Via Vallen dan Pelecehan Seksual di Dunia Maya

Perempuan cerdas bisa menjaga harga diri dan martabatnya

Jakarta, IDN Times - "I want u sing for me in my bedroom, wearing sexy clothes..." tulis pria yang disebut-sebut sebagai pesepak bola itu kepada Via Vallen melalui pesan pendek di akun Instagramnya, beberapa hari lalu.

Perempuan bernama lengkap Maulidia Octavia itu pun geram, dan mengunggah ulang pesan pendek dari pria itu di media sosial. Via terkejut mendapat pesan bernada pelecehan non-fisik itu, lantaran belum pernah bertemu sosok yang belum dikenalnya.

"Nggak kenal dan nggak pernah ketemu Tiba2 nge DM (pesan pendek) dan ngirim text gambar kayak gini. As a singer, I was being humiliated by famous football player in my country RIGHT NOW. I'AM NOT A KIND THAT GIRL, DUDE!!!," tulis Via, membalas pesan pesepak bola itu.

Satu jam berselang, pedangdut yang tengah naik daun itu mengunggah curhatannya itu di akun Instagramnya. Pesepak bola itu kemudian mengirimkan pesan lagi, yang menyesalkan unggahan pedangdut asal Surabaya itu melalui Insta Story.

Dalam percakapan keduanya terjadi perdebatan. Sang pemain bola mengaku akan menelepon Via. Percakapan keduanya kembali diunggah Via. Namun, penyanyi kelahiran 1 Oktober 1991 itu berjanji tidak akan memberitahukan siapa pesepak bola yang dimaksud.

"U ask Me why I'am taking screenshot? I get SHOCKED. Don't be afraid bro I will not telling people Who u are. I hope u will be a better person next time. U ask me Am I angry??? What do you think After I hv block ur account???" tulis Via.

Unggahan ini menjadi perbincangan hangat warganet. Sebagian mendukung Via yang berani mengungkap kasus yang dialaminya, tak sedikit pula yang menghujat tindakan Via. Warganet juga mendesak agar pedangdut berambut lurus ini melaporkan kejadian ini ke ranah hukum.

"Suka dengan keberanian Via Valen. Pelecehan seksual ada di mana-mana. Sedikit yg berani mengungkapkannya. Sebaliknya masih ada di antara kita yang cenderung menyalahkan korban (blaming the victim). #ViaValen," tulis Sekjen Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Antoni Raja lewat akun Twitter-nya.

Tak hanya itu, ada juga warganet yang menebak-nebak sosok pesepak bola yang enggan disebutkan Via itu. Namun, dari unggahan percakapan Via dengan pesepak bola tersebut, diketahui foto Instagram sang pemain bola itu berlatar hitam dengan tanda centang biru, sebagai bukti akun resmi dan telah didata Instagram.

Dari banyaknya tebakan yang muncul, warganet merujuk pada seorang pesepak bola yang cukup terkenal di Tanah Air. Bahkan, diduga tim andalan yang tengah naik daun pula.

1. Pelecehan seksual non-fisik

Via Vallen dan Pelecehan Seksual di Dunia MayaInstagram/@viavallen

Terlepas dari siapa sosok pesepak bola itu, peristiwa pada Senin (4/6) lalu ini

merupakan tindak asusila atau pelecehan seksual non-fisik. Tindakan ini bukan kali ini saja dialami Via Vallen.

Komisioner Komnas Perempuan Sri Nurhewati mengataan kejadian yang dialami Via merupakan salah satu bentuk pelecehan seksual non-fisik. "Pelecehan seksual non-fisik. Kalau dari media, ya," tutur Sri saat dihubungi IDN Times, Rabu (6/6).

Sri mengingatkan saat ini sudah ada RUU yang mengatur kejadian yang menimpa Via.

"Pelecehan yang dialami VV merupakan bagian bentuk kekerasan seksual yang sedang diadvokasi melalui RUU Penghapusan Kekerasan Seksual. RUU ini mengatur hukum acara yang memudahkan akses keadilan bagi perempuan korban," tutur Sri.

Selain banyak warganet yang memuji keberanian Via yang mau bersuara, tak sedikit pula yang menyarankan Via melapor kepada pihak yang berwenang. Sebagai warga negara, Via harusnya bisa melaporkan kepada polisi.

