Risiko Jadi Pemimpin yang "Beda", Ini Kritik–kritik Pedas yang Dilayangkan ke Ahok

Sebagai Gubernur DKI Jakarta, tentu saja banyak tekanan dan kritikan pedas yang harus didapatkan oleh Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Orang nomer satu di Jakarta ini tak henti-hentinya menjadi perbincangan awak media. Setiap hari selalu saja ada berita mengenai dirinya.
Tak tanggung-tanggung, sejumlah kritik pedas pun didapatkan oleh Ahok atas kebijakan yang dibuatnya. Berikut adalah daftar kritikan pedas dari para pengamat kepada Ahok.
Ahok dikritik pedas mengenai penilaiannya terhadap Geng Golf.

Dilansir Kompas.com, (28/4), sejumlah pihak yang kecewa atas pernyataan Ahok adalah Mantan Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso. Sebelumnya, Ahok mengatakan bahwa era kepemimpinan gubernur terdahulu ada sebuah mindset seorang pejabat akan sulit naik jabatan jika dia bukan bagian dari Geng Golf dan tidak bisa bermain golf.
Sutiyoso malah balik bertanya, masa iya main di lapangan golf bisa menentukan karier orang? Sutiyoso tidak menampik bahwa dulu dia dan anak buahnya di Pemprov DKI sering bermain golf. Tapi, hal tersebut dilakukannya bukan demi mengejar suatu jabatan tertentu. Dia bermain golf supaya dekat dengan anak buahnya. Yang biasa main tenis, dia ajak main tenis. Yang biasa main voli, dia ajak main voli. Hal tersebut semata-mata merupakan pendekatan gaya kepemimpinan dan juga bagian dari olahraga.
Gaya kepemimpinan dan komunikasi politik Ahok dinilai blunder.

Di tempat lain, pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio, mengatakan bahwa bahwa Ahok sering melakukan blunder komunikasi politik. Salah satunya komunikasi mengenai Geng Golf. Bagaimana mungkin kepemimpinan Ahok yang katanya bagus, tapi mengatasi Geng Golf saja tidak bisa. Bahkan terus menjadikannya alasan. Ahok beranggapan bahwa Geng Golf seolah menjadi perkumpulan eksklusif.
Namun, Ahok mengakui bahwa dia tidak akan menyingkirkan semua pejabat yang gemar bermain golf. Selama pejabat tersebut bisa bekerja dengan baik, dia pasti akan mempertahankannya. Ahok sendiri juga tidak suka main golf. Pasalnya dia tidak punya waktu dan biayanya juga mahal.
Ahok dinilai "berpotensi" menjadi musuh berjamaah saat Pilkada DKI mendatang.

Pengamat Politik Universitas Indonesia, Maswadi Rauf menilai tidak mengejutkan jika Ahok menjadi musuh bersama di Pilkada DKI 2017 mendatang. Baginya, itu merupakan konsekuensi dari keputusan apapun yang telah diambilnya. Misalnya adalah memilih jalur independen untuk maju di Pilkada DKI. Dia enggan bergabung dengan partai dan tetap memilih jalur perseorangan.
Selain itu, Rauf juga menganggap sebagian besar partai tidak suka dengan cara komunikasi Ahok. Apalagi Ahok menegaskan tetap pada jalur perseorangan dan menutup pintu dirinya dari pengusungan partai. Ahok pun harus menerima konsekuensi jadi musuh bersama karena dianggap masih paling tinggi popularitasnya.
Ahok dikritik paling pintar melakukan pencitraan. Benarkah?

Dalam kasus Sumber Waras, Pakar Hukum Pidana, Chairul Huda menganggap Ahok hanya mencari simpati publik bahwa dirinya tidak bersalah dalam kasus tersebut. Chairul mengatakan bahwa itu memang gaya Ahok, sebagaimana umumnya pernyataan kontroversial Ahok yang lain. Dia sangat hebat, terpilih dan menjabat karena pencitraan.
Kalau menurut kamu bagaimana? Apakah kamu punya pendapat lain?