Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Efektivitas Vaksin COVID-19 Sinopharm Capai 79,34 Persen

ilustrasi vaksin (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)

Jakarta, IDN Times - Farmasi raksasa milik Tiongkok, Sinopharm, mengumumkan bahwa vaksin COVID-19 mereka memiliki efektivitas 79,34 persen. Seperti dikutip dari laman berita CNN pada Rabu (30/12/2020), hasil analisis sementara uji klinis tahap tiga vaksin Sinopharm aman digunakan.

Bahkan, anak perusahaan Sinopharm, Beijing Biological Products Insitute Co mengatakan dua dosis suntikan vaksin COVID-19 Sinopharm mampu menghasilkan antibodi tingkat tinggi. Sinopharm saat ini, sedang mencari persetujuan resmi dari regulator Tiongkok untuk bisa mendistribusikan vaksin tersebut ke publik.

1. Hampir satu juta orang sudah disuntik vaksin COVID-19 Sinopharm

ilustrasi penyuntikan vaksin (IDN Times/Arief Rahmat)

Vaksin COVID-19 keluaran Sinopharm telah disuntikkan kepada ratusan ribu orang melalui izin penggunaan darurat yang disetujui oleh Pemerintah Tiongkok. Bahkan, Sinopharm mengklaim pada November 2020, hampir satu juta orang sudah mendapatkan vaksin tersebut.

Pihak Sinopharm mengatakan vaksin mereka telah memenuhi standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

2. Efektivitas vaksin Shinopharm lebih rendah dari Pfizer-BioNTech dan Moderna

www.modernatx.com

Apabila dibandingkan dengan vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer-BioNTech dan Moderna, efektivitas Sinopharm masih kurang. Sebab, tingkat efektivitas vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech mencapai 95 persen dan Moderna 94,5 persen.

Angka efektivitas Sinopharm juga masih kalah dengan vaksin Sputnik V Rusia yang mencapai 91 persen. Lalu, tingkat kemanjuran 79 persen tersebut juga lebih rendah dari pengumuman Uni Emirat Arab soal efektivitas berdasarkan hasil uji klinis vaksin Sinopharm pada 9 Desember 2020 yaitu 86 persen.

3. Vaksin Sinopharm lebih manjur dibandingkan vaksin dari AstraZeneca

ilustrasi vaksin (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)

Walaupun begitu, vaksin COVID-19 Sinopharm memiliki tingkat kemanjuran lebih tinggi dibandingkan vaksin yang dikembangkan oleh Oxford University dan AstraZeneca, yang rata-ratanya hanya mencapai 70 persen.

Vaksin hasil pengembangan Oxford University dan AstraZeneca itu pertama kali disetujui untuk distribusi di Inggris.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us