SAKSIKAN: Menjelajah Kapal Rainbow Warrior Greenpeace

JAKARTA, Indonesia —Siang itu, suasana di sekitar Terminal Penumpang Nusantara Pelabuhan Tanjung Priuk, Jakarta Utara, terlihat berbeda dari biasanya. Saat memasuki area pintu masuk, sudah terlihat jaring terbentang yang menunjukkan tulisan "Clean Energy Clean Air". Jaring bertuliskan slogan tersebut terbentang menjulang tinggi sehingga sangat mudah mencuri perhatian pengunjung.
Masuk ke area dermaga, tepatnya dermaga 105-106, sudah ada kapal Rainbow Warrior yang bersandar kokoh. Kapal ini jadi milik Greenpeace, lembaga swadaya non pemerintah yang fokus di urusan pelestarian lingkungan hidup.
Rappler disambut oleh beberapa aktivis dan karyawan Greenpeace saat memasuki kapal Rainbow Warrior III yang memiliki panjang 57,92 meter dan berkapasitas maksimal 30 orang. Kapal ini pertama kali berlayar tahun 2011 dari Amsterdam, Belanda.
Kapal 'hijau'
Meski tak sebesar dan semegah kapal-kapal layar lainnya, menarik untuk bisa menjelajah beberapa bagian kapal. Apalagi kapal ini dikenal sebagai kapal yang 'hijau' dan ramah lingkungan. Semua penghuni kapal ini pun menerapkan gaya hidup yang ramah lingkungan selama perjalanan.
Misalnya untuk urusan pengelolaan sampah. Adon, salah satu personel deckhand atau anak buah kapal yang ikut berlayar bersama Rainbow Warrior III kali ini bercerita banyak tentang bagaimana kapal ini disebut sebagai kapal yang ramah lingkungan.
"Kapal ini kami penggerak utamanya angin dan layar. Jadi sebisa mungkin kami menggunakan layar. Tapi kalau cuaca enggak mendukung, baru pakai mesin. Dan mesinnya ada yang menggunakan bahan bakar dan listrik. Itu biasanya pakai yang listrik dulu."
Soal manajemen sampah pun sangat diperhatikan. Semua sampah dipilah sesuai kategori: organik dan non organik. Yang organik, biasanya dari sisa-sisa makanan dan bahan masakan, akan dibekukan di lemari pendingin khusus. Saat berlayar, biasanya sampah organik ini akan dibuang ke laut untuk pakan ikan.
Sementara untuk sampah non organik, tetap akan dipilah juga sesuai materialnya. Plastik, kaca dan bahan-bahan lainnya dipisahkan dan disortir di tempat pembuangan sampah yang sesuai dengan materialnya.
Untuk konsumsi air minum para kru dan penumpang juga menggunakan sistem daur ulang dari air laut. Lestari, salah satu relawan perempuan asal Padang yang ikut dalam pelayaran ini mengaku awalnya tidak terbiasa dengan air daur ulang. "Rasanya sama saja sebenarnya. Cuma awal-awal masih belum terbiasa dan ada perasaan aneh. Tapi lama-lama sudah biasa," ujarnya.
Pesan untuk pemerintah
Sebelum tiba di Tanjung Priuk, Rainbow Warrior sebelumnya sudah bersandar di bagian timur Indonesia. Dimulai dari Papua, di mana kehadiran Rainbow Warrior bertujuan mengampanyekan penyelamatan hutan dan laut. Setelah dari Papua, kapal ini bersandar lagi di Bali untuk menyuarakan dukungan bagi energi terbarukan, penolakan reklamasi Teluk Benoa, hingga pengelolaan sampah plastik.
Sementara di Jakarta, Rainbow Warrior hadir untuk menyampaikan pesan sekaligus mendorong pemerintah setempat untuk mengatasi berbagai permasalahan lingkungan. Mulai dari polusi udara hingga timbunan sampah yang tidak terkontrol.
”Sebagai kota pusat pemerintahan dan ibukota negara, Jakarta seharusnya bisa menjadi contoh bagi daerah lainnya di Tanah Air dalam melawan perubahan iklim, dengan mulai beralih ke energi terbarukan,” kata Hindun Mulaika, Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia yang termuat di keterangan pers.
Urusan pengelolaan sampah memang menjadi pekerjaan rumah yang rumit bagi pemerintah. Bahkan di sekitar area dermaga tempat Rainbow Warrior bersandar pun, ironisnya, dipenuhi sampah-sampah (kebanyakan plastik) yang terapung dibawa arus air laut. Sungguh pemandangan yang kurang mengenakkan untuk disaksikan.
Tapi tentu saja, urusan pengelolaan sampah tak bisa sepenuhnya dibebankan hanya ke pemerintah. Kita sebagai masyarakat juga harus mulai sedikit demi sedikit cermat dalam urusan pengelolaan sampah.
"Dimulai dari diri sendiri dulu. Sampahnya mulai dipilah-pilah. Bertanggung jawab dengan sampah sendiri. Mungkin konsumsi plastik juga dikurangi. Biasakan bawa tumbler sendiri. Dari hal-hal kecil bisa dimulai," ujar Lestari."
Masyarakat umum juga bisa ikut menjelajah kapal Rainbow Warrior ini dan belajar lebih banyak lagi soal pentingnya menjaga lingkungan hidup. Kapal Rainbow Warrior terbuka untuk umum hingga 29 April 2018. Tak cuma berkesempatan menjelajah kapal, pengunjung juga bisa belajar sambil menikmati ragam aktivitas yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan hidup tentunya.
—Rappler.com