Sembilan Siswa Ditangkap Kasus Bullying di SMK Negeri Bekasi

- Sembilan orang siswa yang diduga terlibat kasus bullying di SMK Negeri 1 Cikarang Barat
- Kapolsek Cikarang Barat, AKP Tri Baskoro Bintang Wijaya, mengatakan, selain mengamankan sembilan orang yang masih berstatus pelajar, pihaknya juga akan memeriksa siswa yang telah dikeluarkan dari SMK Negeri 1 Cikarang Barat.
Bekasi, IDN Times - Sebanyak sembilan orang siswa yang diduga terlibat kasus bullying di SMK Negeri 1 Cikarang Barat, ditangkap Polsek Cikarang Barat. Saat ini, kesembilan siswa tersebut masih berstatus saksi.
Kapolsek Cikarang Barat, AKP Tri Baskoro Bintang Wijaya, mengatakan, selain mengamankan sembilan orang yang masih berstatus pelajar, pihaknya juga akan memeriksa siswa yang telah dikeluarkan dari SMK Negeri 1 Cikarang Barat.
"Sementara dari sembilan pelajar yang kami amankan, statusnya saksi, yaitu dari SMK 1 Cikarang Barat dan ada beberapa lagi saksi yang akan kami periksa yang statusnya merupakan siswa dropout, sudah dikeluarkan dari SMK 1," jelas Bintang, Jumat (19/9/2025).
1. 11 orang saksi sudah diperiksa

Bintang mengatakan, saat ini pihaknya juga telah memeriksa sebanyak 11 orang saksi yang terdiri dari siswa, orangtua korban, dan guru di SMK Negeri Cikarang Barat.
"Saat ini kurang lebih ada 11 saksi, baik itu dari orangtua korban, guru sekolah, atau pun siswa yang diduga mengetahui peristiwa tersebut yang akan kita lakukan pemeriksaan secara intensif," kata dia.
Dia mengatakan, pihaknya hingga saat ini belum dapat memeriksa korban lantaran kondisi kesehatannya yang belum baik.
"Untuk saat ini yang bersangkutan belum bisa kita minta keterangan karena masih dalam kondisi yang sakit," kata Bintang.
2. Kronologi bullying

Sebelumnya, siswa berinisial AAI menjadi korban bullying atau perundungan saat sekolah di SMK Negeri 1 Cikarang Barat. Mirisnya, aksi perundungan tersebut diduga dilakukan belasan kakak kelas korban.
Ayah korban, Indra Prahasta, 41 tahun, mengatakan, peristiwa itu terjadi saat AAI sedang istirahat sekolah pada Selasa, 2 September 2025 siang. Saat itu, korban dipanggil sejumlah kakak kelasnya dan dibawa ke lapangan bola yang berlokasi tepat di belakang gedung sekolah.
Setelah tiba di lapangan, AAI dipaksa berjongkok dengan wajah menatap ke atas. Setelah itu, korban langsung dipukul secara bergantian oleh belasan kakak kelasnya itu.
“Mereka berjejer, mukulin anak saya satu per satu. Satu orang bisa mukul sampai delapan kali. Setelah selesai, bergeser, lalu giliran lain,” kata dia kepada jurnalis, Kamis (18/9/2025).
3. Korban harus menjalani operasi

Akibat bullying tersebut, AAI mengalami luka yang cukup serius. Dari hasil rontgen, korban mengalami patah rahang sebelah kiri dan terdapat robekan di rongga mulut.
AAI juga sempat menjalani operasi bedah mulut di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bekasi pada Jumat, 5 September 2025. Pascaoperasi, AAI masih merasakan mual hingga muntah-muntah.
“Kondisinya sekarang masih lemah. Untuk makan dan minum hanya bisa lewat selang. Berat badannya turun, sering mual dan muntah. Kalau banyak bicara, tenggorokannya sakit dan kadang muntah,” ucap Indra.