Kemenag Tawarkan Solusi Kemanusiaan-Lingkungan Konferensi Islam ASEAN

- Kamaruddin Amin menjadi perwakilan Indonesia di Konferensi Islam ASEAN III di Thailand, membahas pesan harmoni, cinta, dan toleransi.
- Dalam konferensi, Kamaruddin menjelaskan prinsip dasar mabadi khairu ummah untuk kemanusiaan dan lingkungan.
- Kamaruddin menawarkan solusi pendidikan multidimensional, kolaborasi regional berfokus pada keberlanjutan, dan kepemimpinan yang bermoral.
Jakarta, IDN Times - Sekjen Kementerian Agama (Kemenag), Kamaruddin Amin, menjadi perwakilan Indonesia menghadiri Konferensi Islam ASEAN III di Thailand. Agenda tersebut digelar dari 25-27 Januari 2025.
Kamaruddin Amin menjelaskan, Konferensi Islam ini digelar untuk menyebarkan pesan harmoni, cinta dan toleransi, mempromosikan perdamaian dan moderasi, serta menolak ekstremisme dan terorisme. Ada enam sesi pada acara tersebut.
Setiap sesinya, ada enam pembicara. Total, ada 36 pembicara yang berasal dari negara ASEAN. Kamaruddin mengatakan, Konferensi Islam ASEAN itu diinisiasi oleh Kerajaan Arab Saudi.
1. Kemenag berbicara bahasa Arab dalam konferensi Islam

Dalam konferensi tersebut, Kamaruddin berbicara dalam bahasa acara dengan membahas pilar umat terbaik (mabadi khairu ummah) untuk kemanusiaan dan keberlanjutan lingkungan.
“Rasulullah SAW sebagai teladan utama telah menunjukkan bagaimana prinsip-prinsip Islam diterapkan dalam membangun masyarakat yang adil, beradab, dan harmonis. Ajaran Rasulullah mencakup hubungan vertikal (hablum minallah), yaitu ketaatan kepada Allah swt, serta hubungan horizontal (hablum minannas), yakni interaksi yang adil dan penuh kasih sayang dengan sesama manusia,” ujar Kamaruddin dalam keterangannya, dikutip Minggu (26/1/2025).
“Rasulullah SAW juga menekankan pentingnya menjaga hubungan dengan alam (hablum minal 'alam), yang mencakup kewajiban untuk merawat lingkungan dan memanfaatkan sumber daya secara bertanggung jawab. Prinsip-prinsip ini terangkum dalam konsep Khaira Ummah,” sambungnya.
2. Penjelasan mabadi khairu ummah

Dalam kesempatan itu, Kamaruddin menjelaskan mengenai mabadi khairu ummah yang memiliki prinsip dasar untuk membangun komunitas ideal dan unggul. Menurutnya, ada lima prinsip utama mabadi khairu ummah.
1. Ash-Shidq (Kejujuran). Kejujuran adalah pilar utama dalam membangun kepercayaan. “Dalam konteks masyarakat modern, kejujuran bukan hanya menjadi dasar hubungan interpersonal, tetapi juga landasan tata kelola pemerintahan dan transparansi dalam berbagai sektor kehidupan,” kata dia.
2. Al-Amanah wal Wafa' bil 'Ahd (Amanah dan Menepati Janji). Amanah melibatkan kemampuan untuk memikul tanggung jawab, baik sebagai individu maupun masyarakat.
“Menepati janji adalah inti dari integritas yang diperlukan dalam hubungan antarmanusia, termasuk dalam menjaga komitmen terhadap kelestarian lingkungan,” ucap kamaruddin.
3. Al-'Adalah (Keadilan). Keadilan adalah prinsip universal yang melampaui batas agama, bangsa, dan kelas sosial. “Prinsip ini mendasari sistem hukum yang inklusif dan mendukung pemerataan sumber daya alam secara berkelanjutan,” kata Kamaruddin.
4. At-Ta’awun (Tolong-menolong). Solidaritas sosial menjadi kunci dalam menghadapi tantangan global, termasuk krisis kemanusiaan dan lingkungan. “Prinsip ini mendorong kolaborasi lintas bangsa untuk menciptakan solusi kolektif,” kata dia.
5. Al-Istiqamah (Konsistensi). Konsistensi dalam menjalankan nilai-nilai Islam memastikan keberlanjutan usaha umat dalam menyelesaikan persoalan manusia dan alam, meskipun menghadapi tantangan besar.
“Prinsip Mabadi Khaira Ummah memiliki relevansi yang sangat kuat dalam menghadapi dua isu utama abad ini: krisis kemanusiaan dan kerusakan lingkungan,” ucap Kamaruddin.
3. Indonesia tawarkan tiga solusi

Kamaruddin kemudian menawarkan tiga solusi utama untuk menguatkan nilai kemanusiaan dan lingkungan. Pertama, penguatan pendidikan multidimensional.
Pendidikan berbasis nilai Islam harus diperkuat dengan mengedepankan aspek spiritual, sosial dan ekologis.
“Negara-negara ASEAN dapat mempromosikan pertukaran pelajar dan program lintas budaya untuk memperkuat pemahaman dan kerja sama antarbangsa dalam semangat Khaira Ummah,” kata Kamaruddin.
Kedua, negara di ASEAN perlu menguatkan kolaborasi egional yang berfokus pada keberlanjutan. Hal ini juga mencakup mengenai pengelolaan hutan yang kolektif, investasi dalam teknologi hijau dan upaya bersama mengurangi emisi karbon.
“Prinsip At-Ta’awun atau tolong-menolong harus menjadi landasan dalam menciptakan kebijakan yang berkeadilan bagi seluruh anggota ASEAN, tanpa meninggalkan negara yang belum maju secara ekonomi,” ujar Kamaruddin.
Ketiga, harus dibangun kepemimpinan yang bermoral. Menurutnya, ASEAN perlu melahirkan pemimpin yang memiliki moral dan teladan dalam menyelesaikan krisis global.
“Kongres ini dapat menjadi langkah awal untuk menyusun forum kepemimpinan Islam yang membahas tantangan regional dan memberikan solusi yang terinspirasi dari mabadi khaira ummah,” ucap Kamaruddin.