Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Instagram Basarnas dan Prabowo Digeruduk Warganet Brasil

juliana jatuh di gunung rinjani
Tim SAR gabungan melakukan proses evakuasi pendaki Brasil yang jatuh di jalur puncak Gunung Rinjani, Senin (23/6/2025). (dok. SAR Mataram)
Intinya sih...
  • Protes warganet Brasil terhadap Basarnas dan Prabowo di Instagram
  • Komentar kekecewaan terkait evakuasi Juliana yang dianggap lambat

Jakarta, IDN Times - Warganet Brasil melayangkan berbagai protes ke akun media sosial Instagram resmi milik Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) dan Presiden RI, Prabowo Subianto.

Protes itu disampaikan melalui kolom komentar terkait peristiwa penanganan terhadap turis asal Brasil bernama Juliana yang jatuh saat mendaki Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Pasalnya, Juliana masih dalam kondisi hidup saat awal kejadian. Namun karena pemerintah melalui Basarnas terkendala proses evakuasi, nyawa Juliana tidak berhasil diselamatkan. Warganet Brasil pun menganggap pemerintah Indonesia lalai.

1. Postingan di Instagram Basarnas dipenuhi komentar warganet Brasil

Berdasarkan penelusuran IDN Times, terdapat beberapa postingan milik Basarnas, @sar_nasional yang diserbu protes warganet asal Brasil. Setidaknya, ada dua unggahan yang paling menonjol hingga mendapatkan ribuan komentar.

Kedua unggahan itu berisi konten informasi mengenai evakuasi Juliana. Postingan pertama mengenai update evakuasi pada 24 Juni 2025 dengan lebih dari 4.100 komentar. Kemudian postingan kedua berisi keterangan konferensi pers dari Kepala Basarnas, Muhammad Syafii mengenai perkembangan penyelamatan yang dikomentari sebanyak lebih dari 3.700 kali.

Melalui kolom komentar, banyak warganet dari Brasil maupun Indonesia yang menyampaikan kekecewaan terhadap proses evakuasi yang dinilai lambat. Tak sedikit pula warganet lainnya yang kontra terhadap narasi tersebut.

"Empat hari tanpa tindakan merenggut nyawa Juliana Marins. Mengetahui lokasinya namun tetap membiarkannya menderita tanpa air, makanan, atau perlindungan mengungkap kombinasi yang tak bisa diterima antara ketidakmampuan dan kelalaian dari otoritas Taman Nasional Rinjani. Kami menuntut investigasi pidana, pemecatan segera, dan tinjauan eksternal terhadap protokol penyelamatan atau kita akan terus menghitung korban jiwa sementara para penanggung jawab bersembunyi di balik alasan," tulis akun @carolina***.

"Pemerintah negara ini, Indonesia, sama sekali tidak punya empati! Benar-benar mengabaikan situasi ini. Anda tidak dapat menyelamatkan Juliana di kedalaman 300 meter, tetapi Anda berhasil menjangkaunya di kedalaman 600 meter? Itu sama sekali tidak masuk akal! Anda akan mendapatkan apa yang pantas anda dapatkan, Anda akan membayar kejahatan ini, di sini atau di kehidupan yang lain," ujar akun @rayfre***.

"Kegagalan total untuk memberikan bantuan! Tim evakuasi sama sekali tidak siap! Di tempat yang banyak turisnya, mereka seharusnya menyiapkan peralatan untuk berjaga-jaga jika terjadi kecelakaan! Ini pengecut! Kami, warga Brasil, sedang berduka atas Juliana," timpal akun @samarabran***.

2. Akun Instagram Prabowo juga ikut jadi sasaran protes warganet Brasil

Sementara, akun Instagram pribadi milik Prabowo, @Prabowo dan akun Presiden RI, @presidenrepublikindonesia juga jadi sasaran protes warganet Brasil. Sejumlah postingan yang diunggah beberapa hari lalu sampai yang paling baru tampak dipenuhi komentar.

"Membaca beberapa komentar, saya mulai memahami ketidakpeduliannya terhadap situasi saat ia menunggu bantuan. Banyak orang di sini mengejek dan mengolok-olok penderitaan Brasil. Yang lain menyalahkan korban. Kepresidenan belum mengeluarkan pernyataan resmi apa pun. Ketika Indonesia menangis karena tsunami pada tahun 2004, dunia pun menangis bersamanya. Saya masih kecil dan membantu dengan sumbangan. Sekarang reaksinya sangat berbeda. Sungguh menyedihkan. Sungguh mengecewakan!," tulis akun @samara***.

