Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pemerintah Beri Gelar Pahlawan Nasional kepada Raden Mattehar di Jambi

Presiden Joko Widodo (kedua kiri) dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin (kanan) melihat foto Pahlawan Nasional Arnold Mononutu yang merupakan tokoh dari Provinsi Sulawesi Utara saat peringatan Hari Pahlawan Tahun 2020 di Istana Negara, Jakarta, Selasa (10/11/2020). Presiden Joko Widodo menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada enam tokoh yang telah melalui proses seleksi oleh Kementerian Sosial dan Dewan Gelar dan Tanda Kehormatan. (BPMI Setpres/Lukas)

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Indonesia menganugerahi almarhum Raden Mattaher sebagai pahlawan nasional kedua dari jambi, setelah Sultah Thaha Syaifuddin.

Presiden Joko (Jokowi) Widodo telah menyerahkan langsung gelar pahlawan nasional untuk Raden Mattaher kepada ahli warisnya, Ratumas Siti Aminah Ningrat didampingi Pemerintah Provinsi Jambi pada Selasa, 10 November 2020.

Raden Mattaher yang dijuluki 'Singo Kumpeh' dianugerahi gelar tersebut setelah berhasil menenggelamkan kapal Belanda di Sungai Muaro Kumpeh Jambi, di masa perjuangannya melawan penjajah saat itu.

Keberaniannya itu telah dikenang sepanjang masa, hingga membuat bangga rakyat jambi. Rasa bangga ini tercermin dengan mengabadikan namanya menjadi nama rumah sakit, jalan, dan yayasan.

Rasa bangga ini tentu harus disertai dengan rasa syukur. Sekaligus memacu semangat generasi muda Jambi supaya terus berkarya dan bekerja keras membangun daerah Jambi supaya bisa lebih maju dan berdaya saing tinggi.

Selain itu, bentuk kepedulian pemerintah daerah terhadap keluarga pejuang juga harus ditingkatkan, karena kepedulian ini merupakan bentuk terima kasih pemerintah terhadap perjuangan setiap pahlawan.

1.Julukan Singo Kumpeh diberikan, karena keberingasannya seperti singa

Presiden Joko Widodo (kanan) menyerahkan plakat anugerah gelar pahlawan nasional kepada ahli waris tokoh asal Sulawesi Tenggara Sultan Himayatuddin, Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi (kiri) di Istana Negara, Jakarta, Jumat (8/11/2019). Pemerintah menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada enam tokoh, yaitu anggota BPUPKI/PPKI Abdul Kahar Mudzakkir, Alexander Andries Maramis dan KH Masykur, tokoh jurnalisme dan pendidikan asal Sumatera Barat Ruhana Kudus, Sultan Himayatuddin asal Sulawesi T

Raden Mattaher mendapat gelar Singo Kumpeh, karena keberingasannya seperti seekor singa dalam menumpas penjajah. Kala itu, ia bertugas sebagai panglima perang dan membentuk kantong barisan pertahanan dan perlawanan yang bergerak di teritorial, mulai dari Muara Tembesi sampai ke Muaro Kumpeh.

Pola serangan yang difokuskan Raden Mattaher adalah menyerang kapal-kapal perang Belanda yang masuk ke Jambi lewat jalur sungai. Kapal-kapal perang Belanda itu membawa personil, obat medis, dan amunisinya.

Berkat taktik perangnya yang fokus pada penyerangan kapal yang bermuatan personil tantara dan amunisi tersebut, Raden Mattaher paling ditakuti oleh tentara Belanda.

Pada tahun 1885, Sultan Thaha dan Raden Mattaher berhasil menenggelamkan kapal perang Belanda di perairan Sungai Kumpeh Muaro Jambi. Peristiwa itulah menjadi tonggak sejarah dan membuatnya digelari sebagai Singo Kumpeh.

2.Kepahlawanan 'Singo Kumpeh' semangati generasi muda Jambi

Upacara penganugerahan gelar Pahlawan Nasional, yang merupakan bagian dari rangkaian peringatan Hari Pahlawan Tahun 2020, yang digelar di Istana Negara, Jakarta, Selasa (10/11/2020). (BPMI Setpres/Muchlis)

Bagi kalangan seniman dan budaya di Jambi,  gelar pahlawan nasional yang diberikan kepada Raden Mattaher dapat diisi dengan karya-karya perjuangan Raden Mattaher sebagai wujud kebanggaan.

“Banyak cara yang harus dilakukan oleh para generasi muda di Jambi dalam meraih prestasinya mengambil inspirasi dari Singo Kumpeh. Mereka bisa melahirkan karya terbaik putra daerah di segala bidang,” kata Budayawan dan Seniman Jambi, Sakti Alam Watir dikutip dari ANTARA, Selasa (10/11/2020).

Para seniman dan budayawan serta generasi muda Jambi juga dapat menginspirasi kerja keras dan perjuangan dari Raden Mattaher yang sudah dibuktikan dengan melawan Belanda saat itu.

3.Generasi muda dapat meneruskan perjuangan melalui karya dan persaudaraan sebangsa

Taman Makam Pahlawan Nasional Utama di Kalibata, Jakarta (IDN Times/Sunariyah)

Mewarisi semangat juang dari para leluhur adalah bukti cinta kepada mereka yang telah gugur melawan penjajah. Bila dulu mereka berjuang dengan mengorbankan jiwa dan raganya, sekarang generasi selanjutnya harus berjuang dengan karya dan rasa kebersamaan serta persaudaraan yang kuat.

Terutama di tengah pandemik COVID-19, sangat dibutuhkan kebersamaan dan saling gotong-royong untuk bangkit dari keterpurukan. Bila semakin lemah dan kurang peduli terhadap sesama, maka kita akan semakin terpuruk.

“Sebab kita sadar, NKRI tidak akan ada tanpa jerih payah para pejuang seantero nusantara ini,” ujar Pengamat Sejarah dan Budaya Jambi, M Chudori.

Chudori juga menilai pengorbanan yang dilakukan sekarang, belum sebanding dengan bentuk pengorbanan para pahlawan. Artinya, memelihara dan merawat sejarah merupakan bagian terpenting agar bangsa ini tetap kokoh dan bersatu.

Share
Topics
Editorial Team
Ilyas Listianto Mujib
Fikriyah Nurshafa
Ilyas Listianto Mujib
EditorIlyas Listianto Mujib
Follow Us