Menko Hadi: Meski Indonesia Zero Terrorist Attack, Harus Tetap Waspada

- BNPT dipuji atas kinerja selama 14 tahun, dengan tidak terjadinya serangan teror sepanjang 2023.
- Mantan anggota JI yang mendeklarasikan pembubaran organisasi akan dibina melalui paguyuban sesama mantan anggota oleh BNPT.
- Pembinaan PATI turut menyasar pecahan-pecahan JI yang banyak bergerak secara mandiri, dengan harapan kontribusi signifikan terhadap penanggulangan terorisme di Indonesia.
Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Hadi Tjahjanto memuji kinerja Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang sudah bertugas selama 14 tahun. Salah satu pencapaian terbesar BNPT yaitu tidak terjadi serangan teror sepanjang 2023. Selain itu, pemilu presiden dan pileg 2024 dihelat dalam keadaan aman.
"Meskipun begitu, menurunnya angka terorisme bukan berarti Indonesia sudah sepenuhnya terbebas dari ancaman terorisme," ujar Hadi di acara syukuran HUT ke-14 BNPT dan dikutip dari keterangan tertulis pada Rabu (17/7/2024).
Ia mengatakan berdasarkan data dari I-Khub BNPT dan penelitian SETARA Institute 2023, terjadi tren peningkatan proses radikalisme di kalangan anak, remaja dan perempuan. Oleh sebab itu, mantan Panglima TNI tersebut berharap agar BNPT terus waspada dan mencegah potensi terorisme yang ada.
Sebab, kedamaian adalah pondasi dari kemajuan. Tanpa adanya rasa aman, segala upaya yang dilakukan dalam membangun bangsa tidak akan mencapai hasil yang maksimal.
"Untuk mewujudkan visi Indonesia emas 2045, kita harus memastikan bahwa setiap warga negara merasa aman dan terlindungi," imbuhnya.
1. BNPT bakal bina dan bimbing eks pimpinan Jamaah Islamiyah yang deklarasi sudah bubar

Sementara, Badan Nasional Penanggulangan dan Terorisme (BNPT) bakal membina dan membimbing mantan anggota Jamaah Islamiyah (JI) yang mendeklarasikan pembubaran organisasi. Caranya, mereka akan dibina melalui paguyuban sesama mantan anggota. Deklarasi pembubaran dilakukan oleh 16 tokoh senior JI pada 30 Juni 2024 lalu di Bogor.
Kepala BNPT Komisaris Jenderal Mohammed Rycko Amelza Dahniel mengatakan mereka dibina lewat Paguyuban Anti Teror Indonesia (PATI). Ia menyebut bubarnya JI tak terlepas dari usaha nonstop Densus 88 Antiteror bertahun-tahun membina, mengedukasi, merehabilitasi, dan mendekati pimpinan organisasi.
”Bahasanya bukan dipantau, melainkan dilakukan pembinaan karena mereka membentuk paguyuban. Kami tidak mantau setiap hari. Tadi, saya katakan tidak dipantau, tidak di-monitoring, tidak dibuntuti, dan tidak diikuti,” kata Rycko.
Ia pun berharap aksi ke-16 tokoh senior itu diikuti oleh seluruh simpatisan JI.
2. Bubarnya Jamaah Islamiyah jadi titik balik anggota respons simpatisan yang ekstrim

Rycko juga menyebut pembinaan PATI turut menyasar pecahan-pecahan JI yang banyak bergerak secara mandiri. Sejauh ini, pro-kontra para simpatisan terhadap bubarnya JI tetap ada. Namun, pembubaran merupakan titik balik para anggotanya untuk berani bersuara merespons simpatisan lainnya yang masih tergolong ekstremis.
Meski ideologi JI sempat menganut kekerasan, pembinaan terhadap bekas anggotanya tetap mengedepankan "sentuhan hati" agar bisa mencapai tahap pencerahan.
”Insya Allah, ya, meskipun ini sebuah ideologi, sebuah keyakinan, tapi kalau memang hatinya tersentuh kemudian dapat hidayah dari Allah SWT tentunya tidak ada yang tidak mungkin,” ujar Rycko.
3. Menko Hadi harap PATI bisa berkontribusi terhadap penanggulangan terorisme

Sementara, Menko Hadi berharap Paguyuban Anti Teror Indonesia (PATI) bisa berkontribusi signifikan terhadap penanggulangan terorisme di Indonesia. Anggota paguyuban perlu proaktif memberi masukan terhadap BNPT terkait langkah mitigasi, gambaran potensi ancaman, hingga kebutuhan teknologi terkini.
”Kami harapkan PATI juga akan memberikan kontribusi kepada BNPT terkait dengan apa-apa saja yang harus dilakukan oleh BNPT termasuk mitigasi, kemudian teknologi, ancaman, kekinian, sehingga BNPT siap untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi,” kata mantan Menteri ATR/Kepala BPN itu.