Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Program 5 Persen Kemenag demi Target Tak Ada Lagi Jemaah Lansia

Jemaah Lansia Indonesia tiba di Bandara AMMA, Madinah. (IDN Times/Sunariyah)
Jemaah Lansia Indonesia tiba di Bandara AMMA, Madinah. (IDN Times/Sunariyah)

Jeddah, IDN Times - Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa'adi mengungkapkan, Kementerian Agama membuat program untuk mempercepat pemberangkatan haji bagi jemaah lanjut usia (lansia). Program ini dibuat, agar ke depannya tidak ada lagi jemaah Indonesia yang berangkat haji di atas umur 80 tahun, apalagi di atas umur 90 dan 100 tahun.

"Bapak Menag punya kebijakan afirmasi untuk jemaah lansia, sehingga diharapkan jemaah lansia secara bertahap bisa dikurangi, bahkan pada titik tertentu sudah tidak ada lagi, sehingga ke depan jemaah haji rata-rata usianya tidak lagi usia lansia," kata Zainut di Wisma Kantor Urusan Haji Indonesia, Jeddah, Rabu (21/6/2023).

Soal prioritas untuk jemaah haji lansia juga disampaikan Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri Kementerian Agama Saiful Mujab. Di tempat yang sama, Saiful mengatakan, Kemenag saat ini tengah menerapkan kebijakan porsi untuk jemaah haji lansia sebanyak 5 persen. Jumlah ini jauh lebih tinggi dari kebijakan sebelumnya yang hanya 1 persen.

"Tahun ini kebijakan untuk lansia 5 persen, yang biasanya 1 persen, tahun ini 5 persen karena untuk mendorong agar jemaah yang usia tua yang antre itu bisa selesai," jelas Saiful.

Menurut Saiful, bila program 5 persen untuk jemaah lansia ini berlangsung selama 3 tahun ke depan, dia berharap tidak akan ada lagi jemaah haji lansia di atas usia 90 tahun.

"Kalau lihat datanya usia 80-100 tahun ke atas  sekitar 36 ribu, kalau berani 5 persen selama 3 tahun, insyaAllah akan turun, sehingga jemaah usianya di atas 80, gak sampai di atas 90 tahun," jelasnya.

1. Ibadah haji tak hanya butuh persyaratan syariah, tapi juga kesehatan fisik

Wakil Menteri Agama  Zainut Tauhid Sa'adi (IDN Times/Sunariyah)
Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa'adi (IDN Times/Sunariyah)

Pada tahun ini, ujar Wamenag Zainut, dari total kuota jemaah haji 2023 sebesar hampir 229.000, sebanyak 30 persen di antaranya merupakan lansia, yakni sekitar 67 ribu orang. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Pemerintah Indonesia. 

"Tentu ini memberikan satu treatment khusus untuk bisa memberikan layanan sebaik-baiknya bagi para jemaah lansia itu," ujar Zainut.

Dia menjelaskan, jumlah jemaah haji lansia sangat jumbo tahun ini karena adanya akumulasi dari tahun 2022, dimana tahun kemarin jemaah lansia di atas usia 65 tahun tidak bisa berangkat karena ada pembatasan usia dari Pemerintah Arab Saudi.

"Sehingga tahun ini ada penumpukan jemaah lansia. Kita tidak tahu kalau misalnya baru daftar usia 70 tahun, sementara beliau baru akan berangkat 30 tahun kemudian, itu berarti sudah 100 tahun. Ini tidak bisa dihindari karena ketentuan-ketentuan itu tidak juga berasal dari kami, tapi juga dari Saudi," katanya.

Bagaimanapun, ujar Zainut, ibadah haji tidak hanya membutuhkan persyaratan syariah, tapi juga kesehatan dan kekuatan fisik. "Sebagian besar ibadah haji adalah ibadah-ibadah yang membutuhkan fisik yang sangat besar sekali."

2. Jemaah lansia perlu adaptasi cuaca

Jemaah Lansia diperiksa kesehatannya saat tiba di Bandara AMMA, Madinah. (IDN Times/Sunariyah)
Jemaah Lansia diperiksa kesehatannya saat tiba di Bandara AMMA, Madinah. (IDN Times/Sunariyah)

Bukan hanya soal banyaknya jemaah lansia, tantangan lain yang harus dihadapi pada musim haji tahun ini, kata Saiful, yakni soal musim yang ekstrem.

"Suhu udara di sini sangat tinggi. Kami punya jemaah lansia yang banyak, perlu adaptasi terhadap iklim yang sangat ekstrem itu," ucapnya.

Untuk mengatasi tantangan kedua ini, Zainut berharap ada perhatian semua jemaah haji untuk lebih meningkatkan kesehatannya.

"Harus banyak minum untuk cegah dehidrasi. Makan teratur, istirahat teratur dan juga hindari keluar hotel untuk melakukan hal yang tidak penting. Cukup perbanyak ibadah di hotel masing-masing, perbanyak zikir, baca Al-Qur'an, salawat dan amalan-amalan sunah lainnya. Agar kita bisa menyiapkan diri kita untuk menghadapi puncak haji yaitu wukuf di Arafah," imbau Zaibut.

3. Kegiatan di Arafah, Muzdalifah dan Mina butuh energi besar

Tenda jemaah haji di Arafah (MCH Kemenag)
Tenda jemaah haji di Arafah (MCH Kemenag)

Dia mengingatkan, wukuf di Arafah merupakan ibadah haji yang paling utama, sehingga disebut sebagai puncak haji. Apalagi setelah wukuf di Arafah ada kegiatan di Muzdalifah dan Mina yang membutuhkan energi yang sangat besar.

"Sehingga para calon jemaah haji harus betul-betul bisa hemat tenaganya," pesan Zainut.

Dia juga mengingatkan para pembimbing jemaah haji untuk harus bisa saling bantu, kerja sama yang baik dengan Panitai Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH), agar pelaksanaan haji berjalan lancar tertib dan juga bisa mendapat haji mabrur.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sunariyah Sunariyah
EditorSunariyah Sunariyah
Follow Us