Ikohi: Upaya Fadli Zon Menulis Ulang Sejarah Itu Sia-Sia

- Tak akan bisa hapus fakta sejarah yang sudah terungkap di masyarakat Zaenal menilai upaya penulisan ulang sejarah yang disebut-sebut Fadli Zon sebagai bagian dari penyusunan narasi positif bangsa, tidak akan mampu menghapus fakta sejarah yang telah terungkap luas di masyarakat.
- Upaya membuat narasi sejarah yang positif adalah keliru. Dia menilai gagasan untuk menampilkan sejarah yang lebih positif adalah upaya yang keliru. Dalam catatan Zaenal, sejarah Indonesia memang dibentuk oleh rangkaian peperangan dan perjuangan.
- Pernyangkalan Fadli Zon pada perkosaan massal 98 disebut ngawur. Dia juga menanggapi penyangkalan Fadli
Jakarta, IDN Times - Sekretaris Umum Ikatan Keluarga Orang Hilang (Ikohi), Zaenal Muttaqin menanggapi rencana Menteri Kebudayaan Fadli Zon yang berencana menulis ulang Sejarah Nasional Indonesia adalah upaya yang sia-sia. Bagi Zaenal, langkah Fadli Zon justru menjadi bentuk pengkhianatan terhadap upaya meluruskan sejarah yang selama ini diperjuangkan sejak era reformasi.
Dia menjelaskan, sejak era reformasi, semakin banyak pihak yang berani mengungkap sejarah kelam yang sempat dikubur pada masa Orde Baru.
"Bagi kami, upaya itu upaya sia-sia untuk menutupi sejarah. Karena sejak reformasi, kan hampir semua orang yang peduli dengan sejarah di Indonesia itu kemudian mengungkap, menelusuri, meluruskan sejarah yang ditutup semasa Orde Baru," kata dia kepada IDN Times, dikutip Selasa (17/6/2025).
1. Tak akan bisa hapus fakta sejarah yang sudah terungkap di masyarakat

Zaenal menilai upaya penulisan ulang sejarah yang disebut-sebut Fadli Zon sebagai bagian dari penyusunan narasi positif bangsa, tidak akan mampu menghapus fakta sejarah yang telah terungkap luas di masyarakat. Menurutnya, generasi muda saat ini tidak lagi bergantung pada buku sejarah resmi yang diterbitkan pemerintah.
"Dan ya, dengan rencana penulisan ulang Sejarah Nasional Indonesia itu juga saya kira tidak akan bisa berhasil ya, karena sekarang kan anak-anak muda bisa mengakses semua peristiwa itu. (Tahun) 1998 itu karya-karya jurnalistik, karya film, dokumen, dan sebagainya itu kan sudah banyak tersebar," ujar Zaenal.
2. Upaya membuat narasi sejarah yang positif adalah keliru

Dia menilai gagasan untuk menampilkan sejarah yang lebih positif adalah upaya yang keliru. Dalam catatan Zaenal, sejarah Indonesia memang dibentuk oleh rangkaian peperangan dan perjuangan.
"Dan kalau tujuannya ingin supaya ada narasi positif, memang sejarah Indonesia tidak penuh dengan peperangan? Sejarah kemerdekaan, perang semua. Sejarah kolonial, pahlawan-pahlawan semua itu pahlawan perang semua," kata dia.
Maka menurutnya, menghapus peristiwa kekerasan dalam sejarah bangsa justru akan menghilangkan esensi dari perjuangan rakyat Indonesia itu sendiri.
3. Pernyangkalan Fadli Zon pada perkosaan massal 1998 disebut ngawur

Dia juga menanggapi penyangkalan Fadli Zon pada peristiwa perkosaan massal yang terjadi pada Mei 1998. Pernyataan ini disampaikan oleh Fadli dalam wawancara Real Talk with Uni Lubis berjudul “Debat Panas!! Fadli Zon vs Uni Lubis Soal Revisi Buku Sejarah” yang tayang di kanal YouTube IDN Times pada 10 Juni 2025.
Kekerasa seksual yang dialami perempuan termasuk etnis Tionghoa kala itu, kata dia, telah tertulis sebagai fakta sejarah di laporan Tim Gabungan Pencarj Fakta (TGPF).
"Pertama, itu penyangkalan yang terlalu ngawur ya. Karena itu kan peristiwa '98, kerusuhan '98, di mana ada korban yang terbunuh, ada pemerkosaan massal, dan kebakaran di berbagai tempat di Jakarta, terutama di Mall Klender. Itu kan sebagai fakta sejarah dan ditulis dalam laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) ya, di tahun '98 itu," kata dia.
"Jadi sebenarnya itu tidak bisa disangkal, dan dari peristiwa itu pula yang mendasari dibentuknya Komnas Perempuan. Dari hasil laporan TGPF itu. Jadi sejarah Komnas Perempuan itu kan oleh Pak Habibie, Presiden Habibie, kemudian dibentuk untuk menjaga peristiwa itu," ujarnya.