Degradasi Hutan Puluhan Tahun Jadi Akar Banjir Besar di Aceh

- Berbagai daerah aliran sungai mengalami degradasi selama puluhan tahun, menimbulkan risiko besar di wilayah Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Tamiang, hingga Langsa.
- Indonesia fokus untuk pemulihan dan restorasi lingkungan agar terbangun harapan sedikit untuk ketangguhan di masa depan.
- Hingga hari ketujuh kondisi banjir banyak wilayah masih terisolir seperti Peunaron, Aceh Timur, Langsa, hingga Aceh Tamiang yang dekat dengan Medan.
Jakarta, IDN Times - Direktur Yayasan Hutan Alam Lingkungan Aceh (HAkA) Farwiza Farhan menilai banjir besar yang melanda hampir seluruh wilayah Aceh tahun ini terjadi akibat rangkaian faktor yang saling memperburuk satu sama lain.
“Kerusakan hutan sudah di tahap yang sangat parah dan ketidaksigapan bencana yang ada di pemerintah kita. Sehingga keadaannya bisa seperti ini,” ujarnya dalam program Ngobrol Seru by IDN Times, Senin (1/12/2025).
Menurut Wiza, fenomena curah hujan ekstrem tidak bisa berdiri sendiri sebagai penyebab utama bencana banjir bandang ini.
“Curah hujan yang tidak biasa ketemu dengan kerusakan hutan yang sudah sangat parah sehingga resilience dan ketahanan tanah itu menjadi berkurang jauh,” katanya.
1. Kerusakan hutan puluhan tahun perparah dampak banjir Aceh

Dia menambahkan berbagai daerah aliran sungai telah mengalami degradasi selama puluhan tahun. “Kerusakan hutan yang terjadi 40 tahun yang lalu masih kita rasakan dampaknya sekarang,” ujarnya.
Oleh karena itu, kata dia wilayah Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Tamiang, hingga Langsa terus menanggung risiko besar akibat keputusan tata kelola hutan yang diambil 30-40 tahun lalu.
2. Memperbaiki itu perlu waktu

Wiza mengatakan, Indonesua fokus untuk pemulihan dan restorasi lingkungan agar terbangun harapan sedikit untuk ketangguhan di masa depan. Karena, menurutnya memperbaiki itu perlu waktu.
"Kalau kita nggak mulai sekarang, mungkin kita nggak akan punya kesempatan untuk bisa punya masa depan. Ya, jangankan masa depan. Dulu kan kita bicara soal krisis iklim ini adalah krisis yang akan dihadapi oleh masyarakat masa depan," ujarnya.
3. Banyak wilayah masih terisolasi
Wiza menceritakan, hingga hari ketujuh kondisi banjir banyak wilayah masih terisolasi seperti Peunaron, Aceh Timur, Langsa, hingga Aceh Tamiang yang dekat dengan Medan saja terisolir.
"Jalannya putus di Semadam. Apalagi kita bicara daerah Aceh Tengah, Benar Meriah, Linge itu semua masih terisolir. Banyak teman-teman kita di sana bahkan dan masyarakat dampingan kita bahkan belum mendapatkan bantuan. Begitu banyak yang hanya punya sedikit sinyal bisa mengirimkan pesan di Instagram terus kemudian hilang," kata dia.


