"Dilaporkan harusnya bisa. Itu hak warga negara. Hakim wajib menggali hukumnya," tutur Sri lagi.

Selain itu, untuk kasus sejenis bagi perempuan lain yang mengalaminya, Komnas Perempuan merasa perlu ada tindak lanjut yang diberikan berupa pemulihan bagi korban dan juga tindakan menghukum pelaku.

Menurut Sri, kasus seperti yang dialami Via bukan baru kali ini terjadi. Laporan mengenai pelecehan seksual non-fisik kerap masuk ke Komnas Perempuan. Penting bagi korban untuk melaporkan pelecehan yang dialami, korban juga memiliki dasar hukum dan aman dalam perlindungan hukum.

"Negara membutuhkan laporan korban untuk pemajukan dan penegakan HAM dan hukum. Sehingga laporan korban penting bagi negara," ujar Sri.

2. Menjaga harga diri dan martabat

Via Vallen dan Pelecehan Seksual di Dunia MayaIDN Times/Teatrika Handiko Putri

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise turut menanggapi kasus yang dialami Via. Dia mendukung langkah yang dilakukan pelantun tembang Sakit Sakit Hatiku itu.

"Namanya perempuan punya harga diri dan martabat yang memang dijaga," tutur Yohana.

Menurut Yohana pelecehan yang dialami Via merupakan pelecehan terhadap martabat perempuan. "Jadi saya juga kalau dapat seperti itu saya pasti marah," kata dia.

Yohana juga mengatakan jika Via memang merasa dilecehkan oknum yang disamarkan namanya dalam unggahan di media sosial itu, Via perlu melaporkan kepada kepolisian. Menurut dia Via harus berani bersuara secara langsung, tidak hanya di media sosial.

"Ya kalau memang dirasa dilecehkan ya laporkan ke polisi," kata dia.

Lewat kejadian ini, Yohana mengingatkan kepada seluruh perempuan Indonesia, agar berani melapor jika mengalami pelecehan seksual. "Harus. Perempuan harus melapor," kata dia.

Indonesia, kata Yohana, sudah gencar mengampanyekan harkat dan martabat perempuan agar laki-laki juga dapat menghargai perempuan. Kampanye ini juga dilakukan di seluruh negara di dunia. Bahkan, pelecehan seksual kini menjadi musuh global.

"Yang jelas saya tetap mengimbau kaum perempuan untuk melaporkan bila ada suatu masalah atau kekerasan yang terjadi kepada mereka. Perempuan sekarang diperhitungkan, dilindungi oleh negara," kata Yohana.

3. Pelecehan perempuan di dunia maya dianggap ilegal di Negeri Bollywood

Via Vallen dan Pelecehan Seksual di Dunia MayaUnsplash/Vitaliy Lyubezhanin

Kampanye harkat dan martabat perempuan tak hanya di Indonesia, hampir seluruh negara kini melakukan hal yang sama. Sebut saja India. Baru-baru ini negeri Bollywood ini melalui Kementerian Urusan Perempuan dan Perkembangan Anak, sedang menggodok amandemen Undang-Undang Penggambaran Tidak Tepat Terhadap Perempuan.

Mereka menilai sekarang saatnya mengatur cara orang-orang mendeskripsikan perempuan melalui beragam media sosial. Dilansir dari India Times, Rabu (6/6), pihak kementerian mendapatkan rekomendasi dari Komisi Nasional untuk Perempuan India terkait pentingnya mengikuti pola komunikasi masyarakat seiring dengan majunya teknologi.

Mereka melihat pelecehan perempuan tak hanya bisa terjadi di dunia nyata, tapi juga di dunia maya. Karena itu, amandemen tersebut nantinya akan merambah bagaimana orang-orang menggambarkan perempuan melalui medium yang selama ini belum dijangkau.

Undang-undang yang baru ini akan menyasar sejumlah media sosial yang banyak dipakai masyarakat di India. Misalnya, Skype, WhatsApp, Snapchat, dan Instagram. Menurut kementerian ini, aturan bisa mencakup dua dunia yang semakin tak bisa dipisahkan.

"Dengan mempertimbangkan kemajuan teknologi, kami sudah memutuskan untuk memperluas jangkauan hukum untuk juga melingkupi bentuk-bentuk media tersebut di satu sisi, tapi di sisi lain juga menguatkan aturan yang ada demi mencegah penggambaran perempuan secara tak tepat melalui media apapun."

