Ibu Rumah Tangga di Puncak Papua Dianiaya KKB Pakai Parang

Saksi mata sempat diancam akan dipanah oleh KKB

Jakarta, IDN Times - Kelompok kriminal bersenjata (KKB) diduga melakukan penganiayaan terhadap seorang ibu rumah tangga di Kampung Yulukoma, Distrik Bioga, Kabupaten Puncak, Papua, yakni Deljati Pamean (28). 

"Memang benar pelaku penganiayaan diduga anggota KKB, namun dari kelompok mana masih dalam penyelidikan," ujar Kapolres Puncak AKBP Dicky Saragih, dikutip dari ANTARA, Rabu (17/2/2021).

1. Kronologi penganiayaan

Ibu Rumah Tangga di Puncak Papua Dianiaya KKB Pakai ParangKeluarga dan kerabat dibantu petugas mengidentifikasi salah satu jenazah korban penembakan kelompok kriminal bersenjata (KKB) bernama La Soni (25) di RSUD Mimika, Kabupaten Mimika, Papua, Sabtu (26/10/2019) (ANTARA FOTO/Sevianto Pakiding)

Dicky menjelaskan, insiden tersebut terjadi pada Selasa (16/2/2021) sekitar pukul 13.00 WIT, saat korban sedang berada di rumah yang juga merangkap kios atau warung yang menjual aneka kelontong bersama Hendra Tennan.
 
Saat itu, korban sedang melayani pembeli yang akan berbelanja di kiosnya, lalu datang tiga orang, dua di antaranya menyatakan ingin berbelanja. Sementara seorang lainnya berada di luar, dan salah seorang rekan pelaku menanyakan keberadaan suami korban yang dijawab sedang ke pasar.

Mendengar jawaban korban, kedua orang itu langsung masuk ke dalam kios dan menganiaya korban menggunakan parang, sehingga korban berteriak minta tolong, membuat Hendra Tennan yang juga tinggal di rumah tersebut keluar.
 
Melihat saksi yang mengajar di SMAN 1 Bioga keluar dari kamarnya, kedua pelaku langsung melarikan diri ke arah kali atau sungai kecil. Kemudian saksi membawa korban yang terluka ke puskesmas untuk mendapat perawatan medis.

2. KKB sempat mengancam akan memanah saksi

Ibu Rumah Tangga di Puncak Papua Dianiaya KKB Pakai ParangIlustrasi (ANTARA FOTO/Jeremias Rahadat)

Ketika ditanya tentang kondisi korban mengakui, Dicky mengatakan saat ini kondisinya stabil, dan setelah mendapat perawatan diizinkan pulang.
 
Dari keterangan saksi, terungkap ketiga orang tersebut sempat mengancam memanah Pitter Mutung yang berprofesi sebagai guru, sehingga langsung masuk dan mengunci rumahnya, kata Dicky yang dihubungi dari Jayapura.

3. Konflik Papua memanas, warga Intan Jaya ketakutan dan mengungsi

Ibu Rumah Tangga di Puncak Papua Dianiaya KKB Pakai ParangANTARA FOTO/Iwan Adisaputra

Diberitakan sebelumnya, Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM), dikabarkan masih terlibat kontak senjata dengan pasukan TNI-Polri.

Administrator Diosesan Keuskupan Timika Pastor Marthen Kuayo mengatakan, situasi di Bilogai, salah satu distrik di Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua, semakin memanas.

"Diakibatkan kontak senjata antara TNI-Polri dan OPM sejak tanggal 7 Februari 2021. Akibat eskalasi saling serang antara dua pihak, masyarakat mengalami ketakutan. Ketakutan ini disebabkan ada kecurigaan dari kedua pihak yang saling konflik terhadap masyarakat," kata Marthen lewat surat Keuskupan Timika pada Sabtu 13 Februari 2021, yang diterima IDN Times, Selasa (16/2/2021).

Marthen mengatakan, karena takut, masyarakat mencari perlindungan di tempat yang mereka anggap aman. Masyarakat tiga kampung yang ketakutan, meninggalkan kampungnya dan mencari tempat yaitu Gereja atau Pastoran di Paroki-paroki.

"Jumlah warga masyarakat yang mengungsi di Gereja dan Pastoran Paroki Santo Misael Bilogai kurang lebih ada 600 warga, yang terdiri dari orang-orang dewasa dan anak-anak," ungkapnya.

Marthen melanjutkan, sebagian masyarakat ada yang mengungsi di Nabire dan untuk sementara di tampung di Paroki St. Anonius, Bumiwonorejo, Nabire.

"Stok bahan makanan yang mereka miliki sangat terbatas. Bahkan, di hari pertama yang dapat makan hanya anak-anak. Orang dewasa bertahan dengan bekal yang mereka bawa seadanya dari rumah," ujarnya.

Baca Juga: Pemuka Agama Timika Minta Konflik di Intan Jaya Papua Segera Diakhiri

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya