Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pimpin Ibu Kota Jakarta, Pramono Anung: Kritik Itu Obat

Gubernur dan Wagub DKI Jakarta hadiri acara halalbihalal Perkumpulan Perantau Jawa Tengah (PRJT) di Balai Kota DKI, Sabtu (26/4/2025). (Dok. Pemprov DKI Jakarta).
Intinya sih...
  • Pramono meminta kritik terbuka terhadap kepemimpinannya bersama Rano Karno
  • Sebagai pemimpin Jakarta, Pramono ingin bertanggung jawab terhadap budaya Betawi

Jakarta, IDN Times - Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, meminta semua pihak terbuka dan memberikan kritik terhadap kepemimpinannya bersama Rano Karno.

Menurut Pramono, kritik adalah obat yang bisa membuatnya bekerja lebih baik.

"Kritik kepada gubernur, wakil gubernur, atau siapa pun. Bagi saya, kritik itu obat sehingga saya secara terbuka kepada jajaran Pemerintah Daerah Jakarta, saya minta semuanya terbuka dan memberikan kritik kepada kepemimpinan saya dan Bang Doel," kata Pramono di acara Lebaran Betawi di Monas, Jakarta Pusat, Sabtu (26/4/2025).

1. Bertanggung jawab terhadap budaya Betawi

Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung bersama Wakil Gubernur (Wagub) Rano Karno menghadiri acara Lebaran Betawi 2025 yang digelar di Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, pada Sabtu (26/4/2025) (Dok/Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Pemprov DKI Jakarta)

Dalam kesempatan itu, sebagai pemimpin Jakarta saat ini, Pramono ingin bertanggung jawab terhadap budaya Betawi.

Dia mengaku ingin menjadikan budaya Betawi sebagai budaya utama di Jakarta saat ini.

"Saya ingin mengkurasi, membuat budaya Betawi, walaupun saya ini orang Jawa, Jawa banget lah. Tetapi bagi saya, sebagai pemimpin Jakarta, saya bertanggung jawab untuk budaya Betawi harus menjadi budaya utama di rumahnya sendiri di Jakarta ini," kata dia.

2. Budaya Betawi akar identitas Kota Jakarta

Kegiatan Lebaran Betawi 2025 di Monas. (Dok. Pemprov DKI Jakarta)

Pramono mengatakan, budaya Betawi merupakan akar dari identitas Kota Jakarta sehingga harus tetap dipelihara.

Kegiatan Lebaran Betawi pun dinilainya menjadi momen istimewa bagi warga Jakarta untuk mempererat kebersamaan.

"Saya menyambut baik penyelenggaraan Lebaran Betawi sebagai momen istimewa yang mewarnai perjalanan menuju 500 tahun Kota Jakarta, sekaligus sarana untuk memperkuat kebersamaan dan toleransi di tengah keberagaman masyarakat Jakarta,” ujar dia.

3. Warga Jakarta diajak refleksi

Kegiatan Lebaran Betawi 2025 di Monas. (Dok. Pemprov DKI Jakarta)

enurut Pramono, kegiatan Lebaran Betawi yang melibatkan banyak pelaku UMKM, seniman lokal, hingga generasi muda yang aktif menyebarkan kebudayaan bisa jadi momen refleksi warga Jakarta.

Utamanya untuk membentuk karakter kota yang berdaya saing, dengan tetap berakar pada jati diri dan kearifan lokal.

“Melalui Lebaran Betawi, masyarakat Jakarta diajak untuk berefleksi agar semakin mengenal tradisi Betawi melalui beragam kuliner, produk, maupun pentas seni budaya,” ucap dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Deti Mega Purnamasari
EditorDeti Mega Purnamasari
Follow Us