Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Lawan Radikalisasi Pekerja Migran, Film Berjudul Pilihan Dirilis

Ruang Migran (RUMI) merilis film dokumenter berjudul Pilihan untuk melawan narasi dan propaganda ekstrimis terhadap Pekerja Migran Indonesia (PMI). (Dok/ RUMI).

Jakarta, IDN Times - Ruang Migran (RUMI) merilis film dokumenter berjudul Pilihan untuk melawan narasi dan propaganda ekstremis tentang pekerja migran Indonesia (PMI) yang terus berkembang melalui komunikasi digital. Pendiri RUMI Noor Huda Ismail mengatakan pembuatan film ini ditujukan kepada PMI.

Menurutnya, film Pilihan akan diputar oleh kementerian/lembaga terkait, seperti Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), agar disaksikan pekerja migran sebelum mereka diberikan pelatihan yang dibutuhkan.

Dia mengatakan pihaknya sengaja fokus untuk menceritakan masalah media sosial agar pekerja migran menggunakannya dengan bijak. Oleh sebab itu, PMI yang terjebak radikalisme turut dilibatkan dalam pembuatan film.

"Pendekatan kita adalah bagaimana mantan teroris bisa bercerita dan dikemas dengan baik. Rata-rata kampanye negara kan menunjukkan negara sudah melakukan ini, dan kita tahu bahwa kita tidak tertarik pada hal itu. Kita tertarik kepada cerita, proses, dan apa langkah selanjutnya," kata Huda dalam keterangannya, Minggu (21/4/2024). 

1. Film dokumenter pilihan miliki peran penting beri edukasi ke pekerja migran

Deputi Penempatan dan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (PMI) Kawasan Eropa dan Timur Tengah Ketut Suardana. (Dok/Screenshot)

Sementara itu, Deputi Penempatan dan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (PMI) Kawasan Eropa dan Timur Tengah BP2MI, Ketut Suardana mengatakan, film dokumenter memiliki peran penting untuk memberikan edukasi bagi teman-teman yang ingin bekerja di luar negeri dan dapat menjadi referensi bagi pekerja migran.

"Bagi PMI di luar negeri agar mampu beradaptasi dengan baik sebab tidak semua PMI bisa beradaptasi dengan lingkungan dia bekerja tapi dengan edukasi akan lebih menguatkan peran PMI sebagai pekerja Indonesia dan pahlawan devisa," tegasnya.

Di sisi lain, PMI juga akan dituntut untuk lebih bijak saat bermain media sosial di tengah berbagai ancaman berkaitan digitalisasi literacy skill. "Yang penting kita perlu ajari supaya PMI memahami kemampuan digitalisasi literacy skill," ucapnya.

2. Sebanyak 50 perempuan PMI terpapar paham radikal

Deputi Bidang Kerja Sama Internasional Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Andhika Chrisnayudhanto. (Dok.Screenshot).

Deputi Bidang Kerja Sama Internasional Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Andhika Chrisnayudhanto mengatakan kurun waktu 2015 sampai 2023, ada sekitar 94 warga negara Indonesia yang kebetulan adalah PMI dipulangkan karena mereka terlibat atau terafiliasi dengan kekerasan ekstrem.

"Ini menunjukkan propaganda dari kelompok keras, baik itu kelompok yang sifatnya radikalisme, terorisme internasional, maupun di dalam negeri berpengaruh pada mereka (PMI)," ucap Andhika.

Andhika menyebutkan pada tahun 2017 ada catatan dari Institute for Peace and Conflict (IPAC) ada sekitar 50 perempuan PMI yang ternyata sudah terpapar paham radikal. Oleh karena itu, negara memiliki kewajiban melakukan perlindungan kepada pahlawan devisa.

"Ini walaupun kita lihat angka pekerja migran Indonesia di Hongkong mencapai 150 ribu orang jadi kalau itu cuma 50 artinya hanya sebagian kecil sekali. Tapi yang harus kita ingat bahwa pekerja migran Indonesia adalah pahlawan devisa," tegasnya

3. Pembuatan film melibatkan PMI yang terjebak jaringan teroris dan terjebak jerat eksploitasi

Ruang Migran (RUMI) merilis film dokumenter berjudul Pilihan untuk melawan narasi dan propaganda ekstrimis terhadap Pekerja Migran Indonesia (PMI). (Dok/ RUMI).

Sementara itu, Sutradara film Pilihan Ani Ema Susanti mengungkap kisah inspiratif di balik pembuatan film ini. Pengalaman Ani Ema sebagai manajer audiovisual di Ruangobrol membawanya bertemu dengan individu yang terlibat dalam jaringan teroris dan pekerja migran yang terjebak dalam jerat eksploitasi.

Melalui lensa yang ditawarkannya, ia menyaksikan transformasi individu-individu ini dari radikalisasi hingga menjadi agen perdamaian. Ani mengaku pembuatan film ini bertujuan untuk memperkuat suara para pekerja migran dan mengatasi eksploitasi.

Perjalanan Ani Ema dari seorang pekerja migran hingga menjadi seorang advokat memberikan wawasan mendalam tentang perjuangan dan tantangan yang dihadapi oleh jutaan pekerja migran di seluruh dunia.

''Setelah dua bulan mereka bisa praktik menulis cerita lalu kemudian memproduksi film. Mereka juga menjadi sutradara sekaligus pemain. Hasil karya film pendek teman-teman pekerja migran ini bisa diakses melalui aplikasi Ruang Migran Indonesia yang bisa didownload di Google Play Store,'' katanya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Triyan Pangastuti
EditorTriyan Pangastuti
Follow Us