Kartika Wirjoatmodjo, Bankir Andalan yang Ditunjuk Jadi Wamen BUMN

Jakarta, IDN Times - Presiden Joko "Jokowi" Widodo pada 25 Oktober 2019 lalu akhirnya mengumumkan Kartika Wirjoatmodjo sebagai salah satu dari dua Wakil Menteri BUMN, yang membantu pekerjaan Erick Thohir. Penunjukan pria yang akrab disapa Tiko itu diumumkan oleh Jokowi di Istana Merdeka.
Selain Tiko, mantan Gubernur DKI Jakarta itu turut mengangkat Budi Gunadi Sadikin sebagai Wakil Menteri BUMN. Ketika mengenalkan keduanya, Jokowi mengaku optimistis BUMN akan lebih baik di tangan tiga orang tersebut: Erick, Tiko, dan Budi.
"Saya sudah gak perlu jelaskan, beliau bankir berpengalaman, pernah jadi Dirut Mandiri karena kita tahu portofolio di BUMN gede sekali. Kita memiliki sekitar 140-an BUMN, dengan aset kurang lebih Rp8.400 triliun," kata Jokowi tahun lalu ketika mengumumkan Tiko dan Budi sebagai Wakil Menteri BUMN.
Apa yang disampaikan oleh Jokowi tak berlebihan. Saat ditunjuk sebagai Wakil Menteri BUMN, Tiko masih menjabat sebagai Direktur Bank Mandiri.
Awal karier Tiko sebagai bankir pun tergolong cemerlang. Di era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Tiko pernah diangkat sebagai Kepala Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Ini merupakan kali pertama Menteri BUMN dibantu oleh dua Wamen. Tiko dipercayakan mengawasi BUMN di sektor perbankan dan keuangan.
Lalu, bagaimana rekam jejak Tiko sebelum ditunjuk menjadi Wakil Menteri BUMN?
1. Kartika lulus dari Universitas Indonesia lalu memulai karier sebagai bankir

Kartika lahir di Surabaya pada 18 Juli 1973. Ia menamatkan pendidikan sarjananya di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Lalu, ia melanjutkan studinya di Erasmus University Rotterdam, Belanda pada 2001 lalu.
Lulus dari Erasmus University Rotterdam, Tiko memulai karier sebagai konsultan akuntan dan pajak di RSM AAJ pada 1995-1996. Ia juga pernah menjadi konsultan senior di PwC Financial Advisory Services pada periode 1998-1999 dan Boston Consulting Group pada 2000-2003.
Dari sana barulah ia memulai karier sebagai bankir dengan masuk ke Bank Mandiri pada 2003 lalu, dan menjabat sebagai Kepala Departemen Analisa Strategi dan Keuangan.
2. Kartika sempat ditunjuk menjadi Kepala Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

Sebelum ditunjuk sebagai Direktur Bank Mandiri pada 2016 lalu, Tiko sempat diangkat sebagai Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) pada periode 20140-2015. Menurut data dari KataData, di bawah kepemimpinannya, Tiko berhasil menjual 99 persen saham PT Bank Mutiara kepada investor asal Jepang, J Trust Co pada November 2014 lalu.
Nilai penjualan Bank Mutiara ketika itu mencapai Rp4,41 triliun atau 3,5 kali dari price to book value bank itu. Ini merupakan kesuksesan besar mengingat proses penjualan saham Bank Mutiara sempat mengalami kegagalan tiga kali, yakni pada 2011, 2012, dan 2013.
3. Di bawah kepemimpinan Kartika, Bank Mandiri masuk jajaran Global 2000 Best Employers

Setelah sempat keluar dari Bank Mandiri, Tiko akhirnya 'pulang' kembali ke bank pelat merah itu pada 2016 lalu. Saat itu, ia diangkat menjadi Direktur Utama Bank Mandiri. Pengangkatan Tiko diputuskan bersama dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Di penghujung masa jabatannya, Tiko kemudian terpilih menjadi Wakil Menteri BUMN.
Di bawah kepemimpinannya, Bank Mandiri berhasil masuk ke dalam jajaran 20 besar daftar Global 2000 Best Employers versi Majalah Forbes. Daftar ini membuat Bank Mandiri sejajar dengan perusahaan kelas dunia lainnya seperti Google, Microsoft, Apple hingga Disney.
4. Kartika tercatat memiliki harta kekayaan Rp57 miliar

Sementara, berdasarkan data yang dimiliki oleh KPK, Kartika memiliki harta kekayaan mencapai Rp57 miliar. Informasi tersebut dilaporkan pada 31 Desember 2018 lalu.
Angka kekayaan ini jauh meningkat dibandingkan harta kekayaan yang dilaporkan pada tahun 2017 lalu yakni Rp33 miliar. Dalam data pelaporan tahun 2018, Kartika diketahui memiliki tiga tanah dan bangunan yang berlokasi di Jakarta dan Malang.
Tanah dan bangunan yang berada di Malang dilaporkan oleh Tiko merupakan warisan. Total dari tiga aset itu mencapai Rp33,6 miliar.
Sementara, harta berupa kendaraan roda empat terdiri tiga unit. Namun ketiganya masuk kendaraan mewah yaitu Mini Cooper S AT keluaran tahun 2012 seharga Rp360 juta, Jeep Wrangler 3.6 AT keluaran tahun 2013 dengan nilai Rp360 juta dan Toyota Vellfire keluaran tahun 2016 senilai Rp800 juta.
Ada pula kas dan setara kas yang nilainya mencapai Rp18,3 miliar. Surat berharga nilainya mencapai Rp2,1 miliar dan harta bergerak lainnya nilainya Rp1,3 miliar, sehingga totalnya mencapai Rp57 miliar.