Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Panasnya Cak Imin Versus Romy

Billboard. Foto Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy terpampang di salah satu billboard di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur. Foto oleh Sakinah Ummu Haniy/Rappler
Billboard. Foto Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy terpampang di salah satu billboard di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur. Foto oleh Sakinah Ummu Haniy/Rappler

JAKARTA, Indonesia—Kepada Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat bercanda. Kata Jokowi, dia lebih banyak melihat baliho Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar (Cak Imin), ketimbang billboard soal Asian Games. Padahal,  Asian Games sudah di depan mata.

Meskipun ditujukan untuk menggenjot kinerja Pemprov DKI Jakarta untuk mempromosikan Asian Games, candaan Jokowi juga menunjukkan realitas politik di tubuh koalisi parpol pendukung pemerintahan saat ini. Meskipun banyak tokoh berminat mendampingi Jokowi, bisa dikata Cak Imin berada di garis terdepan dalam persaingan memperebutkan ‘trofi’ cawapres Jokowi.

Namun demikian, Cak Imin bukan satu-satunya tokoh politik berlatar belakang Nahdlatul Ulama (NU) yang membidik posisi sebagai pendamping Jokowi. Belakangan, Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy (Romy) juga ikut terjun dalam persaingan. Keduanya, saling sikut, saling sindir dan kerap berakrobat politik di depan publik demi mengetuk pintu hati Jokowi.

Sama-sama Tokoh NU

 

Seperti PKB, PPP merupakan partai politik yang lahir dari rahim NU. Karena itu, baik Cak Imin dan Romy bisa mengklaim berasal dari kalangan santri. Cak Imin bahkan dengan berani mendeklarasikan dirinya sebagai Panglima Santri Indonesia.  Di sisi lain, Romy pun tak mau kalah. Sejak awal tahun, pria yang sempat bercita-cita menjadi kyai itu rutin berkunjung ke pondok pesantren di seluruh Indonesia untuk menggalang dukungan.   

Bukannya tanpa alasan keduanya mengusung banner merepresentasikan umat Islam dan ulama. Pasalnya, isu politisasi agama diyakini bakal kembali dimainkan pada Pilpres 2019. Pada isu ini, Jokowi kerap dituding tak dekat dengan ulama dan bersikap zalim terhadap tokoh-tokoh ulama. 

Karena itu, tak aneh jika sejumlah pengamat politik menilai Jokowi membutuhkan sosok dari kalangan santri. “Di persepsi publik, Prabowo itu sebagai tokoh nasionalis, sama dengan Jokowi. Ini artinya, mereka harus mencari pendamping yang berlatar belakang Islam politik. Nah, ini ada di NU, Muhammadiyah, dan di PKS. Pilihannya di situ," kata pengamat politik Paramadina Toto Sugiarto seperti dikutip Republika

Mejeng di billboard

Baik Cak Imin maupun Romy memiliki cara yang hampir mirip dalam mendekati Jokowi. Keduanya diberitakan pernah satu pesawat dengan Jokowi dalam kunjungan kerja Jokowi ke daerah. Tahun lalu, Cak Imin juga bahkan sempat satu kereta dengan Jokowi saat meresmikan kereta bandara. 

Namun, salah satu ‘taktik’ yang paling kentara yang dilakukan keduanya untuk pamer diri sebagai salah satu kandidat cawapres ialah dengan mejeng di Baliho. Untuk yang satu ini, Cak Imin terkesan lebih unggul. Baliho bergambar dirinya di berbagai daerah dengan ‘caption’ sebagai cawapres.

Belakangan, cara ini dilakukan Romy. Di beberapa daerah di Jakarta dan Semarang, foto Romy mulai terpampang. Tapi, Romy berdalih itu tak dilakukan sebagai pemanasan menuju Pilpres. “Tidak perlu kita menyodorkan diri, memaksa-maksa, karena sekarang yang dibutuhkan adalah Indonesia yang aman, damai, tenteram,” ujarnya. 

