Kakek Prabowo, Margono Djojohadikusumo Diusulkan Jadi Pahlawan

Jakarta, IDN Times - Raden Mas (RM) Margono Djojohadikusumo yang merupakan kakek Presiden Prabowo Subianto diusulkan mendapatkan gelar pahlawan nasional 2024.
Wakil Ketua MPR, Eddy Soeparno, menyambut baik usulan tersebut. Menurut dia, Margono adalah inisiator utama dalam mendirikan lembaga keuangan yang menjadi pilar stabilitas ekonomi bangsa, sekaligus memperkuat kedaulatan Indonesia.
“Sebagai mantan bankir, saya mendukung penuh pemberian gelar pahlawan nasional untuk RM Margono Djojohadikusumo. Sejarah mencatat dengan tinta emas bahwa RM Margono dengan semangat kebangsaan yang kuat memimpin upaya mendirikan Bank Sentral Indonesia di republik yang baru merdeka,” ujarnya dalam keterangan, Minggu (10/11/2024).
1. RM Margono berhasil mendirikan Bank Sentral

Menurut Eddy, setelah proklamasi kemerdekaan, salah satu tantangan berat yang dihadapi adalah kedaulatan di bidang ekonomi. Apalagi saat itu Bank Sentral Belanda, De Javasche Bank, jelas-jelas menolak kedaulatan Indonesia sebagai bangsa merdeka.
“Dengan mandat dari Bung Karno dan Bung Hatta, RM Margono berhasil mendirikan Bank Sentral pertama Indonesia, di tengah keterbatasan pemerintah yang baru merdeka, dan masih menghadapi tekanan penjajah Belanda,” ungkapnya.
2. RM Margono berperan aktif

Menurut Wakil Ketua Umum PAN ini, usulan dan terobosan RM Margono untuk membentuk Bank Sentral sekaligus menjadi pemimpin pertamanya, menunjukkan kontribusi yang luar biasa dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
“Sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Agung waktu itu, RM Margono berperan aktif mengusulkan hingga akhirnya mendirikan Bank Negara Indonesia pada 5 Juli 1946. Karena terobosan itulah, beliau diangkat oleh Bung Karno menjadi dirut (direktur utama) pertamanya hingga 1950,” kata Eddy.
3. RM Margono menjadi pionir penegakan kedaulatan ekonomi

RM Margono menjadi pionir dalam menegakkan kedaulatan ekonomi bangsa, sekaligus meletakkan dasar-dasar kebijakan perbankan dalam sistem ekonomi Indonesia.
Sebagai profesional di bidang perbankan dan keuangan internasional selama 27 tahun, Eddy membayangkan, kompleksnya situasi ketika RM Margono memimpin Bank Sentral di negara yang baru merdeka.
“Pak RM Margono dihadapkan pada situasi sulit tekanan ekonomi Belanda yang menolak kedaulatan Indonesia. Di sisi lain, beliau juga harus memberikan pemahaman mengenai literasi keuangan di masyarakat yang waktu itu mayoritas masih buta huruf,” katanya.