Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Dikritik, Wali Kota Pekanbaru Ganti Stempel "Keluarga Miskin"

(Idntimes.com/dok.istimewa)
(Idntimes.com/dok.istimewa)

Pekanbaru, IDN Times - Pemerintah Kota (Pemkot) Pekanbaru sudah menyalurkan bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) untuk warga yang terdampak COVID-19. Namun banyak yang mengkritik stempelisasi bertuliskan 'keluarga miskin penerima bantuan' yang dicat warna merah di dinding rumah warga.

Karena banyaknya ktitikan, akhirnya Pemkot Pekanbaru mengganti stempelisasi tersebut dengan sebutan 'keluarga prasejahtera'.

1. Hindari tumpang tindih

IDN Times/Rumah Zakat
IDN Times/Rumah Zakat

Wali Kota Pekanbaru Firdaus menyebut, pemberian stempelisasi di rumah warga yang sudah menerima PKH bertujuan untuk menghindari terjadinya tumpang tindih penyaluran bantuan. "Kami ingin memastikan bahwa bantuan yang diberikan pemerintah itu tepat sasaran," kata Firdaus.

Tanda yang terpasang di rumah sesuai dengan kelompok penerima. Di mana ada penerima PKH, BPNT dan masyarakat rentan miskin. "Kalau yang sekarang ini PKH," sebutnya.

2. Diganti karena tuai kritikan

Paket bantuan yang dibagikan crazy rich Surabayan. Screenshoot video instagram.com/tomliwafa
Paket bantuan yang dibagikan crazy rich Surabayan. Screenshoot video instagram.com/tomliwafa

Sebutan masyarakat miskin mendapat kritikan karena dinilai telah melukai hati dan melecehkan warga yang kurang mampu di Pekanbaru. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Pekanbaru akhirnya mengubah stempelisasi menjadi keluarga prasejahtera.

3. Firdaus sampaikan perumpamaan cerita Abu Nawas

Bantuan sosial yang akan dibagikan Pemkab Simalungun (IDN Times/Patiar Manurung)
Bantuan sosial yang akan dibagikan Pemkab Simalungun (IDN Times/Patiar Manurung)

Dikritik berbagai kalangan, akhirnya Wali Kota Pekanbaru angkat bicara. Melalui video yang diunggah Info Kota Pekanbaru di YouTube, Firdaus menceritakan kisah Abu Nawas yang melewati empat kampung dengan keledainya.

"Jadi gini ya, kalau di agama Islam ada cerita Abu Nawas dengan keledainya melewati empat kampung. Semua warga menyampaikan komentarnya masing-masing, semuanya salah. Jadi begitulah persepsi masyarakat dengan persoalan ini, makanya kita harus samakan persepsi," kata Firdaus, sambil tertawa.

Wali Kota mengatakan, persoalan itu adalah masalah persepsi, karena itu dalam melihat sesuatu gunakanlah seperti mata lebah. Artinya di saat dalam keburukan lebah akan mencari kebaikan, dan jangan menggunakan mata lalat. Karena lalat adalah binatang yang kotor dan tinggal di tempat yang kotor.

"Di taman bunga yang indah dan harumpun lalat akan mencari yang kotor, mari kita gunakan mata lebah dalam melihat sesuatu," tutupnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Virda Elisa
EditorVirda Elisa
Follow Us