Insiden Ledakan SMAN 72, KPAI Soroti Anak Terpapar Radikalisme

- KPAI meminta pengawasan ketat terhadap anak-anak di sekolah dan lingkungan sosial pasca ledakan di SMAN 72 Kelapa Gading.
- Kasus ini menjadi alarm serius karena pelakunya diduga masih di bawah umur dan terpapar radikalisme hingga terorisme.
- Orang tua diimbau untuk lebih memperhatikan aktivitas anak, termasuk di media sosial, serta KPAI menyoroti lemahnya pengawasan di sekolah.
Jakarta, IDN Times - Menanggapi insiden ledakan di SMAN 72 Kelapa Gading, Jakarta Utara, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) meminta semua pihak memperketat pengawasan terhadap anak-anak, baik di sekolah maupun di lingkungan sosial, menyusul kasus ini berangkat dari bullying hingga membuat adanya tindakan ini
Ketua KPAI, Margaret Aliyatul Maimunah, menilai kasus ini menjadi alarm serius karena pelakunya diduga masih di bawah umur. Apalagi, jika ada indikasi mengarah ke radikalisme hingga terorisme.
"Saya kira, imbauan itu yang perlu menjadi atensi kita bersama. Ini kan problem yang saya kira juga cukup memprihatinkan. Satu, karena terduga pelakunya juga anak-anak. Anak-anak terpapar radikalisme, terorisme berarti dari sisi ini, atau kekerasan, kita belum tahu ya, apakah betul itu benar-benar yang tadi saya sampaikan. Tapi mengarahnya kan berarti sudah jelas dengan aksi ini," ujarnya, Jumat (7/11/2025).
Dia menyatakan, kepolisian masih melakukan pendalaman. Namun, orang tua diimbau untuk lebih memperhatikan aktivitas anak, termasuk di media sosial.
"Bahwa kita, orang tua, mesti melakukan pengawasan, punya atensi ini terkait dengan aktivitas anak. Aktivitas anak baik di kehidupan nyata, bergaul dengan teman-teman, termasuk aktivitas di media sosial. Karena saat ini anak-anak yang terpapar di isu ini, sebagian ya karena terpapar dari media sosial," kata dia.
KPAI juga menyoroti lemahnya pengawasan di sekolah yang memungkinkan benda berbahaya bisa masuk ke lingkungan pendidikan. Dia menegaskan, keamanan di sekolah harus menjadi prioritas, bukan hanya tanggung jawab lembaga pendidikan, tetapi juga pemerintah, masyarakat, dan keluarga.















