Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Satgas COVID-19: Angka Kematian Masuk Lagi Jadi Indikator Level PPKM

Suasana TPU Rorotan pada Jumat (9/7/2021). (IDN Times/Uni Lubis)
Suasana TPU Rorotan pada Jumat (9/7/2021). (IDN Times/Uni Lubis)

Jakarta, IDN Times - Juru bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito mengatakan angka kematian telah dimasukkan lagi ke dalam indikator penentuan level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Ia mengatakan data kematian yang dilaporkan ke publik telah disinkronisasi dari pemerintah daerah ke pemerintah pusat.

Pernyataan Wiku tidak sesuai dengan yang pernah disampaikan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi. Pada Senin, 23 Agustus 2021, Nadia mengatakan angka kematian yang dilaporkan di tingkat nasional masih belum mencerminkan data yang sesungguhnya di lapangan. 

"Sebagai informasi, angka kematian telah digunakan kembali dalam indikator penilaian levelling PPKM," ujar Wiku ketika memberikan keterangan pers mengenai perkembangan COVID-19 pada Selasa (24/8/2021). 

Kebijakan ini diambil usai pemerintah menurunkan tingkat PPKM untuk wilayah Jawa-Bali ke level tiga. Namun, Wiku tak menjelaskan apakah kembalinya angka kematian sebagai indikator penilaian ini, menandakan sudah tidak ada lagi gap data antara pemerintah pusat dengan daerah.

Ia malah mendorong pemerintah daerah agar segera melakukan sinkronisasi dengan pemerintah pusat bila masih terjadi perbedaan data. "Perbaikan mengenai data kematian juga sudah melalui sinkronisasi yang sudah dan akan terus ditingkatkan," katanya lagi. 

Lalu, bagaimana angka kematian COVID-19 di Indonesia dibandingkan dengan negara lain?

1. Prosentase angka kematian di Indonesia lebih tinggi dibandingkan di dunia

Kasus kematian di Indonesia lebih tinggi dibandingkan prosentase kasus kematian di dunia. Data per 24 Agustus 2021 (Tangkapan layar BNPB)
Kasus kematian di Indonesia lebih tinggi dibandingkan prosentase kasus kematian di dunia. Data per 24 Agustus 2021 (Tangkapan layar BNPB)

Berdasarkan data yang dipaparkan oleh Wiku, terlihat prosentase angka kematian di Indonesia lebih tinggi dibandingkan angka kematian di dunia. Angka kematian di Indonesia mencapai 3,2 persen. Sedangkan, prosentase angka kematian di dunia mencapai 2,09 persen. 

Sementara, akumulasi angka kematian yang mencapai 128.252 berada di peringkat ke-9 di dunia. "Per 22 Agustus, kematian mingguan di Indonesia sebesar 8.784 kasus, atau masih lebih dari 1.000 kematian per minggunya," ujar Wiku pada hari ini. 

Namun, ia turut mengabarkan prosentase angka kesembuhan di Indonesia juga lebih tinggi sedikit dibandingkan dunia yaitu 89,5 persen. Angka kesembuhan dunia mencapai 89,47 persen. 

Prosentase kasus aktif COVID-19 di Indonesia untuk kali pertama dilaporkan berada di bawah prosentase kasus aktif di dunia yakni 7,3 persen. Sedangkan, kasus aktif dunia mencapai 8,43 persen. 

"Ini disumbangkan dari kenaikan angka kesembuhan (pasien COVID-19) di 32 provinsi dan penurunan kasus aktif di minggu ini," tutur dia. 

Ia menambahkan berarti masih tersisa dua provinsi saja yang kasus aktifnya malah mengalami kenaikan dan kasus kesembuhannya menurun. Dua provinsi yang dimaksud Wiku yakni Aceh dan Papua. 

2. Lima provinsi dengan penurunan kasus aktif, tertinggi ada di Yogyakarta

Penataan di kawasan Tugu Yogyakarta. IDN Times/Febriana Sinta
Penataan di kawasan Tugu Yogyakarta. IDN Times/Febriana Sinta

Wiku menjelaskan di antara 34 provinsi, daerah yang paling banyak mengalami penurunan kasus aktif berada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Angkanya turun 6,75 persen. Di bawah Yogyakarta ada Kalimantan Barat dengan penurunan kasus aktif mencapai 6,18 persen. 

"Lalu, ada Gorontalo yang turun 5,78 persen, Sulawesi Tengah mengalami penurunan 5,64 persen dan Papua Barat turun 3,59 persen," kata Wiku memaparkan. 

Sedangkan, kasus kesembuhan tertinggi dilaporkan berada di Yogyakarta yang mengalami kenaikan 6,69 persen. Lalu, di bawahnya berturut-turut terdapat Kalimantan Barat yang kasus kesembuhannya naik 6,06 persen, Papua Barat kasus kesembuhan naik 5,54 persen, Sulawesi Tengah naik 5,52 persen, Gorontalo naik 5,48 persen, dan NTT naik 5,37 persen. 

"Kasus aktif dan kesembuhan tidak akan mengalami penurunan bila tidak ada kerjasama yang baik dari seluruh pihak, utamanya tenaga kesehatan dan pemda yang bergerak cepat untuk memenuhi fasilitas kesehatan di wilayahnya masing-masing," ujarnya. 

Ia pun mengingatkan kepada pemda agar perbaikan angka kasus aktif itu tidak membuat warga lengah. Justru, harus semakin semangat untuk melakukan perbaikan. 

3. Indonesia alami kejadian tak biasa, angka kematian dan kesembuhan sama-sama tinggi

Juru bicara Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito ketika memberikan keterangan pers secara daring pada Kamis, 4 Agustus 2021 (Tangkapan layar YouTube BNPB Indonesia)
Juru bicara Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito ketika memberikan keterangan pers secara daring pada Kamis, 4 Agustus 2021 (Tangkapan layar YouTube BNPB Indonesia)

Di dalam jumpa pers itu, Wiku mengakui ada fenomena yang tidak biasa di dalam penanganan pandemik COVID-19 di Tanah Air. Angka kematian dan kesembuhan justru sama-sama tinggi. 

"Idealnya ketika angka kesembuhan naik, maka angka kematian akan turun. Sebaliknya, bila kesembuhan turun, maka angka kematian akan naik," kata Wiku. 

Pemerintah menduga tingginya angka kesembuhan dan kematian disebabkan peningkatan fasilitas kesehatan dan isolasi mandiri terpusat tidak dimanfaatkan secara optimal oleh warga. "Bisa jadi masih ada warga COVID-19 tidak ditangani secara cepat atau masih melakukan isolasi mandiri di rumah dengan kondisi yang tidak memadai," ujarnya. 

Satgas pun mendorong pemda yang masih memiliki angka kematian yang tinggi agar segera melakukan perbaikan penanganan. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Santi Dewi
Anata Siregar
Santi Dewi
EditorSanti Dewi
Follow Us

Latest in News

See More

KPK OTT Penegak Hukum di Tangerang

18 Des 2025, 00:14 WIBNews