Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Deddy Sitorus: PDIP Spesial di Hati Prabowo

IMG-20250722-WA0017.jpg
Ketua DPP PDIP Deddy Sitorus. (IDN Times/Amir Faisol)
Intinya sih...
  • PDIP lebih tua dari Gerindra, memiliki hubungan psikologis
  • Kehadiran kader PDIP dalam acara Prabowo bukan sinyal masuk kabinet
  • Prabowo tegaskan hubungan Gerindra-PDIP seperti adik-kakak, meski demokrasi memungkinkan perbedaan

Jakarta, IDN Times - Ketua DPP PDIP, Deddy Sitorus, mengatakan Presiden RI Prabowo Subianto menempatkan PDIP pada posisi spesial. Hal ini menanggapi pernyataan Prabowo yang menganggap PDIP-Gerindra adik-kakak.

Pernyataan itu disampaikan Presiden Prabowo Subianto dalam pidatonya saat meresmikan peluncuran kelembagaan 80 ribu Koperasi Merah Putih (KMP), di Desa Bentangan, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, Senin (21/7/2025).

"Pernyataan Pak Presiden itu kan cuma untuk menunjukkan bahwa memang beliau menempatkan PDIP pada posisi yang spesial dipikiran beliau," kata dia.

1. Akui PDIP memang lebih tua dari Gerindra

Ketua DPP PDIP Deddy Sitorus mengungkapkan kandang banteng telah bergeser dari Jawa Tengah ke DKI Jakarta. IDN Times/Amir Faisol)
Ketua DPP PDIP Deddy Sitorus mengungkapkan kandang banteng telah bergeser dari Jawa Tengah ke DKI Jakarta. IDN Times/Amir Faisol)

Deddy mengatakan, Gerindra menjadi adik PDIP merupakan hal wajar, karena partai berlambang kepala banteng moncong putih itu telah mewarnai perpolitikan nasional mulai dari PNI 1927, lalu fusi partai-partai sampai sekarang. Sementara Gerindra baru dibentuk sekitar 2004.

"Jadi dari sisi pendirian saja memang jelas kita lebih tua gitu," ujar dia.

Namun, keta Deddy, pernyataan Prabowo itu menandakan PDIP punya hubungan psikologis dengan Gerindra. Di sisi lain, Megawati juga sempat maju bareng Prabowo pada Pemilu 2009 untuk menantang Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai petahanan, yang kala itu berpasangan dengan Boediono.

"Jadi saya kira itu hanya sinyal-sinyal yang ingin ditujukan Pak Prabowo bahwa PDIP punya hubungan psikologis juga dengan Gerindra," kata Anggota Komisi II DPR RI itu.

2. Bukan berarti PDIP bergabung Kabinet Merah Putih

Ketua DPP PDIP, Deddy Sitorus (IDN Times/Amir Faisol)
Ketua DPP PDIP, Deddy Sitorus (IDN Times/Amir Faisol)

Kendati, Deddy tak setuju pernyataan Prabowo dikaitkan dengan PDIP memberikan sinyal masuk kabinet, dengan kehadiran kader-kader PDIP dalam acara itu. Menurut dia, analisa seperti itu masih terlalu jauh, dan kehadiran sejumlah kader banteng itu karena kedudukan anggota legislatif di DPR dan MPR.

"Kehadiran mereka itu kan karena kedudukan dan posisinya masing-masing ada yang dari DPR-MPR, saya kira melihatnya di sana," kata dia.

Sebagaimana diketahui, dalam acara peresmian Koperasi Merah Putih di Jawa Tengah itu, sejumlah kader PDIP turut hadir, termasuk Ketua DPP PDIP Puan Maharani.

3. Prabowo tegaskan Gerindra-PDIP seperti adik-kakak

IMG_20250721_130420_604.jpg
Peluncuran Koperasi Merah Putih oleh Presiden Prabowo Subianto secara virtual di Desa Kekeri Lombok Barat, Senin (21/7/2025). (IDN Times/Muhammad Nasir)

Presiden RI sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, mengatakan hubungan Gerindra dengan PDIP seperti hubungan adik-kakak.

Awalnya, Prabowo membahas niat pemerintah membawa Indonesia lebih baik, sejahtera, dan berdiri di atas kaki sendiri (berdikari), seperti semboyan Presiden pertama RI, Sukarno.

Prabowo menganggap Sukarno sebagai ayah. Ia pun mengaku sebagai penganut ideologi yang dipopulerkan Sukarno, yakni Marhaenisme.

"Saya percaya bahwa niat kita semua adalah ingin Indonesia lebih baik ingin Indonesia sejahtera, ingin Indonesia sungguh-sungguh merdeka, ingin Indonesia bangkit berdiri diatas kaki kita sendiri. Itu semboyan proklamator kita pendiri bangsa kita Bung Karno, yang saya katakan Bung Karno adalah milik seluruh rakyat Indonesia," kata Kepala Negara.

Meski Gerindra dan PDIP bersaudara, kata Prabowo, namun sistem demokrasi yang dianut memungkinkan adanya perbedaan dalam berpolitik. Menurutnya, hal tersebut merupakan sesuatu yang lumrah.

"Tapi benar kita ini karena apa ya, demokrasi kita kan di apa ya, diajarkan oleh negara barat, jadi gak boleh koalisi, satu itu memang benar, harus ada yang di luar, ngoreksi kita, ngoreksi, tapi ya sedulur," imbuh dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rochmanudin Wijaya
EditorRochmanudin Wijaya
Follow Us