Kisah Ketua KPK Firli Bahuri 5 Kali Gagal Jadi Polisi dan Hidup Susah

Jakarta, IDN Times - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri mengisahkan perjalanan hidupnya semasa muda. Firli mengatakan, waktu muda hidupnya serba susah.
Firli merupakan anak bungsu dari enam bersaudara. Ia hidup di sebuah dusun di kawasan Sumatra Selatan.
"Dengan segala keterbatasan ekonomi keluarga, apalagi usai ditinggal wafat ayah, saya menguatkan tekad dan diri untuk terus sekolah setinggi-tingginya agar nasib dapat berubah, seperti kata ibu," ujar Firli dalam keterangan tertulis, Rabu (4/5/2022).
1. Firli harus lakukan barter demi bayar uang sekolah

Ia bercerita, kerap mengayuh sepeda 16 km untuk sekolah dan tanpa alas kaki di saat rekan sebayanya diantar keluarga mereka. Lalu, Firli kecil harus melakukan barter buah kelapa atau durian agar bisa membayar uang sekolah.
"Alhamdulillah kepala sekolah SD menerima kelapa atau durian atau ikan hasil tangkapan sendiri sebagai pengganti uang SPP," ujar Firli.
Ketika SMA, FIrli ikut kakaknya mengontrak di dekat SMA 3 Palembang. Setiap pulang sekolah, Firli dan kakaknya mencari ikan untuk ditukar pisang dan beras ketan.
"Beras ketan dan pisang tersebut dibuat pepes ketan oleh kakak, dan saya yang menjualnya ke warung-kewarung atau dari kampung ke kampung. Dari hasil berjualan pepes ketan, kami gunakan untuk membayar uang sekolah," ujarnya.
"Untuk membeli peralatan dan keperluan sekolah lainnya, saya bekerja sebagai pembantu rumah tangga, tukang cuci mobil, atau menjual spidol yang saya beli di Pasar Cinde, lalu saya jual kembali dengan sedikit keuntungan di Taman Ria Palembang," sambungnya.
2. Firli lima kali gagal jadi polisi

Lulus SMA, mantan Kapolda Sumatra Selatan ini daftar AKABRI karena tak ada biaya untuk kuliah. Namun, ia selalu gagal diterima.
Kemudian, Firli masuk sekolah Bintara dan lulus menjadi sersan polisi. Ia kemudian kembali ikut tes AKABRI, tapi gagal lagi dua kali.
Usia tamat SMA, saya yang jelas tidak memiliki uang untuk melanjutkan jenjang pendidikan di universitas, mendaftarkan diri ikut sekolah yang dibiayai negara yakni AKABRI, 3 kali saya mendaftar, 3 kali juga gagal diterima saat itu.
"Alhamdulillah, tes untuk keenam kalinya ini, saya dinyatakan lulus dan mengikuti pendidikan sebagai seorang perwira polisi. Perlahan namun pasti menggapai bintang, dan akhirnya kini diberikan mandat sebagaimana saat ini untuk berkarya kepada bangsa dan negara, mengabdi untuk ibu pertiwi membebaskan dan membersihkan NKRI dari praktik-praktik korupsi," ujar Firli.
3. Firli sebut pendidikan adalah hal penting

FIrli berpendapat, pengalaman hidupnya merupakan contoh pendidikan adalah hal yang penting. Ia pun mengajak semua pihak untuk mengenyam pendidikan setinggi mungkin seperti tujuan bangsa.
"Di mana dengan bangsa yang cerdas, maka akan membawa kesejahteraan umum bagi segenap rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke, mulai Miangas hingga Pulau Rote," ujar Firli.