Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ekspektasi vs Realita: Pernikahan di Mata Perempuan Lajang dan Yang Sudah Menikah

JAKARTA, Indonesia — Perempuan dan laki-laki memiliki hak dan kewajiban masing-masing dalam pernikahan. Ketika seseorang belum menikah, banyak espektasi yang diharapkan jika mereka kelak membina rumah tangga. Tetapi espektasi tersebut tidak selalu menjadi kenyataan. 

Setidaknya hal tersebut yang tergambar dari penelitian yang dilakukan JAKPAT pada April 2018. Mereka mensurvei sekitar 2.763 responden yang terdiri dari 1.355 perempuan lajang dan 1.326 perempuan yang sudah menikah.

Survei tersebut memperlihatkan bahwa mayoritas perempuan lajang di Indonesia memiliki keinginan untuk menikah, yakni dengan persentase 98,4%. Kebanyakan perempuan ingin untuk membina rumah tangga di masa depan.

Sementara usia yang dianggap ideal untuk menikah bagi para perempuan lajang cukup bervariasi. Kebanyakan dari mereka, sebesar 48,2% berpendapat bahwa usia 26-30 tahun adalah waktu yang tepat untuk menikah. Sementara tidak sedikit juga, sekitar 40,6%, yang berpendapat usia yang tepat untuk menikah adalah 21-25 tahun.

Hasil ini sebenarnya cukup berbeda dari kenyataan yang dialami para perempuan yang sudah menikah dalam survei yang sama. Kebanyakan dari mereka, yakni sekitar 58,9% menikah diusia 20-25 tahun. Sementara hanya 29,0% yang menikah pada usia 26-30 tahun.

Kehidupan setelah menikah

Setelah menikah, kehidupan baru pasangan suami istri akan dimulai. Seorang perempuan, khususnya di Indonesia, sering kali dihadapkan dengan pilihan antara bekerja atau mengurus rumah tangga.

Dalam survei yang dilakukan oleh JAKPAT terungkap bahwa 80,3% perempuan yang masih lajang berkeinginan untuk tetap bekerja setelah menikah nanti, sementara yang ingin fokus menjadi ibu rumah tangga jumlahnya hanya sekitar 19,7%.

Namun pada kenyataannya, pada survei yang dilakukan terhadap para perempuan yang sudah menikah, terlihat bahwa 46,2% rumah tangga dibiayai penuh oleh suami. Itu artinya, sekitar 46,2% perempuan akhirnya fokus mengurus kebutuhan rumah tangga setelah mereka menikah nanti. Meskipun begitu, jumlah perempuan yang ikut bekerja membantu keuangan rumah tangga jumlahnya tetap lebih banyak, yakni 53,8%.

Dari segi pendapatan, kebanyakan perempuan yang masih lajang berkeinginan agar nantinya suami mereka memiliki pendapatan yang lebih tinggi dari mereka. Sebanyak 82,5% perempuan lajang yang disurvei menyetujui hal tersebut. Sementara pada kenyataannya, hanya 63,4% suami yang memiliki pendapatan lebih tinggi dari istrinya.

Bagaimana dengan kamu? Apakah ekspektasi sesuai dengan kenyataan? —Rappler.com

Share
Topics
Editorial Team
Sakinah Ummu Haniy
EditorSakinah Ummu Haniy
Follow Us