Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Cerita Delegasi RI Hendak Bawa 7 Pimpinan GAM ke Meja Perundingan

Delegasi Perundingan dengan GAM
Gian Putra Wirjawan (Direktur), Ratno Paskalis Hendrawan (Direktur Utama), Ariawan Wijaya (Komisaris), Hamid Awaluddin (Komisaris Utama), Mursid Setiadji (Komisaris Independen), Edwin Stamboel (Wakil Komisaris Utama) dalam Rapat Umum Pemegang Saham PT Ancora Indonesia Resources Tbk (OKAS) di awal tahun 2025. (Dok. OKAS)
Intinya sih...
  • Lobi parlemen Indonesia untuk visa tujuh pimpinan GAM
  • JK jarang tidur malam selama proses perundingan
  • RI izinkan Aceh dirikan partai lokal
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Ketua delegasi pemerintah Indonesia saat perundingan Helsinki, Hamid Awaluddin, menceritakan salah cerita menegangkan selama proses perundingan bersama Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Di hadapan para anggota Baleg DPR RI, ia menceritakan setiap detail peristiwa yang terjadi 20 tahun silam.

Perjanjian Helsinki menjadi dasar bagi Indonesia dan GAM menyelesaikan konflik bersenjata yang telah berlangsung hampir 30 tahun. Puluhan ribu nyawa hilang dalam konflik ini. Tak sedikit juga anggota dan elite-elite GAM jadi tahanan Indonesia.

Tak pernah hilang dalam ingatan Hamid salah satu momen menegangkan ketika harus membawa tujuh pimpinan GAM ke Eropa. Pikirannya pun gusar hingga membuat asam lambungnya kambuh ketika elite GAM meminta tujuh pimpinannya dibawa ke Eropa untuk dihadirkan dalam meja perundingan itu.

"Ini ada selingan ini, ada yang menarik ini pak. Waktu saya berunding, pimpinan GAM itu meminta tujuh pimpinan GAM itu dibawa ke meja perundingan. itu yang ada di Sukamiskin. Dan saya tidak mengatakan tidak, langsung saya iyakan. Meski pun berikutnya asam lambung saya naik, bagaimana caranya ini?" kata Hamid, dikutip Minggu (14/9/2025).

1. Lobi parlemen Indonesia untuk visa tujuh pimpinan GAM

Pengibaran Bendera Bulan Bintang oleh simpatisan dan eks kombatan Gerakan Aceh Merdeka di halaman Masjid Raya Baiturrahman, Kota Banda Aceh (IDN Times/Saifullah)
Pengibaran Bendera Bulan Bintang oleh simpatisan dan eks kombatan Gerakan Aceh Merdeka di halaman Masjid Raya Baiturrahman, Kota Banda Aceh (IDN Times/Saifullah)

Rasa was-was belum berakhir. Ia pun harus menghadap ke DPR RI untuk meminta restu untuk menerbitkan visa bagi ketujuh pimpinan GAM. Sebelum bertolak ke Senayan, Hamid kembali meyakinkan tujuh pimpinan GAM itu mau bebas permanen atau sementara.

Ketujuh orang itu lantas serempak menyatakan mereka mau bebas permanen. Hamid akhirnya bisa bernafas lega, karena elite GAM di Eropa meminta agar ketujuh orang tak perlu diterbangkan ke Eropa untuk dihadirkan di meja perundingan.

"Ditelepon dalam bahasa Aceh pak, saya gak ngerti apa maksudnya itu. Mungkin dia maki-maki, saya gak paham. Akhirnya Pak Malik menelpon saya, terima kasih Pak Hamid, gak usah mereka berangkat. Alhamdulilah amanlah saya," kenang Hamid.

2. JK jarang tidur malam selama proses perundingan

Jusuf Kalla
Wakil Presiden ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla di kediamannya di Jakarta Selatan, Selasa (17/6/2025). (IDN Times/Aryodamar)

Wakil Presiden ke-10 dan 12 RI, Muhammad Jusuf Kalla (JK) juga hampir tak pernah tidur malam selama proses perundingan tersebut. Dia menjadi tokoh sentral dalam proses perundingan antara pemerintah Indonesia dan GAM.

JK yang berada di Indonesia harus selalu terhubung dengan tim delegasi RI di Helsinki, Finlandia. Setiap satu kata yang keluar dari JK menjadi sangat berarti bagi tim delegasi RI di Finlandia. Sayangnya, perbedaan waktu antara Indonesia dan Finlandia satu dari sekian tantangan yang dihadapinya dalam menyusun kesepakatan yang adil bagi kedua pihak.

"Saya tengah malam, waktu perundingan itu, saya tidak pernah tidur. Karena beda 6 jam. Kalau Hamid [Awaluddin] yang pimpin delegasi Indonesia, itu berunding sampai jam 6 sore. Berarti sampai sini, sampai jam 12.00 malam. Harus nungguin," kata JK dalam rapat bersama Baleg.

Telepon tak pernah lepas dari genggaman JK demi memastikan semua komunikasi berjalan lancar. Dia harus mengambil langkah-langkah strategis dan penuh taktis.

Di sisi lain, Aceh masih harus bangkit dari trauma besar setelah dihantam gelombang besar tsunami berkekuatan 9,1 skala Richter, yang menyapu bersih pesisir Aceh di Indonesia dan berbagai negara di sekitar Samudra Hindia.

"Saya harus berkomunikasi mengambil keputusan, tepat waktu, tidak ada ditunda-tunda. Tidak ada nanti konsultasi dengan pusat, tidak," kata dia.

3. RI izinkan Aceh dirikan partai lokal

Jusuf Kalla
Wakil Presiden ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla di kediamannya di Jakarta Selatan, Selasa (17/6/2025). (IDN Times/Aryodamar)

MoU Helsinki setidaknya menghasilkan 71 butir pasal, di antaranya, Aceh diberi wewenang melaksanakan kewenangan di semua sektor publik. Hasil dari perdamaian itu kemudian dijabarkan melalui UU Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh (UUPA).

Setelah perundingan berhasil mencapai satu titik pemahaman yang sama, pemerintah Indonesia akhirnya mengizinkan Aceh mendirikan partai lokal. Keputusan itu didasarkan dengan partai lokal yang juga berdiri di Papua sebagai daerah otonom.

"UU Otonomi Papua ini ada kalimat yang mengatakan, rakyat Papua berhak mendirikan partai. Itu saja. Ah saya bilang ini, beliau tanya [Hamid], jam 1.00 malam di sini, setuju tentang partai lokal karena ada aturan tentang Papua, yaitu Papua bisa kenapa Aceh tidak bisa?" kata JK.

Selain kekhususan untuk memiliki partai lokal, Aceh juga diberi kekhususan lain terkait bagi hasil sumber daya alam. Pemerintah mengizinkan Aceh mendapat 70 persen bagi hasil dari sumber daya alam yang dikeruk dari wilayah ini.

"Banyak yang nanya kenapa tinggi, saya bilang rakyat Aceh kan rakyat Indonesia juga. Kenapa tidak bisa menikmati daerahnya? Ini bukan untuk orang asing," kata JK.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rochmanudin Wijaya
EditorRochmanudin Wijaya
Follow Us

Latest in News

See More

Momen Teddy Serahkan Surat dari Prabowo ke Eks Menteri Kena Reshuffle

14 Sep 2025, 23:00 WIBNews