Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Risma: Saya Bikin Ratusan Taman Agar Orang Tak Gampang Emosi

IDN Times/Rudy Bastam

Surabaya, IDN Times - Surabaya kembali menjadi perbincangan publik usai diganjar penghargaan Lee Kuan Yew Award 2018, awal bulan lalu. Menggondol kategori Special Mention, Surabaya sejajar dengan beberapa kota lain di dunia seperti Tokyo, Hamburg, serta Kazan.

Bukan tanpa alasan panitia, dalam hal ini Urban Redevelopment Authority (URA) dan Centre for Liveable Cities (CLC), menganugerahkan penghargaan tersebut kepada Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini. Kota Pahlawan dianggap mampu melestarikan kebudayaan dan menerapkan strategi yang berani dalam menjaga dan membangun area perkampungan sehingga menjadi kota layak ditinggali alias livable city.

IDN Times/Fitria Madia

Selain perkampungan, Risma mengatakan bahwa ruang terbuka hijau menjadi syarat mutlak bagi sebuah kota metropolitan agar layak ditinggali. Kepada IDN Times, di ruang kerjanya Senin (23/7), Risma membeberkan berbagai upayanya agar Surabaya menjadi livable city Berikut cuplikan wawancara khususnya:

Bagaimana perasaan Ibu setelah meraih penghargaan Lee Kuan Yew?

Saya sangat senang. Ini semua berkat kolaborasi pemerintah kota Surabaya dan warga Surabaya. Tapi yang saya tekankan itu kesejahteraan warga Surabaya, bukan penghargaanya.

Apa yang membuat Surabaya berbeda dengan kota-kota lain sehingga dapat meraih penghargaan kategori Special Mention Lee Kuan Yew?

Sebetulnya Surabaya ini bergeraknya ke arah liveable city, kota yang nyaman. Kota layak huni. Karena kita punya banyak taman. Harmoni kehidupan modern dan di kampung selaras, tidak ada gap. Dibilang modern sekali, gak. Dibilang kuno sekali, gak. Tapi bisa bergerak ke kehidupan yang lebih baik disemua sektor.

Bagaimana cara Ibu menyeimbangkan semua sektor kehidupan di Surabaya?

Itu yang berat. Kalau hanya ngejar ekonomi, kebahagiaan warga berkurang. Semua dituntut untuk persaingan ekonomi.

Tapi di Surabaya ada taman, lapangan olahraga, senam di kampung-kampung. Itu sengaja saya hidupkan supaya liveable city berlangsung. Ada kehidupan antar manusia, ada perkembangan perekonomian.
IDN Times/Ardiansyah Fajar

Tadi ibu sempat menyebut taman sebagai salah satu faktor liveable city, sudah ada berapa taman di Surabaya?

Ada 472 taman

Taman favorit ibu yang mana?

Taman harmoni. Sebetulnya taman bungkul lahir pertama kali aku. Tapi aku seneng taman harmoni karena itu dulunya bekas tempat sampah yang gak berguna.

Selain itu saya juga suka Taman Bungkul, Taman Cahaya di Pakal, Taman Jangkar Jambangan-Karah, Taman Teratai juga.

Dengan taman sebanyak itu, bagaimana cara ibu mengontrolnya?

Untuk ngontrolnya saya sering muter-muter sendiri. Oh itu pohonnya waktunya diginikan. Ini kurang gini kurang gitu.

Apakah ada sumber inspirasi khusus dalam pembuatan taman?

Pengen aja. Oh gini. Misal lihat gambar atauTV oh pengen bikin kayak gitu. Kadang-kadang ada inspirasi negara khusus. Tapi masih bagusan taman kita. Lihat TV, juga kadang lihat National Geographic juga. 

Dok IDN Times/Istimewa

Dengan taman sebanyak itu, berapa total dana APBD yang digelontorkan untuk taman?

Gak banyak. Taman cuma ambil Rp20 miliar dari Rp9 triliun.

Lalu bagaimana cara ibu mengelola uang tersebut untuk melakukan perawatan dan pembangunan taman?

