Kasus Ratna Sarumpaet, PDIP: Ini Hanya Hadirkan Atraksi Playing Victim

Jakarta, IDN Times - Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto menanggapi tentang dugaan kasus penyerangan terhadap aktivis gerakan #2019Ganti Presiden, Ratna Sarumpaet. Menurut Hasto, pembelaan yang dilakukan oleh kubu calon Presiden Prabowo Subianto kepada Ratna tak tepat.
Ia mengatakan, seharusnya dalam keadaan duka akibat gempa dan tsunami yang melanda Sulawesi Tengah, perhatian masyarakat harus tertuju ke sana, bukan kepada insiden yang menimpa Ratna.
1. Pembelaan kubu Prabowo kepada Ratna di saat Indonesia berduka dinilai tidak tepat

Hasto menduga ada upaya politisasi atas kasus penganiayaan Ratna -- yang notabene memang belum jelas. Harusnya, di saat Indonesia berduka atas bencana yang menimpa Sulawesi Tengah, dirasa Hasto tak tepat bila kubu Prabowo melakukan pembelaan kepada Ratna.
Hasto pun mengungkapkan bahwa tindak tim Prabowo tersebut menunjukkan kepentingan politik lebih diutamakan dibandingkan mendengarkan suara untuk membantu korban bencana alam.
“Kita ini negara hukum. Jika tim pemenangan Prabowo Sandi betul-betul memiliki bukti autentik atas penganiayaan tersebut, segera laporkan polisi. Tempuh jalur hukum dan minta visum et repertum sehingga publik mendapatkan kejelasan atas persoalan tersebut,” kata Hasto dalam keterangan tertulisnya, Rabu (3/10).
2. Kekerasan kepada Ratna disebut hanya hadirkan atraksi playing victim

Lanjutnya, insiden Ratna yang menjadi sorotan publik saat ini adalah salah satu cara mempolitisasi kasus kekerasaan secara sepihak. Itu disampaikan Hasto karena tidak adanya bukti laporan ke polisi dan keterangan resmi dari rumah sakit tempat Ratna dirawat.
“Hanya menghadirkan atraksi playing victim yang tidak etis dan telah mengusik rasa kemanusiaan kita. Sebab saat ini perhatian seluruh bangsa ditujukan pada upaya menolong rakyat yang menjadi korban bencana," ujar Hasto.
3. Hasto bantah kekerasan Ratna ada kaitannya dengan Jokowi

Akibat dari insiden yang terjadi pada Ratna, Hasto pun mengatakan seolah-olah ada penggiringan opini bahwa kekerasan yang terjadi pada Ratna dipertanggungjawabkan kepada kubu Jokowi. Ia pun membantah hal itu dan mengungkapkan Jokowi tak pernah menggunakan tradisi kekerasan.
“Rakyat tahu bahwa Pak Jokowi dan Kiai Ma’ruf tidak memiliki tradisi kekerasan sama sekali. Sementara yang di sana memiliki banyak pengalaman kelam terhadap berbagai bentuk tindak kekerasan," sindirnya.