KPAI Duga Pelajar Sengaja Dikerahkan Sebagai Tameng dalam Aksi Demo

- KPAI menyoroti keterlibatan pelajar dalam aksi demonstrasi di berbagai daerah.
- Komisioner KPAI Diyah Puspitarini mengungkapkan kekhawatiran serius terhadap kemungkinan adanya pihak yang menggerakkan pelajar secara masif.
- Diyah juga menyoroti potensi penyalahgunaan posisi pelajar dalam demonstrasi, yakni menjadikan mereka sebagai tameng.
Jakarta, IDN Times – Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyoroti maraknya keterlibatan pelajar dalam aksi demonstrasi yang berlangsung di berbagai daerah beberapa waktu belakangan ini.
Komisioner KPAI Diyah Puspitarini mengungkapkan, ada kekhawatiran serius pelajar tidak sekadar hadir secara spontan, melainkan diduga ada pihak yang menggerakkan mereka secara masif.
“Nah, kami dari KPAI ini tidak hanya menerima pengaduan, tapi juga mencoba menganalisis ada fenomena apa dalam aksi ini, sehingga di semua daerah merata pelajar dilibatkan,” ujar Diyah saat konferensi pers di Komnas HAM, Selasa (2/9/2025).
KPAI melihat pola keterlibatan pelajar tampak seragam di banyak daerah, bahkan hingga wilayah pelosok.
“Kami khawatir ada kesimpulan besar dalam aksi ini di beberapa daerah bahwa keterlibatan pelajar ini secara masif digerakkan, dan yang kedua secara perencanaan bahkan mungkin sampai di daerah yang pelosok sekalipun, semuanya pelajar ada,” kata dia.
Lebih jauh, Diyah menyoroti potensi penyalahgunaan posisi pelajar dalam demonstrasi, yakni menjadikan pelajar sebagi tameng.
"Yang kami khawatirkan adalah mereka menjadikan pelajar sebagai tameng. Sebagai tameng dan juga terprovokasi yang sudah diprovokasi, dan mereka paham bahwa pelajar yang ketika nanti ditangkap itu mudah dikembalikan,” kata dia.
Berdasarkan data pemantauan, ratusan anak sempat ditahan aparat dalam aksi sejak 25 Agustus lalu. Di Jakarta, Polda Metro Jaya pada 25 Agustus menahan 150 anak, disusul Polres Jakarta Timur 21 anak, Jakarta Selatan 16 anak, dan Jakarta Barat lima anak. Semuanya sudah dikembalikan ke orang tua.
Pada 28 Agustus, jumlahnya meningkat hingga 200 anak di Polda Metro Jaya, 10 anak di Jakarta Selatan, dan 23 anak di Jakarta Timur, seluruhnya juga sudah dipulangkan. Namun, pada 30 dan 31 Agustus, masing-masing enam dan lima anak di Jakarta Utara masih ada yang belum kembali ke orang tua.
Di luar Jakarta, kasus serupa terjadi. Tercatat 15 anak di DIY, 200 anak di Semarang, 65 anak di Solo, 99 anak di Kebumen, 50 anak di Surabaya, 28 anak di Bekasi, serta belasan di berbagai daerah lain, sebagian besar sudah dikembalikan.