketika nanti dicampur menjadi salah satu bahan campuran BBM," kata Eddy saat dihubungi, Jumat (10/10/2025).
"Berapa harga BBM tersebut setelah adanya penambahan atau campuran dengan etanol sehingga kita melihat nanti akan terjangkau bagi masyarakat," sambungnya.
1. Pemerintah harus evaluasi produksi etanol jangan sampai impor

Di sisi lain, ia menilai, pemerintah juga harus melakukan evaluasi mendalam terkait etanol tersebut. Jangan sampai pemerintah harus impor karena tidak bisa memenuhi kebutuhan etanol dalam volume besar.
Menurut dia, kondisi ini justru akan menjadi bumerang bagi pemerintah karena bisa membebankan masyarakat. Sehingga pada akhirnya pemerintah harus memberikan subsidi.
"Apakah itu (BBM dicampur etanol) nanti akan menjadi mahal sehingga masyarakat berat untuk mengonsumsinya sehingga akhirnya disubsidi lagi," kata Wakil Ketua MPR RI itu.
2. BBM dicampur etanol demi kejar kemandirian energi

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia membeberkan, pemerintah akan menaikkan kandungan etanol dalam BBM menjadi 10 persen. Wacana ini bertujuan untuk meningkatkan kemandirian energi. Dengan menambah kandungan etanol, maka jumlah BBM yang diimpor bisa berkurang.
Sebagai informasi, saat ini pencampuran etanol sudah dilakukan pada produk Pertamax Green 95, di mana kadarnya mencapai 5 persen.
“Kita mendorong untuk ada E10. Kemarin juga kami rapat dengan Bapak Presiden, Bapak Presiden sudah menyetujui untuk direncanakan mandatory 10 persen etanol,” kata Bahlil dalam acara detikSore: Indonesia Langgas Energi di Sarinah, Jakarta, Selasa (7/10).
Pemerintah berupaya mengejar kemandirian energi, karena saat ini Indonesia mengimpor BBM hingga 1 juta barel per haru.
“Nah sekarang konsumsi BBM itu 1,6 juta barrel per day (bpd). Dan lifting kita kurang lebih sekitar 600 ribu bpd. Jadi kita impor 1 juta bpd,” tutur Bahlil.
3. E27 hingga E85 jadi tren di berbagai negara

Bahlil menjelaskan, pencampuran BBM dengan etanol saat ini tengah ramai dibicarakan di media sosial. Dia menegaskan, hal tersebut bukan sekadar wacana, sebab sejumlah negara sudah lebih dulu menerapkan kebijakan serupa.
Sebagai contoh, Brasil telah mewajibkan pencampuran etanol sebesar 27 persen dalam BBM mereka. Di beberapa wilayah yang memiliki produksi etanol melimpah, bahkan kadar campurannya bisa mencapai E100 atau etanol murni.
"Di Amerika itu mandatorinya E10, tapi ada juga di negara-negara bagian yang sudah E85. Di India itu E20, Thailand E20, Argentina E12, dan lain-lainnya," sebutnya.