SBY Minta Caleg Demokrat Tak Umbar Janji Muluk Saat Kampanye

Jakarta, IDN Times - Ketua Umum DPP Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta seluruh calon anggota legislatif dari partainya agar tidak memberikan janji-janji yang muluk saat kampanye.
"Saya instruksikan kepada para caleg jangan banyak berjanji. Jangan berjanji yang muluk-muluk. Saya takut kalau janjinya setinggi langit, nanti malah tidak bisa ditepati," kata SBY saat berdialog bersama warga, kader, dan fungsionaris Partai Demokrat di Ndalem Benawan, Yogyakarta, Sabtu (27/10) malam, seperti dikutip dari Kantor Berita Antara.
Apa saja instruksi SBY untuk para kader Partai Demokrat?
1. Hindari kampanye muluk
SBY mengatakan, instruksi tersebut telah disampaikan kepada para kader Partai Demokrat di seluruh Indonesia. Kampanye yang muluk atau hampir pasti tidak bisa ditepati, sehingga harus dihindari.
"Saya sudah meminta seluruh jajaran Partai Demokrat, termasuk di Yogyakarta," kata SBY.
2. Dengarkan keluh kesah rakyat

Meski demikian, kata SBY, penyampaian janji kepada masyarakat merupakan bagian dari kampanye itu sendiri.
"Kampanye itu pada prinsipnya adalah janji-janji apakah itu capres/cawapres, dan juga partai politik utamanya para calon anggota DPR RI atau DPRD provinsi/kabupaten. Janji-janji kalau beliau mendapatkan amanah dan mendapatkan mandat dari rakyat apa yang dilakukan," ujarnya.
Selain berpesan tidak banyak berjanji, SBY meminta para kadernya mendengarkan keluh kesah masyarakat secara langsung agar dapat dipenuhi setelah pemilu.
"Bahkan, tidak usah menunggu pemilu pun harapan rakyat agar dipenuhi oleh pemerintah sekarang yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo untuk Indonesia secara keseluruhan," katanya.
3. Minta rakyat bicara soal pemerintahan saat ini

Oleh sebab itu, dalam dialog itu dia berharap masyarakat dapat mengutarakan apa yang masih menjadi keluh kesah atau sebaliknya menyampaikan apa adanya bahwa yang dilakukan pemerintahan saat ini sudah cukup baik.
"Saya SBY, bapak, ibu, dan para caleg Partai Demokrat ingin mendengarkan apa yang sesungguhnya terjadi. Kalau sudah baik bapak ibu bisa mengatakan ini sudah baik. Kalau ada hal-hal yang belum baik, bapak ibu `kersa ngendika` (bersedia bicara) yang itu belum baik," katanya.