Pemprov DKI Diminta Dana untuk OMC, Menko PMK: Bukan karena Efisiensi!

- Menteri Koordinator PMK membantah permintaan pemprov untuk bantu operasi modifikasi cuaca karena terbatasnya anggaran.
- Pratikno memastikan modifikasi cuaca untuk mengatasi banjir di Jabodetabek, usulkan pembiayaan dari pemprov setempat.
- BMKG prediksi hujan deras selama seminggu, Pratikno tekankan pentingnya keselamatan dan akses masyarakat dalam bulan Ramadhan.
Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno membantah, permintaan agar pemerintah provinsi (pemprov) membantu biaya untuk operasi modifikasi cuaca (OMC) karena terbatasnya anggaran akibat kebijakan efisiensi.
Ia menegaskan, mengenai OMC merupakan tugas dari BNPB. Namun dalam keadaan darurat, menurutnya, bisa saja pemprov memberikan bantuan suntikan anggaran. Contohnya seperti yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta saat Natal dan tahun baru kemarin.
"Enggak, enggak ada hubungannya (dengan efisiensi). Dan itu kan memang top up saja, intinya itu kan menjadi tugasnya BNPB. Top up, tambahan-tambahan," ucap dia di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (4/3/2025).
"Jadi kalau keadaan darurat seperti kemarin ya, waktu Nataru, Pemprov DKI juga (pemprov) memberikan tambahan (anggaran)," sambung Pratikno.
1. Pratikno usul pendanaan OMC dibantu pemerintah provinsi

Sebelumnya, Pratikno memastikan, pemerintah akan membuat modifikasi cuaca untuk mengatasi banjir di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Pratikno pun mengusulkan agar pembiayaan operasi modifikasi cuaca ini bisa dibantu pemprov setempat.
Hal tersebut disampaikan Pratikno dalam rapat koordinasi bersama BMKG, Basarnas, dan BNPB secara daring.
"Jadi yang saya ingin menegaskan bahwa memang ini kalau bisa operasi modifikasi cuaca ini bukan hanya dari BNPB tetapi juga dari pemprov. Jadi apakah memungkinkan pemprov menyediakan juga pendanaan untuk operasi modifikasi cuaca ini dalam waktu singkat ini," ungkap dia.
2. Soroti puncak curah hujan tinggi

Modifikasi cuaca harus segera dilakukan, mengingat berdasarkan data BMKG hujan deras diprediksi akan terus mengguyur Jabodetabek selama seminggu ke depan. Analisis BMKG menyebut, puncak curah hujan tinggi terjadi di periode 11 sampai 20 Maret 2025. Curah hujan tinggi itu terjadi di hulu Sungai Ciliwung, Puncak Bogor, Jawa Barat (Jabar).
"Karena Kepala BMKG tadi sudah menyampaikan ada potensi untuk terus berlanjut minimal seminggu ke depan. Jadi kita mengurangi beban di hulu, terutama di hulu Sungai Ciliwung agar tidak terus-menerus ada aliran air yang mengarah ke bawah. Jadi kalau ini bisa dikurangi dengan menurunkan mendung di laut itu akan mengurangi beban itu mungkin yang urgent dalam waktu singkat," tuturnya.
3. Keselamatan dan akses warga jelang Hari Raya Idul Fitri

Lebih lanjut, Pratikno juga menekankan pentingnya keselamatan dan akses sehari-hari masyarakat. Mengingat, saat ini sudah memasuki bulan Ramadhan dan nantinya warga berbondong-bondong untuk mudik pada Hari Raya Idul Fitri. Ia berharap, pihak terkait bisa dengan sigap meminimalisir gangguan tersebut.
"Selain urgent, tentu saja adalah penyelamatan warga. Jadi tadi sudah dijelaskan secara detail oleh Kepala BMKG, BNPB resume-nya. Jadi mohon Basarnas di sini memimpin untuk melakukan mengkoordinasi evakuasi selain BNPB," ucap dia.
"Kemudian Kemensos nanti kami akan juga berkoordinasi dengan Kemensos untuk segera juga menambah kekuatan untuk turun ke lapangan. Juga Kemenkes jadi kami akan cek juga kaitannya dengan dukungan dan tentu saja kaitannya dengan pemulihan infrastruktur tadi Pak Kepala BNPB sudah menegaskan kita juga mendekati Idul fitri. Jangan sampai juga kemudian, dalam jangka pendek ini kegiatan masyarakat tidak segera pulih. Yang nanti menjadi satu masalah serius di waktu mudik," imbuh Pratikno.