Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Cerita Anak Pasien PDP, Ayahnya Sempat Ditolak RS Akhirnya Meninggal

Kisah seorang pasien PDP meninggal dan sempat ditolak RS Rujukan (Instagram/@Davidmmulya)
Kisah seorang pasien PDP meninggal dan sempat ditolak RS Rujukan (Instagram/@Davidmmulya)

Jakarta, IDN Times - David Mulya baru saja kehilangan ayahnya. Sang ayah yang merupakan seorang pasien dalam pengawasan (PDP), meninggal pada 30 Maret lalu. 

Melalui akun Instagramnya, David menceritakan bahwa sang ayah kurang mendapatkan perhatian dari rumah sakit tempatnya dirawat.

David pun membagikan kisah ayahnya di media sosial agar dapat menjadi pelajaran bagi semua orang.

1. Baru pulang dari luar negeri dan bertemu orang yang ternyata terkait klaster Lembang

Kisah seorang pasien PDP (Instagram/@Davidmmulya)
Kisah seorang pasien PDP (Instagram/@Davidmmulya)

David bercerita, sang ayah mulai merasakan demam pada 21 Maret 2020. Kondisinya terus memburuk pada 23 Maret. Awalnya David memutuskan untuk membawa sang ayah ke Rumah Sakit Pondok Indah untuk berkonsultasi dengan dokter.

"Di sana, kami menunggu berjam-jam untuk giliran. Setelah berjam-jam lamanya, akhirnya ia mendapatkan giliran dan diberitahu untuk periksa darah dan x-ray," kata David di akun Instagramnya. Singkat cerita, sang ayah didiagnosa sebagai PDP COVID-19.

Akhirnya keadaan sang ayah dilaporkan kepada Dinas Kesehatan DKI Jakarta dan mereka menunggu informasi lebih lanjut.

David menjelaskan, ayahnya kemungkinan terinfeksi virus corona karena baru saja bepergian ke Singapura dua minggu sebelum demam, dan setelah itu pergi ke Bandung untuk bertemu orang yang ternyata terkait dengan klaster Lembang.

"Kami menunggu selama berhari-hari, namun tidak dapat apa pun dari dinas kesehatan, menghubungi RS Pondok Indah untuk bertanya apakah mereka dapat membantu memberi tahu kapan Dinkes akan menghubungi," ujarnya.

2. Sama sekali tidak dihubungi oleh rumah sakit dan Dinas Kesehatan DKI Jakarta

Ilustrasi tes swab. (IDN Times/Candra Irawan)
Ilustrasi tes swab. (IDN Times/Candra Irawan)

Akhirnya keluarlah hasil hasil tes darah dan CT scan sang ayah di Rumah Sakit Ciputra. Hasilnya dinyatakan negatif Demam Berdarah Dengue (DBD), negatif Thypoid, CRP: 117 dan < dari 5. Namun status thorax: parah dengan banyak bintik-bintik.

"Pada akhirnya saya memutuskan agar ayah mengisolasi diri di rumah sesuai anjuran dan persetujuan dokter, karena keluhannya masih dikatakan sebagai gejala yang ringan," ujar David.

Selain itu dokter mengatakan, kemungkinan besar ayahnya akan mengalami sesak napas pada 2 hari berikutnya, semua ini terjadi pada 25 Maret.

Sang ayah awalnya memang mengatakan tidak mengalami sesak napas. Namun, pada suatu malam David mendapati ayahnya mengalami rapid breathing dan ayahnya mengaku mengalami sedikit sesak napas.

Selama mengalami proses tersebut, David masih tidak mendapat panggilan apa pun dari Rumah Sakit Pondok Indah dan juga Dinas Kesehatan DKI Jakarta, terkait status sang ayah.

