Jurnalis Bisa Berobat Gratis di RSPPN, Kemhan: Tunjukkan Kartu Pers

- RSPPN Soedirman akan dijadikan rumah sakit bertaraf internasional.
- Tenaga kesehatan di RSPPN Soedirman harus memiliki kualitas setara dengan tenaga kesehatan internasional.
- Masyarakat bisa menggunakan BPJS untuk berobat di RSPPN Soedirman.
Jakarta, IDN Times - Kementerian Pertahanan mengatakan Rumah Sakit Pusat Pertahanan Negara (RSPPN) Soedirman mengatakan layanan pengobatan gratis bagi jurnalis sudah dapat diakses sejak HUT ke-80 TNI pada Minggu, 5 Oktober 2025. Namun, ada sejumlah dokumentasi yang dibutuhkan untuk bisa mengakses layanan kesehatan gratis itu.
"Proses mendaftarnya nanti menggunakan KTP (Kartu Tanda Penduduk) dan kartu pers yang masih berlaku. PIC (Person in charge) rumah sakit saya siapkan," ujar Kepala Biro Informasi Pertahanan Kemhan, Brigjen TNI Frega Wenas Inkiriwang kepada IDN Times melalui pesan pendek pada Rabu pagi (8/10/2025).
Pihak yang ditunjuk untuk melayani pasien dari jurnalis akan disediakan oleh RSPPN. Layanan pengobatan gratis bagi awak media diumumkan oleh Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin usai melakukan rapat konsultasi teknis di RSPPN Soedirman dengan Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin dan Kepala BPOM, Taruna Ikrar pada Selasa kemarin.
Tiba-tiba Sjafrie di ujung pemberian keterangan pers mengumumkan awak media bisa menikmati layanan kesehatan di RSPPN Soedirman secara gratis. "Semua awak media yang berobat ke sini (RSPPN Soedirman) gratis. Di luar BPJS, (berobat) tanpa BPJS juga gratis," ujar Sjafrie.
1. Menhan ingin RSPPN Soedirman jadi rumah sakit bertaraf internasional

Lebih lanjut, Sjafrie mengatakan ke depan Rumah Sakit Pusat Pertahanan Negara (RSPPN) Soedirman akan dijadikan fasilitas bertaraf internasional. Oleh sebab itu, Kemhan turut menggandeng Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk mewujudkan mimpi itu.
"Dengan rumah sakit bertaraf internasional, maka kami bisa bekerja sama dengan rumah sakit antarnegara. Kami juga bisa mengundang praktik dokter dari mancanegara," ujar purnawirawan jenderal bintang empat itu.
Selain itu, RSPPN berencana kerja sama dengan rumah sakit dari China untuk mengembangkan pengobatan tradisional khas Indonesia. Negeri Tirai Bambu dikenal sudah maju untuk pengobatan tradisional dan bisa berdampingan dengan pengobatan modern. Itu yang ingin dipelajari oleh Indonesia.
Purnawirawan jenderal bintang empat itu yakin, RSPPN Soedirman mampu mengantongi sertifikasi taraf internasional. Sebab, tahap awal infrastruktur sudah dipenuhi.
"Rumah sakit ini memiliki 28 lantai. Lalu untuk kapasitas tempat tidur tersedia 1.000. Kemudian ada 100 ruang perawatan intensif (ICU). Rumah sakit ini juga sudah masuk ke dalam tipe A," katanya ketika menjawab pertanyaan IDN Times pada sore tadi.
RSPPN Soedirman kini tinggal memenuhi persyaratan untuk pengembangan tenaga kesehatan. Sebab, kata Sjafrie, rumah sakit yang baik perlu ditunjang dengan dokter, alat kesehatan, dan perawatan kesehatan.
"Terutama post operation," imbuhnya.
Namun, Sjafrie tidak menjelaskan saat ini sudah berapa banyak dokter spesialis dan dokter umum yang dimiliki oleh RSPPN Soedirman.
2. Tenaga kesehatan di RSPPN Soedirman juga harus bertaraf internasional

Di lokasi yang sama, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, agar suatu fasilitas kesehatan berstandar internasional, dimulai dari kualitas tenaga kesehatan supaya memiliki kualitas yang setara. Salah satu caranya yaitu melalui kerja sama dan kesepakatan pertahanan internasional yang membuka pintu bagi dokter-dokter di RSPPN untuk bisa belajar ke rumah sakit terbaik dunia di luar Indonesia.
"Sebaliknya dokter-dokter terbaik dari dunia juga bisa dititipkan (belajar di RSPPN). Perawat-perawat terbaiknya bisa datang ke sini untuk mengajar di rumah sakit ini. Dengan begitu, kemampuan tenaga medis bisa cepat ter-upgrade. Dengan begitu, kemampuan tenaga medis TNI bisa setara dengan tenaga kesehatan lain di dunia," ujar Budi.
Selain itu, Kementerian Kesehatan setuju RSPPN Soedirman akan menjadi rumah sakit penyelenggara pendidikan utama untuk tujuh dokter spesialis. Hal itu sesuai dengan insruksi Presiden Prabowo Subianto yang ingin ada percepatan jumlah dokter spesialis.
"Ini untuk mengimbangi alat-alat kesehatan yang sekarang sudah terdistribusi ke seluruh rumah sakit di Indonesia. Itu berdasarkan masukan dari Wakasau yang mengatakan ada banyak rumah sakit yang dimiliki oleh TNI, alat modernnya sudah ada, tetapi dokter spesialisnya tidak ada," kata mantan Wakil Menteri BUMN itu.
3. Masyarakat bisa gunakan BPJS untuk berobat di RSPPN Soedirman

Di forum itu, Sjafrie juga menjelaskan RSPPN Soedirman turut menerima perawatan dengan menggunakan BPJS. Ia mengatakan, pelayanan dengan BPJS pun berlangsung cukup baik.
IDN Times sempat menjajal proses pendaftaran secara elektronik di lantai dua rumah sakit tersebut. Prosesnya berjalan cepat dan di meja pendaftaran akan ditanyakan nomor BPJS yang aktif.