Selain terkait media yang digunakan dalam tindak pelecehan, kementerian ini juga mengatur tentang bentuk atau format yang dipakai. Karena penggambaran terhadap perempuan secara tidak tepat dapat terjadi dalam beragam bentuk.

Kementerian juga mengusulkan amandemen dalam definisi tentang distribusi untuk memasukkan publikasi, perizinan atau pengunggahan melalui komputer atau alat komunikasi lainnya.

Kemudian, ada perubahan pada salah satu pasal di mana tak ada seorang pun yang boleh mempublikasikan atau mendistribusikan atau menyebabkan untuk mempublikasikan atau menyebabkan untuk mendistribusikan, dengan cara apapun materi yang mengandung penggambaran perempuan secara tak tepat dalam bentuk apapun.

4. Jabatan lenyap akibat kasus pelecehan seksual

Via Vallen dan Pelecehan Seksual di Dunia MayaThe New York Times/Sasha Maslov

Eric Schneiderman terpaksa melepaskan jabatannya sebagai jaksa agung New York AS pada Selasa 8 Mei lalu. Eric harus mengundurkan diri tiga jam, setelah beredarnya berita terkait pelecehan seksual dan kekerasan fisik terhadap empat wanita yang dibeberkan laman The New Yorker.

Eric mendapatkan kredibilitas yang tinggi setelah mengikuti kampanye #MeToo. Kampanye ini merupakan gerakan anti-pelecehan seksual yang dilakukan politikus, pelaku media, pebisnis, serta artis.

Jaksa agung ini juga berhasil menuntut perusahaan Weinstein dan sang pemilik, Harvey Weinstein, untuk tuduhan pelecehan seksual dalam proseedural film yang telah terjadi selama bertahun-tahun.

Tercatat, telah ada 70 wanita menjadi korban dari perusahaan Weinstein. Eric berhasil memenangkan perkara dan menuntut kompensasi untuk diberikan kepada seluruh korban.

Eric Schneiderman telah membangun karirnya sebagai jaksa agung dari partai Demokrat sejak 2010.

Dalam perjalanan karirnya, ia memiliki prestasi yang bagus ketika berhasil menuntut Trump atas kasus penipuan yang melibatkan Trump University. Hal ini membuat citra dirinya di masyarakat menjadi baik dan bijaksana.

Namun, The New Yorker mengungkap sisi lain dari Eric. Seperti dilansir The New Yorker, seorang sahabat dari sang korban mengungkapkan, “Dia (korban) mengatakan bahwa Eric tahu betul dia (korban) memiliki banyak informasi tentang Eric, tentang kecanduannya akan alkohol, pelecehan seksual, penggunaan narkoba, dan dia (korban) tetap khawatir dengan keselamatannya,” ujarnya.

The New Yorker juga menjelaskan dengan gamblang kisah percintaan yang dialami korban dari Eric. Bagaimana alkohol mempengaruhi perilakunya hingga menimbulkan kekerasan dalam perlakuan seksual. Tak hanya itu, Eric kerap kali memukuli wanita-wanita tersebut. Bahkan, sang korban hingga mengidap gangguan pendengaran dan vertigo.

Namun, Eric menyangkal tuduhan yang dialamatkan kepada dirinya. Dia mengaku tak pernah melakukan tindakan seksual tanpa persetujuan bersama. Sehingga apa yang ia lakukan telah mendapat persetujuan dari sang wanita.

“Sebagai privasi hubungan intim, saya menjalankan hubungan bermain peran dan aktifitas lain sesuai dengan persetujuan. Saya tidak menyakiti siapa pun. Saya tidak pernah melakukan hubungan seksual tanpa persetujuan, dimana itu adalah batasan dan saya tidak akan melanggar,” ujar dia seperti dikutip dari BBC.

“Meski tuduhan-tuduhan ini tidak berhubungan dengan profesi saya atau pekerjaan saya di kantor, ini akan mencegah saya secara efektif untuk memimpin pekerjaan kantor dalam keadaan kritis ini. Oleh karena itu, saya mengundurkan diri terhitung pada 8 Mei 2018,” kata Eric.

Via Vallen dan Pelecehan Seksual di Dunia MayaIDN Times/Sukma Shakti

Jika kamu mengalami kasus-kasu di atas silakan kontak nomor hotline di atas, ya? Jangan takut!

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya