Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pengamat Terorisme: JI Masih Aktif Sebagai Gerakan Sosial, Ini Bahaya

Ilustrasi (IDN Times/Arief Rahmat)
Ilustrasi (IDN Times/Arief Rahmat)

Jakarta, IDN Times - Pengamat terorisme Noor Huda Ismail menyebut kelompok radikalisme Jamaah Islamiyah (JI) masih aktif bergerak di bidang kebudayaan, bahkan pendidikan. Selama ini, pemerintah baru mengikis kekuatan kelompok ini dari aspek militer.

“JI bukan hanya kelompok teror. Kita juga harus lihat sebagai gerakan sosial. Mereka ada dua pendekatan, pertama yang langsung mengikat. Yang kedua pakai kebudayaan dan sekolah, punya usaha. Selama ini yang ditangkap baru divisi militernya, tapi kita lupa aspek lainnya,” kata Noor di Palmerah, Jakarta Barat, Selasa (9/8).

1. JI menerapkan standar ganda

IDN Times/Arief Rahmat
IDN Times/Arief Rahmat

Noor mewanti-wanti standar ganda JI. Di satu sisi, kelompok ini tetap mendukung opsi 'jihad' untuk mengubah bentuk negara. Di sisi lain, JI mulai terlibat dalam proses demokrasi, seperti demonstrasi dan pemilu.

“Inilah yang dari dulu saya ngomong, penggunaan politik identitas itu berbahaya, karena akan ditumpangi oleh orang-orang model ini,” kata pendiri Yayasan Prasasti Perdamaian itu.

2. Sangat mungkin JI mempersiapkan rencana lain

(Ilustrasi) IDN Times/Sukma Shakti
(Ilustrasi) IDN Times/Sukma Shakti

Menurut Noor, belakangan ini tindakan terorisme didominasi Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Bukan berarti JI sudah tidak memiliki rencana untuk melakukan aksi teror.

“Mereka mencari momentum yang tepat. Karena konstruksi nya 'kalau gue kuat, suatu saat akan melawan, mengubah sistem'. Itu kan mindset mereka, cuma mereka akan muncul dalam berbagai bentuk,” terang dia.

3. JI bertransformasi dalam bentuk lain

Ilustrasi (IDN Times/Sukma Shakti)
Ilustrasi (IDN Times/Sukma Shakti)

Sebagaimana diketahui, JI bukan pemain tunggal aktor terorisme di Indonesia. Ada berbagai kelompok terorisme lain yang cenderung lebih kuat dari JI, salah satunya JAD. Menurut Noor, tidak menutup kemungkinan JI bergerak menggunakan nama lain.

“Karena sudah gak oke (nama JI),” ujar dia.

4. Penangkapan anggota JI yang mengelola kebun sawit di Sumatera dan Kalimantan

(Ilustrasi) (IDN Times/Sukma Shakti)
(Ilustrasi) (IDN Times/Sukma Shakti)

Akhir Juni lalu, Densus 88 menangkap enam petinggi JI yang berafiliasi dengan Al-Qaeda. Setelah penelusuran lebih jauh, ternyata di antara mereka mengelola perkebunan kelapa sawit di Sumatera dan Kalimantan.

Berdasarkan pemaparan Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo, uang yang dihasilkan dari bisnis sawit itu digunakan untuk mendanai kebutuhan operasional JI.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vanny El Rahman
Rochmanudin Wijaya
Vanny El Rahman
EditorVanny El Rahman
Follow Us