Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Hari Anak Seduia, Ini 5 Anak Berpengaruh dengan Aksi Spektakuler

Malala Yousafzai (Dok. Malala Fund)

Jakarta, IDN Times - Hari Anak Sedunia (Universal Children's Day) diperingati setiap 20 November untuk meningkatkan kesadaran akan hak-hak anak dan kesejahteraannya di seluruh dunia. Selain itu 20 November jadi hari yang penting karena jadi momen Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengadopsi Deklarasi Hak-Hak Anak.

Kemudian pada 20 November 1989, PBB juga mengadopsi Konvensi Hak Anak yang menggarisbawahi hak-hak anak untuk hidup, berkembang, dan berpartisipasi secara bebas dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya.

Dilansir situs resmi PBB sejak 1990, Hari Anak Sedunia juga menandai peringatan Majelis Umum PBB mengadopsi Deklarasi dan Konvensi tentang hak-hak anak. Berikut lima daftar anak paling berpengaruh di dunia, dengan berbagai macam rekam jejak dan aksi luar biasa mereka menyuarakan hak anak.

1. Sophie Cruz

Sophie Cruz (Dok/La Paz Chattanooga)

Di tahun 2015, aksi dari Sophie Cruz seorang bocah berusia lima tahun sempat mencuri perhatian publik berkat keberaniannya berbicara di depan umum. Di usia lima tahun, Sophie menyampaikan surat kepada Paus Fransiskus tentang ketakutannya terhadap deportasi keluarga imigrannya.

Sophie Cruz lahir di Amerika Serikat dari imigran tidak berdokumen dari Oaxaca, Meksiko. Orang tuanya telah diizinkan untuk tinggal di Amerika Serikat berdasarkan Program Tindakan yang Ditunda untuk Orang Tua Amerika (DAPA). 

Sejak insiden tersebut, Cruz terus menyeruakan hak-hak para imigran. Dia juga sempat berpidato di Women's March di Washington DC tahun 2015 untuk meminta para warga agar berkerja sama membawa perubahan.

2. Amariyanna Copeny

Potret Amariyanna Copeny terkini (Instagram/littlemissflint)

Dikenal sebagai "Little Miss Flint,"  Amariyanna Copeny memulai aksinya di usia 8 tahun dengan menyurati Presiden Amerika Serikat saat itu, Barack Obama, terkait krisis air di Flint, Michigan. Dia menjelaskan sumber air di tempat tinggalnya telah tercemar logam timbal selama bertahun-tahun dan berharap agar pemerintah memberikan perhatian sekaligus perubahan pada kotanya.

Tak disangka Mari mendapatkan panggilan dari Gedung Putih untuk bertemu dengan Obama. Presiden mengatakan terharu membaca surat dari Mari dan berjanji akan datang ke Michigan. Dia kini aktif dalam kegiatan amal, termasuk mendistribusikan ribuan tas sekolah kepada anak-anak di komunitasnya.

3. Greta Thunberg

Greta Thunberg (tengah) saat ikut demonstrasi di Georgia. (x.com/GretaThunberg)

Nama Greta Thunberg tak asing di kalangan aktivis lingkungan. Gadis ini dikenal sebagai penggerak utama gerakan iklim "Fridays for Future.

Greta memulai protesnya di depan parlemen Swedia pada usia 15 tahun. Dia telah menginspirasi jutaan anak muda di seluruh dunia untuk ikut dalam aksi melawan perubahan iklim.

Terbaru dia bahkan mengkritisi penyelenggaraan KTT COP29 di Baku saat ikut demonstrasi di Tbilisi, Georgia. Dia mengklaim Azerbaijan adalah negara diktator yang bergantung pada ekspor minyak dan terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia (HAM).

4. Malala Yousafzai

Malala Yousafzai (Dok. Malala Fund)

Meski diserang pada usia 15 tahun karena memperjuangkan hak pendidikan perempuan di Pakistan, Malala Yousafzai terus memperjuangkan akses pendidikan universal.

Malala menjadi seorang pembela HAM. Ia pertama kali menyuarakan pendapatnya di tahun 2008 dengan membuat pidato berjudul "Betapa beraninya Taliban merampas haknya untuk bersekolah.

Di tahun 2012, tepatnya saat usianya menginjak 15 tahun, ia sempat menjadi korban penembakan pasukan Taliban. Namun untungnya, nyawa Malala berhasil diselamatkan meski ia harus menjalani operasi pada syaraf wajahnya. Dia menjadi penerima Hadiah Nobel Perdamaian termuda saat berusia 17 tahun. Pada 2020 dia lulus dari Universitas Oxford

5. Jaylen Arnold

Jaylen Arnold (Dok. jaylenschallenge.org)

Terakhir ada anak laki-laki asal Amerika Serikat yakni Jaylen Arnold. Dia adalah pendiri gerakan anti-bullying, Jaylen’s Challenge di usia 8 tahun. Jaylen Arnold adalah pemuda berbakat yang mengidap Tourette Syndrome, OCD, dan Asperger’s sejak usia dini. Meski menghadapi tantangan berat berupa tics motorik dan vokal.

Saat Jaylen Arnold pindah ke sekolah yang lebih besar, ia menghadapi bullying yang memperburuk gangguan Tourette-nya. Stres membuat tics menjadi lebih parah, hingga ia sering mengalami tic yang keras dan tak terkendali. Upaya gurunya untuk membantu dengan memberi tahu siswa lain tentang kondisinya justru membuatnya malu. Akibatnya, dia menjadi bahan ejekan teman-temannya. Gangguan tersebut bahkan menyebabkan Jaylen melukai dirinya sendiri secara tidak sengaja.  Yayasannya bertujuan untuk mengedukasi anak di seluruh Amerika Serikat untuk mencegah bullying.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sunariyah
Lia Hutasoit
Sunariyah
EditorSunariyah
Follow Us