Telepon Macron Jadi Sorotan dalam Kunjungan Luar Negeri Prabowo

- Presiden Prabowo menyelesaikan kunjungan luar negeri 6 hari, 4 negara, termasuk Sidang Umum PBB ke-80, Expo Osaka Jepang, penandatanganan CEPA di Kanada, dan pertemuan dengan Raja Belanda.
- Pidato Prabowo di PBB menuai apresiasi dunia. Presiden Prancis Emmanuel Macron menelpon langsung, memuji kata-kata yang jelas, kuat, dan menegaskan komitmen kemanusiaan Indonesia di hadapan 193 negara.
- Lawatan juga menghasilkan komitmen investasi Rp380 triliun dari Jepang, penghapusan tarif 90,5% produk Indonesia oleh Kanada, serta pengembalian 30 ribu artefak budaya dari Belanda ke Indonesia.
Jakarta, IDN Times - Lewat unggahan di akun Instagram @sekretariat.kabinet, Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya merangkum rangkaian kunjungan luar negeri Presiden Prabowo Subianto yang berlangsung selama enam hari terakhir. Dalam periode itu, Presiden menghadiri Sidang Umum PBB ke-80 sekaligus melakukan lawatan ke empat negara.
“Bapak Presiden Prabowo Subianto. Jadi hari ini tanggal 26 September 2025, Bapak Presiden Prabowo Subianto sudah selesai melaksanakan rangkaian kunjungan luar negeri. Dalam utamanya adalah Sidang Umum PBB ke-80. Dan dalam 6 hari ini, beliau mengunjungi 4 negara,” kata Teddy dalam unggahan itu, dikutip Sabtu (27/9/2025)
Kunjungan pertama dilakukan di Jepang. Saat transit singkat di Osaka, Presiden Prabowo menyempatkan diri hadir di Pavilion Indonesia pada ajang Expo Osaka 2025. Menurut keterangan Teddy, pertemuan itu menghasilkan komitmen investasi besar.
“Dalam event lima tahunan itu, event budaya tersebut, menurut Menteri Bappenas, telah terjadi komitmen investasi sebesar 23,8 miliar dolar AS atau kira-kira sekitar Rp380 triliun. Itu investasi yang sangat besar,” ujarnya.
1. Sebut pidato Prabowo mendapat sambutan luas

Selanjutnya, Presiden menghadiri Sidang Umum PBB di Amerika Serikat. Indonesia mendapat kehormatan menjadi pembicara ketiga, posisi yang biasanya selalu tetap bagi dua negara lain di urutan pertama dan kedua. Dalam pidatonya, Prabowo menekankan pentingnya persatuan umat manusia di atas perbedaan.
“Kami berbeda dalam race, religion, dan nasionalitas. Namun kita berkumpul hari ini sebagai sebuah keluarga manusia. Kami berada di sini terlebih dahulu sebagai makhluk manusia. Setiap orang menciptakan yang sama, dan berhutang dengan hak yang tidak bisa diterima untuk kehidupan, kebebasan, dan pencari kebahagiaan,” ucap Prabowo dalam sidang yang dihadiri 193 negara anggota PBB.
Teddy menegaskan, pidato itu mendapat sambutan luas, saat berbicara di hadapan 193 negara anggota PBB. Dia mengatakan pernyataan Prabowo berani, tegas dan konkret.
2. Macron menghubungi Prabowo lewat telepon, sampaikan apresiasinya

Salah satu sorotan utama datang dari Presiden Prancis Emmanuel Macron. “Kemudian tadi pagi juga Presiden Macron menelpon beliau langsung, menyampaikan apresiasi dan kebanggaan beliau atas pidato Bapak Presiden," kata Teddy.
Dalam percakapan tersebut, Macron menyampaikan pujian secara terbuka.
“Saya ingin mengucapkan terima kasih atas kata kata Anda yang sangat kuat. Semua orang memperhatikan komitmen Anda dan kata-kata Anda yang sangat jelas dan kuat. Jadi saya ingin mengucapkan terima kasih secara pribadi,” ujar Macron.
Menurut Teddy, reaksi itu menunjukkan pengakuan internasional terhadap kepemimpinan Indonesia.
Selain itu, di New York Presiden juga bertemu Presiden FIFA Gianni Infantino. Keduanya menegaskan komitmen untuk memperkuat pengembangan sepak bola muda Indonesia, terutama menjelang laga kualifikasi keempat Piala Dunia pada 9 dan 12 Oktober mendatang.
3. Belanda sepakat mengembalikan sekitar 30 ribu sumber sejarah Indonesia

Rangkaian kunjungan kemudian berlanjut ke Kanada, di mana ditandatangani perjanjian Indonesia-Kanada CEPA. Melalui kesepakatan ini, Kanada menghapus tarif 90,5 persen produk Indonesia. “Dan itu tentunya berdampak sangat positif bagi perdagangan Indonesia,” kata Teddy.
Lawatan ditutup di Belanda dengan pertemuan bersama Raja Willem dan Ratu Máxima. Belanda sepakat mengembalikan sekitar 30 ribu fosil, artefak, dan dokumen budaya milik Indonesia.
“Dan ini proses pengembalian sebenarnya sudah berjalan lama, tapi alhamdulillah berhasil disepakati tadi, dan ya nanti akan dikembalikan ke Indonesia,” katanya.