Caranya dihemat-hemat. Pokok bisa dihemat ya hemat terus. Contohnya tanaman itu misal mahal. Nah aku cari yang kayak gitu tapi murah. Mungkin kadang gak sama tapi murah. Kadang juga ngambil dari anakannya. Kamboja itu kita potong anakannya. 

Kenapa ibu suka sekali membangun taman?

Alasan pertama itu soal lingkungan. Kalau kota ini panas maka orang tempramennya tinggi.

Kota ini harus turun derajatnya supaya tempramennya orang Surabaya tidak gampang emosi
IDN Times/Fitria Madia

Untuk masyarakat Surabaya, selain berpengaruh kepada emosi apa ada keuntungan lain?

Saya ingin orang Surabaya sehat. Kadang sudah penuh masih tak tanem terus. Karena supaya mengeluarkan oksigen. Dihirup supaya orang gak sakit. Saya gak ingin orang Surabaya sakit paru-paru atau pernapasan yang sebetulnya bisa dicegah kalau udara kita bagus. Selain itu juga kanker. Kan bisa kena kalau kulit kena matahari langsung karena ozon bolong. Kita harus buat kota kita teduh supaya gak kena kanker

Untuk tata kota sendiri, apa keuntungannya?

Surabaya terletak hanya 5 meter di atas permukaan laut. Kalau kita gak hati-hati bisa banjir. Kan pohon bisa nyimpan air. Kalau nyimpan air banyak, air laut tidak bisa masuk karena tertekan air tanah. Kalau tidak masuk maka tidak mudah menggerus daratan kita. Jadi supaya kalau musim kondisi ini bisa tertekan karena air bawah tanah kita bagus.

Apakah taman juga bisa menahan banjir akibar hujan?

Kalau kondisi hujan kita gak bisa kendalikan. Kita gunakan teknologi. Teknologi kita mangrove, tetap alam. Kita buat di daerah utara tanggul-tanggul laut dari mangrove.

Ketika jabatan Ibu telah usai, apakah tidak khawatir taman-taman di Surabaya dan segala pembangunan yang telah tercapai diperhatikan sebaik Ibu sekarang?

Saya sudah menyiapkan sistem. Sistemnya sudah sedemikian rupa supaya nanti selepas dari saya, taman-taman ini tidak terbengkalai.

IDN Times/Fitria Madia

Selain Lee Kuan Yew, baru-baru ini Surabaya juga meraih predikat nilai tertinggi dalam Penghargaan Kota Layak Anak oleh Kementrian PPPA. Bagaimana Ibu membuat Surabaya menjadi KLA?

Kalau boleh jujur, penghargaan ini rasanya paling sulit. Indikatornya banyak sekali. Komplit penilaiannya mulai kesehatan sampai jaringan transportasi sampai penyebrangan jalan dinilai semua. Bukan hanya fasilitas tok yang dinilai tapi juga forum anak itu harus didengar.

Lalu bagaimana Ibu mencapainya?

Tiap tahun anak-anak ngasih catetan aku mereka pengen bikin apa. Akhirnya aku buat sirkuit itu ceritanya ada 1 anak dibenci sama guru-gurunya sama teman-temannya. Dia kemudian saya tanya kenapa? Aku ini suka ngebut jadi semuanya benci. Oh aku suka sama kamu, kamu gak minum kan? Saya bilang begitu. Yang begini juga dinilai.

Di balik semua penghargaan itu, sebenarnya apa pekerjaan rumah Ibu sebagai wali kota yang belum tuntas?

Keluarga miskin. Sebetulnya 2010 kelompok yang daya belinya rendah sekitar 34 persen. Menengah 43 persen. Sisanya tinggi. Saat ini rendah tinggal 8 persen. Menengah 34 persen. Tapi nyelesaikan 8 persen ini sukit. Kalau gak sudah sepuh ya dia disable. Ini PR saya.

Share
Topics
Editorial Team
Faiz Nashrillah
EditorFaiz Nashrillah
Follow Us