3. Ditolak RS rujukan dan tidak mendapat info terkait kondisi sang ayah

Ilustrasi ruang Isolasi COVID-19 Asrama Haji Pondok Gede (Dok. Kemenag)
Ilustrasi ruang Isolasi COVID-19 Asrama Haji Pondok Gede (Dok. Kemenag)

Akhirnya David membawa ayahnya ke beberapa rumah sakit. Pertama adalah RSPI Sulianti Saroso, tetapi kata dia, sama sekali tidak membantu dan menolak ayahnya dengan berbagai alasan.

"Pada saat itu saya marah, saya komplain bahwa saya tidak mendapat solusi dan kabar dari Rumah Sakit Pondok Indah dan dinas kesehatan dan sekarang penolakan, di mana prioritas untuk kasus yang sama seperti ayah saya," kata dia.

Sang ayah akhirnya dirawat di RSUD Pasar Minggu dan dimasukkan ke IGD, mereka melakukan penanganan apa pun yang berkaitan untuk PDP COVID-19.

4. Tidak bisa mengunjungi saat sang ayah dirawat

Ilustrasi ruang isolasi. (ANTARA FOTO/Fauzan)
Ilustrasi ruang isolasi. (ANTARA FOTO/Fauzan)

David membawa ayahnya ke RSUD Pasar Minggu pada pukul 3 pagi dan akhirnya pada pukul 5 pagi perawat keluar dan memberitahu bahwa ayahnya perlu dirawat inap karena kondisinya semakin memburuk.

"Dia juga menjalankan tes swap dan hasilnya akan keluar beberapa waktu, beberapa hari," kata dia.

Dalam kondisi ayahnya sedang dalam perawatan di RSUD Pasar Minggu, David berkomunikasi dengan ayahnya melalui aplikasi percakapan.

"Dia tidak berkata apa-apa, ia hanya melihat saya beberapa kali, saya melambaikan tangan dan berkata I love You Dad, dan ia mengirimkan pesan, "kamu pulang ya, thank you son," ujar dia.

Selama ayahnya berada di RSUD Pasar Minggu, David dan keluarga tidak bisa mengunjungi sang ayah. Mereka hanya berkomunikasi lewat video call.

5. David kecewa ayahnya kurang mendapat perhatian dari rumah sakit

Ilustrasi pasien COVID-19. ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko
Ilustrasi pasien COVID-19. ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko

Setelah dirawat 2 hari di RSUD Pasar Minggu, ayah David meninggal dunia. Kepergian ayahnya dibarengi rasa kecewa David terhadap pelayanan di rumah sakit. 

Dia mengungkapkan, ayahnya kurang mendapat perhatian karena pihak rumah sakit sulit diakses. Ayahnya pernah sampai mengirimi David pesan untuk meminta air minum dan meminta infusnya dipasang kembali karena lepas.

Sistem komunikasi di rumah sakit tersebut, kata dia, sama sekali tidak membantu memberi damai kepada keluarga pasien yang sangat khawatir.

"Saya minta bantuannya segera, tolong kasih tahu saya siapa yang bisa saya ajak berbicara mengenai kondisi ayah saya, karena ini nyawa yang saya bicarakan segera sangat keterlaluan caranya begini," ujar David saat menerima pesan ayahnya meminta air.

Ayah David Mulya meninggal dunia pada 30 Maret 2020. Ia merasa kisah ayahnya perlu dibagikan sebagai pengingat bahwa keluarga juga perlu mengetahui kondisi pasien saat berada di rumah sakit.

"Biarlah apa yang terjadi kepada almarhum ayah menjadi pelajaran bagi Dinkes DKI, RSUD Pasar Minggu, dan RS rujukan lainnya, memang tidak dikasih izin untuk keluarga berkunjung itu sangat dimengerti, tapi setiap keluhan dari pasien patut untuk melakukan tindakan," ujarnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sunariyah Sunariyah
Septi Riyani Maulida
Sunariyah Sunariyah
EditorSunariyah Sunariyah
Follow Us

Latest in News

See More

Rusia Tolak Rencana NATO Bangun Zona Larangan Terbang di Ukraina

23 Sep 2025, 07:09 WIBNews