"Negara ini ingin hidup dari pariwisata dan tidak memiliki empati terhadap wisatawan. Anda tidak boleh terlalu berhati-hati saat bepergian, terutama ke tempat-tempat yang tidak menganggap turis sebagai sesuatu yang penting," balas akun @rose_***.

3. Kronologi Juliana jatuh di Gunung Rinjani

instagram basarnas dan prabowo diserang netizen brasil
Tim SAR gabungan melakukan proses evakuasi pendaki Brasil yang jatuh di jalur puncak Gunung Rinjani, Senin (23/6/2025). (dok. SAR Mataram)

Dalam keterangan resminya, Basarnas, menjelaskan kronologi proses pencarian dan evakuasi korban mulai dari hari pertama, Sabtu (21/6/2025) sampai hari keempat, Selasa (24/6/2025). Basarnas menerima informasi kondisi kedaruratan terhadap salah satu dari warga Brasil yang sedang melaksanakan wisata pendakian ke puncak Gunung Rinjani pada Sabtu (21/6/2025) pukul 09.40 WITA.

Kepala Basarnas, Syafii, menjelaskan kronologi awal pendaki Brasil jatuh dari tebing dan kenapa Basarnas menerima informasi pada Sabtu (21/6/2025) pukul 09.40 WITA. Karena lokasi jatuhnya korban menuju pos pendakian Sembalun memakan waktu kira-kira lebih dari 8 jam. Dengan begitu, pada saat korban dinyatakan hilang, salah satu dari rombongan pendaki kembali ke Pos Sembalun untuk melaporkan kejadian tersebut.

Sehingga informasi baru diterima pukul 09.40 WITA. Pada saat itu, salah satu rombongan atas nama Mustiadi yang melaporkan telah terjadi kondisi membahayakan manusia terhadap satu orang warga Brasil yang terjatuh di jalur pendakian Gunung Rinjani Lombok Timur. Dengan kronologi kejadian pada pukul 04.00 WITA pada saat melaksanakan summit menuju puncak Gunung Rinjani.

Korban diperkirakan terjatuh dari tebing ke arah Danau Segara Anak dengan perkiraan awal kedalaman 150-200 meter. Korban atas nama Juliana (27), melakukan pendakian melalui pintu Sembalun pada Jumat, 20 Juni 2025 bersama lima orang lainnya dengan kewarganegaraan berbeda.

Tindakan yang diambil pada Sabtu (21/6/2025), pukul 10.21 WITA, Tim SAR gabungan pertama diberangkatkan menuju Last Known Position (LKP) atau posisi terakhir yang diketahui dengan peralatan vertical rescue dengan jumlah personil 5 orang. Kemudian pukul 10.30 WITA, berangkat Tim SAR gabungan kedua, menuju LKP dengan jumlah personel 9 orang. Tim ketiga diberangkatkan menuju LKP dengan jumlah 5 orang, pada pukul 12.30 WITA.

Pada tahap awal yang diberangkatkan tiga Tim SAR gabungan menuju ke LKP. Kemudian Tim SAR gabungan keempat berjumlah 10 orang dan 4 porter menuju LKP pukul 19.38 WITA, melaksanakan droping peralatan dan logistik. Pukul 19.50 WITA, Tim SAR gabungan pertama dan kedua tiba di LKP langsung melaksanakan pencarian.

Begitu informasi diterima, Tim SAR gabungan yang sudah standby langsung diberangkatkan. Dari kantor menuju pos pertama memakan waktu 2-3 jam. Kemudian dari Pos Sembalun menuju LKP diperkirakan 8 jam. Sehingga dari informasi yang diterima kemudian Tim SAR gabungan menuju lokasi pukul 19.50 WITA. Selanjutnya, pukul 20.00 WITA, Tim SAR gabungan melaksanakan observasi karena pada saat itu ada tanda-tanda melihat adanya senter yang masih menyala.

Dari situ, Tim SAR gabungan diturunkan dan juga menggunakan drone thermal untuk mendeteksi posisi korban. Pada pukul 22.05 WITA, Tim SAR gabungan ketiga tiba di lokasi dan bergabung dalam proses observasi. Kemudian dari proses yang dilaksanakan mulai pukul sampai 22.05 WITA, Tim SAR gabungan dan juga drone thermal yang dioperasikan mendeteksi korban belum mendapatkan hasil.

