Cerita Uya Kuya soal Penjarahan Rumahnya: Ini Semua Dipicu Video Hoaks

- Video lama Uya Kuya dimunculkan lagi dengan narasi baru
 - Uya menceritakan ia bersama keluarga baru tinggalkan rumah 45 menit sebelum dijarah
 - Video yang viral diyakini membuat massa berunjuk rasa di depan rumahnya
 
Jakarta, IDN Times - Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) yang juga publik figur, Surya Utama alias Uya Kuya mengisahkan cerita kelam penjarahan rumahnya di Duren Sawit, Jakarta Timur, akhir Agustus lalu. Ia menduga penjarahan dipicu dari banyaknya video hoaks aksi joget anggota dewan di Gedung DPR RI. Uya tidak membantah ia memang ikut berjoget usai digelar sidang tahunan pada 15 Agustus 2025.
"Joget-joget itu memang ada. Setelah pidato Pak Presiden Prabowo, acara ditutup oleh Ibu Puan, selanjutnya silakan menikmati paduan suara dan ansamble dari mahasiswa Unhan (Universitas Pertahanan). Kami berjoget karena menghargai pemusik di situ. Tapi, kalau dianggap kurang sensitif, saya adalah orang pertama dan satu-satunya anggota DPR yang meminta maaf," ujar Uya di YouTube Denny Surmargo, dikutip Selasa (5/11/2025).
Saat itu, kata Uya, muncul beberapa video yang berisi penampakan dirinya sedang berjoget di sidang tahunan MPR, dengan musik latar yang diubah. Musik latar di video yang viral itu menggunakan musik yang biasa dipasang di klub.
"Video itu dibuat oleh orang yang tidak bertanggung jawab dan diberi caption 'joget-joget merayakan kenaikan gaji Rp3 juta sehari di atas penderitaan rakyat'," tutur dia.
Uya menyadari konten seperti itu tidak hanya satu, namun ribuan dan serentak muncul pada hari yang sama.
"Di situlah orang kena trigger dan berpikir kami joget-joget karena merayakan kenaikan gaji, pada faktanya sampai saat ini tidak ada kenaikan gaji sama sekali," ujar Uya.
1. Video lama Uya Kuya dimunculkan lagi dengan narasi baru

Kemarahan publik terhadap Uya semakin bertambah ketika di media sosial bertaburan video lama milik pembawa acara tersebut, yang juga tengah berjoget. Video itu diberi caption 'gaji Rp3 juta mah kecil, gak cukup beli bensin'. Padahal, kata Uya, ia tidak pernah mengunggh konten dengan narasi semacam itu.
"Orang berpikir saya yang upload dan ngomong. Padahal, setelah joget di DPR tidak ada satu patah kata pun yang saya ucapkan," kata dia.
Selain itu, ada pula video ia merespons bahwa dirinya adalah publik figur, sehingga ia berhak berjoget di DPR. Padahal, video itu direkam ketika ia sedang diwawancarai pada Januari 2025. Sehingga, respons di wawancara itu sudah tak lagi relevan.
"Saya nol statement pada saat itu, gak ngomong apa-apa (setelah kejadian joget-joget di DPR)," tutur dia.
Uya pun menyadari ada pola berbeda dari viralnya ribuan konten mengenai dirinya. Sebab, video itu muncul secara masif.
"Ini benar-benar terstruktur, sistematis, dan masif (TSM) sekali. Saya sadar kok video yang muncul makin banyak. Tapi karena saya positive thinking tidak terpikir gejolaknya akan sebesar ini, sehingga orang percaya itu video asli," katanya.
2. Uya Kuya dan keluarga baru tinggalkan rumah 45 menit sebelum dijarah

Lebih lanjut, Uya mengaku semula berpikiran positif rumahnya tidak mungkin akan dijarah massa. Videonya yang viral diyakini membuat massa akan berunjuk rasa di depan rumahnya di kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur. Namun, ketika rumah politikus Partai NasDem, Ahmad Sahroni, dijarah massa pada 30 Agustus 2025, Uya berubah pikiran.
"Sore sebelum kejadian itu, saya masih berada di rumah yang dijarah. Tapi dua jam sebelum terjadi penjarahan, saya sudah keluar untuk mengurus keluarga yang lain," kata Uya.
Sebelum kejadian, keluarga besar Uya sedang berada di rumah, termasuk mertua Uya, keluarga istri hingga karyawannya.
"Mertua saya baru keluar dari rumah 45 menit sebelum rumah itu dijarah. Mereka tidak bawa apa-apa dan hanya bawa empat lembar baju. Jadi surat-surat berharga pun kami tinggalkan, karena kami tidak kepikiran mereka akan sampai masuk ke dalam rumah. Kami kan keluar supaya aman saja," tutur dia.
3. Anggota Polres Jakarta Timur tidak imbang dengan jumlah massa yang datang

Uya menyebut saat rumahnya dijarah, ia bersama istri berada di apartemennya. Ia menegaskan tidak kabur ke luar negeri seperti narasi di video-video yang beredar di media sosial.
Ia tidak sempat meminta penjagaan ekstra kepada kepolisian. Meskipun personel dari Polres Jakarta Timur sudah berjaga di depan kediaman Uya.
"Anggota dari Polres Jakarta Timur ada di situ. Tapi jumlah orangnya tidak sebanding dengan orang yang datang. Warga-warga yang ada di sekitar rumah justru ikut menjaga rumah. Mereka bisa menahan hingga 1,5 jam hingga 2 jam," tutur Uya.
Ia bahkan mendapat laporan para penjarah rumahnya bukan warga di sekitar. Orang kepercayaan Uya melaporkan ada pihak tertentu yang membawa mobil besar untuk mengangkut massa. Ada pihak tertentu juga yang mengkoordinasikan agar massa masuk ke dalam rumah.
"Ada motor-motor dengan nomor pelat daerah. Orang-orang ini yang memberikan komando agar massa masuk ke dalam, mendobrak pintu, menyuruh orang di belakangnya masuk, setelah itu mereka pergi. Kayak buka jalan," katanya.
Uya melihat pola serupa juga terjadi di rumah lain yang dijarah saat itu. "Jadi, ada semacam korlap (koordinator lapangan) yang masuk, suruh ambil barang, mereka pergi. Orang-orang yang terpancing akhirnya ngambil barang-arang itu," tutur dia.


