Swafoto bareng Jokowi

Cara lain untuk menunjukkan bahwa mereka dekat dengan Jokowi ialah dengan swafoto (selfie). Perang swafoto itu dimulai oleh Romy. Melalui akun Twitternya @MRomahurmuziy, Romy mengunggah foto dia dan Jokowi saat berada di pesawat presiden pada 11 April 2018. "Dari Cirebon ke Jakarta sore ini di pesawat RI 1 CN-235. Alhamdulillah belum beli tiket ditawari pulang bareng sama Pak Jokowi, matur nuwun Pak," tulis Romy. 

Seminggu kemudian, Cak Imin membalas. Tidak hanya menunjukkan foto, Cak Imin ini juga mengunggah rekaman videonya saat hendak menaiki pesawat kepresidenan. "Asyik juga nih naik pesawat presiden," tulis Cak Imin, tak mau kalah. 

Pendukung saling serang

Panasnya persaingan antara Romy dan Cak Imin juga merembet ke kader-kader masing partai. Di berbagai kesempatan, kedua kubu saling serang demi menjatuhkan posisi lawan. 

Saling sindir kedua kubu salah satunya dimulai ketika Cak Imin mendeklarasikan pembentukan Posko Jokowi-Muhaimin (JOIN) di berbagai daerah, awal April lalu.  Deklarasi itu diprotes Wasekjen PPP Achmad Baidowi. Pasalnya, PKB belum konkret memutuskan mendukung Jokowi di Pilpres 2019. Baidowi menuding Cak Imin tengah berupaya memaksa Jokowi untuk meminangnya sebagai cawapres. 

Ketua DPP PKB Jazilul Fawaid menanggapi serangan tersebut dengan pedas. Menurut Jazilul, Romy mendekat ke Jokowi hanya untuk menyelamatkan partainya di Pilpres 2019. Ia pun menuding PPP minim kontribusi meskipun berada di barisan parpol pendukung pemerintahan. 

“Kalau enggak (mendekat), bubar itu PPP. Langkah yang dilakukan Pak Romy hari ini supaya tidak bubar di 2019. Setahu saya, Pak Romy hanya selfie-selfie bersama Presiden,” ujar Jazilul kepada wartawan di Gedung DPR, Rabu, 18 April 2018. 

Sindiran Jazilul lantas ditimpali Sekjen PPP Arsul Sani. Menurut Arsul, justru PKB yang tak punya kontribusi terhadap pemerintahan. “Menterinya mana sih yang ada di 10 besar? Menteri terbaik dari PKB kan enggak ada. Jadi, kalau bicara kontribusi suruh bercermin dulu,” cetus Arsul. 

Peluang Cak Imin versus Romy

Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) Djayadi Hanan menilai, Cak Imin dan Rommy sama-sama punya peluang digandeng Jokowi. Karena itu, ia menilai, gerilya politik yang dilakukan keduanya merupakan upaya untuk meningkatkan elektabilitas demi dipinang Jokowi. “Mereka sama-sama masih belum menonjol, jadi memiliki peluang yang sama satu dengan yang lain,” kata Djayadi seperti dikutip Tempo, Rabu, 25 April 2018.

Namun demikian, menurut pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago, Cak Imin dan Rommy harus siap-siap gigit jari. Pasalnya, sangat besar kemungkinan PDI-Perjuangan bakal memilih tokoh non-parpol atau dari kalangan profesional untuk disandingkan dengan Jokowi. 

"Karena setelah Jokowi selesai pada periode 2024 nanti justru sosok cawapresnya yang akan bersinar. PDI-P akan tenggelam. Karena itu, kemungkinan besar akan mengusung cawapres dari kader sendiri atau dari kalangan non parpol dan professional yang komit kepada PDIP," jelas Pangi. 

—Rappler.com

Share
Topics
Editorial Team
Christian Simbolon
EditorChristian Simbolon
Follow Us