Pada saat itu, kata dia, karena kondisi cuaca dan malam hari, tidak memungkinkan untuk dilanjutkan proses pencarian. Dia mengatakan kondisi medan berupa tebing dan peralatan yang digunakan dihadapkan dengan kondisi cuaca tidak memungkinkan untuk dilanjutkan observasi. Sehingga Tim SAR yang turun melaksanakan observasi dan drone ditarik lagi ke atas serta mereka langsung bermalam di lokasi tersebut.

Sampai akhirnya pada Minggu (23/6/2025) pukul 05.00 WITA, Tim SAR gabungan melaksanakan rapat koordinasi dan pukul 06.00 WITA, dilaksanakan briefing resmi untuk melaksanakan kegiatan pencarian lanjutan. Pada pukul 08.00 WITA, Tim SAR gabungan keempat tiba di Pelawangan Sembalun. Mereka berupaya membantu ke lokasi.

Kemudian, pukul 09.00 WITA, Tim SAR gabungan memberikan informasi bahwa pencarian korban masih terus diupayakan. Namun belum berhasil menemukan korban. Secara tidak langsung sebenarnya drone thermal yang diturunkan harusnya mampu mendeteksi jika korban masih dalam kondisi hidup. Namun pada hari Minggu, tim maupun drone yang dioperasikan belum menemukan hasil.

Pukul 11.00 WITA, pencarian drone dinyatakan tidak bisa maksimal karena kondisi cuaca di ketinggian 9.000 kaki tersebut tidak stabil. Cuaca yang tidak bersahabat menyulitkan upaya yang dilakukan tim rescuer yang turun ke bawah. Sehingga pada pukul 14.00 WITA, tim rescue ditarik lagi ke atas dan standby menunggu sampai cuaca memungkinkan untuk dilanjutkan pencarian.

Namun ternyata sampai malam hari, tidak memungkinkan untuk dilaksanakan pencarian sehingga kegiatan dilanjutkan pada Senin (23/6/2025). Pada hari ketiga pencarian yaitu Senin (23/6/2025), diawali dengan persiapan pada pukul 05.00 WITA, selanjutnya pukul 06.00 WITA, mulai dilaksanakan operasi dengan menerbangkan drone. Kemudian pukul 07.00 WITA, droping peralatan dan tandu ke LKP.

Pada pukul 07.59 WITA, drone thermal yang dioperasikan menemukan atau mendeteksi lokasi korban. Kondisi korban pada saat terdeteksi oleh drone, dalam kondisi tertidur di bebatuan dalam kondisi miring. Setelah sekian lama drone memantau memang tidak ada gerakan.

"Dari situ koordinat baru ditemukan dan posisi korban kalau ditarik garis dari tempat jatuhnya lebih dari 400 meter. Dengan kondisi jurang yang sangat terjal sehingga pada Senin tersebut, banyak potensi SAR yang sangat ingin secepat mungkin mengambil inisiatif untuk bisa menyelamatkan korban," kata dia.

Pada saat itu juga dari hasil koordinasi, ada helikopter dari Bali Air juga ingin membantu dalam proses evakuasi. Namun dari situasi dan kondisi yang ada, sampai pukul 14.49 WITA, tim belum bisa menjangkau lokasi korban.

Kemudian pada pukul 15.30 WITA, ada tim yang diberangkatkan dengan membawa perlengkapan yang memungkinkan untuk membantu proses evakuasi. Korban diperkirakan berada pada kedalaman 400-500 meter. Sementara, rata-rata tali yang dibawa tim rescue panjangnya berkisar 250 meter.

"Sehingga perlu ada tambahan lagi untuk disambungkan lagi. Itu ternyata kondisi jurang tidak memungkinkan untuk membuat tambatan tali tersebut. Sehingga ada dukungan dari bawah untuk melaksanakan evakuasi. Kemudian sampai pada akhirnya cuaca yang tidak memungkinkan untuk bisa dilaksanakan evakuasi," kata dia.

Jenazah pendaki asal Brasil bernama Juliana (27), berhasil dievakuasi dari jurang sedalam 600 meter di jalur puncak menuju Gunung Rinjani, Rabu (25/6/2025). Jenazah selanjutnya dibawa turun dan akan dibawa ke Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Polda NTB di Kota Mataram. Saat ini Tim SAR masih bimbang, apakah akan membawa jenazah Juliana secara manual atau menggunakan helikopter. Sebab cuaca di Rinjani berkabut dan hujan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Aria Hamzah
Deti Mega Purnamasari
Aria Hamzah
EditorAria Hamzah
Follow Us