Kepala Daerah di Aceh Tak Sanggup Atasi Banjir, Begini Respons Mendagri

- Tidak mampu karena terisolasi dan tak punya kendaraan udaraTito mengatakan, para kepala daerah tidak sanggup mengatasi bencana secara mandiri karena akses yang terputus dan sangat membutuhkan bantuan berupa pangan. Terlebih pemerintah daerah setempat tidak memiliki kendaraan udara untuk mengangkut kebutuhan."Karena apa? Karena dia sendiri tertutup. Dia perlu untuk dukungan satu pangan. Pangannya harus diambil dari luar, menggunakan pesawat. Dia nggak punya pesawat," ungkap Tito.
- Penanganan bencana diambil alih pemerintah provinsi dan pusatOleh sebab itu, Tito memastikan, pemerintah provinsi dan pusat mengambil alih penanganan b
Jakarta, IDN Times - Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Muhammad Tito Karnavian, menilai wajar kepala daerah di Aceh menyatakan tak sanggup mengatasi bencana banjir yang kini melanda berbagai titik hingga membuat sejumlah daerah terisolasi. Menurut Tito, para kepala daerah itu memang tidak akan mampu menangani karena kondisi yang cukup parah.
Pernyataan itu disampaikan Tito menanggapi kabar soal tiga bupati di Aceh yakni Bupati Aceh Timur Iskandar Usman Al-Farlaky, Bupati Aceh Selatan Mirwan MS, dan Bupati Aceh Tengah Haili Yoga menyatakan tidak mampu menangani banjir.
"Khusus tadi misalnya ada kepala daerah yang menyatakan tidak sanggup, ya gimana mau sanggup? Jadi teman-teman wartawan tolonglah, datang ke lokasi dan melihat sendiri. Contohnya Takengon, itu yang Aceh Tengah yang menyampaikan bahwa dia tidak mampu menangani, ya memang nggak mampu. Nggak akan mungkin," kata dia menjawab pertanyaan IDN Times saat jumpa pers di Kantor Kemendagri, Jakarta Pusat, Senin (1/12/2025).
"Bagaimana mungkin kemampuan Pemda Aceh Tengah untuk melakukan mobilisasi alat berat, untuk perbaiki jembatan, perbaiki jalan yang pecah, patah, memperbaiki yang longsor, tertutup. Karena dia terkunci dari utara, dari Lhokseumawe, juga terkunci dari selatan. Jadi jalan-jalannya betul-betul putus. Kondisinya nggak akan mungkin mampu," sambung dia.
1. Tidak mampu karena terisolasi dan tak punya kendaraan udara

Tito mengatakan, para kepala daerah tidak sanggup mengatasi bencana secara mandiri karena akses yang terputus dan sangat membutuhkan bantuan berupa pangan. Terlebih pemerintah daerah setempat tidak memiliki kendaraan udara untuk mengangkut kebutuhan.
"Karena apa? Karena dia sendiri tertutup. Dia perlu untuk dukungan satu pangan. Pangannya harus diambil dari luar, menggunakan pesawat. Dia nggak punya pesawat," ungkap Tito.
2. Penanganan bencana diambil alih pemerintah provinsi dan pusat

Oleh sebab itu, Tito memastikan, pemerintah provinsi dan pusat mengambil alih penanganan bencana di daerah-daerah tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan ialah mengirimkan bantuan melalui jalur udara yang dibawa dari Jakarta dan Medan.
"Maka otomatis minta bantuan kepada pemerintah provinsi atau pemerintah pusat. Akhirnya pusat yang mengambil alih. Dropping dari Jakarta dan dari Medan," tuturnya.
3. Pemerintah pusat pastikan terus berupaya kirim bantuan

Lebih lanjut, Tito menegaskan, pemerintah pusat akan terus berupaya mengirimkan bantuan tanpa membedakan pemda mana yang sudah menyerah atau masih sanggup.
"Tapi pemerintah pusat, mau dia katakan mampu, mau dia katakan nyerah, nggak mampu, pasti kita akan bekerja, membantu, dan itu (bantuan dikirim) sudah sejak hari pertama," tegas Tito.
Pemerintah pusat juga akan terus mendata daerah yang akan didistribusikan bantuan. Termasuk mengirimkan logistik dan memobilisasi alat berat untuk membuka akses yang terputus. Komitmen itu juga sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto yang pada hari ini mengunjungi langsung daerah terdampak bencana.
"Kita menilai sendiri juga mana-mana yang mampu, yang mana yang tidak. Yang kita anggap mampu pun kita bantu. Apalagi yang mengatakan sudah nggak mampu. Memang kita melihat wajar dia mampu dan nggak mampu. Karena di daerah yang tersulit, dia dari mana mau dapat makanan logistik kalau bukan minta bantuan kepada pemerintah yang di atasnya. Terus bagaimana dia mau mobilisasi alat berat? Nggak mungkin, di luar kemampuan dia, dan itu dikerjain dengan pemerintah pusat, Pak Presiden langsung, bahkan hari ini Presiden turun langsung ke Sumatra Barat dan ke Aceh," imbuh dia.

















