Soal Kasus Prada Lucky, DPR Desak TNI Hentikan Doktrin Kekerasan

- Hentikan siklus perundangan dan doktrin kekerasanAndina Thresia Narang mendesak perbaikan sistem pengawasan terhadap perwira muda dan doktrin di TNI untuk menghentikan siklus kekerasan.
- Penyelidikan harus dilakukan transparanAndina meminta evaluasi rantai komando di batalion tersebut dan membuka penyelidikan secara transparan untuk memastikan keadilan bagi korban.
- Pengakuan Prada Lucky, sempat dipukul hingga dicambukIbunda Prada Lucky mengungkap bahwa putranya menerima kekerasan fisik dari sesama tentara di barak TNI sebelum meninggal.
Jakarta, IDN Times - Anggota Komisi I DPR RI, Andina Thresia Narang mendesak adanya pengusutan secara transparan serta evaluasi menyeluruh terhadap seluruh satuan TNI agar kasus penganiayaan tidak terulang. Ia menyoroti masalah itu bukan sekadar kesalahan individual, melainkan masalah struktural yang memerlukan perhatian serius.
Hal tersebut disampaikan menanggapi kasus meninggalnya Prada Lucky Namo usai diduga dianiaya senior sesama anggota TNI. Prada Lucky merupakan prajurit TNI dari Teritorial Pembangunan 834 Wakanga Mere Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Ia meninggal setelah menjalani perawatan intensif selama beberapa hari di ICU Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Aeramo, Kabupaten Nagekeo, NTT, Rabu (6/8/2025).
1. Hentikan siklus perundangan dan doktrin kekerasan

Andina menilai, perlu ada perbaikan sistem pengawasan terhadap perwira-perwira muda dan doktrin di dalam tubuh TNI, terutama yang berkaitan dengan siklus perundingan dan doktrin kekerasan.
"Kita harus menghentikan siklus perundungan dan doktrin-doktrin kekerasan ini dengan memastikan bahwa setiap pelanggaran mendapat sanksi yang setimpal dan transparan. Tidak ada lagi ruang bagi impunitas," kata dia dalam keterangannya, dikutip Senin (11/8/2025).
Terkait kasus penganiayaan, Andina menekankan pentingnya menghapus segala bentuk kekerasan yang kerap dibenarkan atas nama perpeloncoan atau "pendisiplinan fisik."
"Fokus utama kita seharusnya adalah membangun TNI yang profesional, tangguh, dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas menjaga keamanan dan kedaulatan negara, tanpa harus mengorbankan nyawa,” ujarnya.
2. Penyelidikan harus dilakukan transparan

Ia meminta segera mengevaluasi rantai komando di batalion tersebut dan pentingnya membuka penyelidikan secara transparan untuk memastikan keadilan bagi korban.
Ia juga mendukung Kodam IX / Udayana dalam upaya untuk mencari titik terang permasalahan dan meminta pelaku pelanggaran yang terlibat untuk dihukum dan diproses di peradilan militer.
“Penyelidikan yang transparan dan akuntabel adalah kunci untuk mendapatkan kepercayaan publik,” ujarnya.
3. Pengakuan Prada Lucky, sempat dipukul hingga dicambuk

Sebelumnya, Sepriana Paulina Mirpey, ibunda dari Prada Lucky mengungkap saat-saat terakhir sebelum putra pertamanya itu kehilangan nyawa. Lucky sempat memberi tahu orangtua angkatnya menerima kekerasan fisik dari sesama tentara di barak TNI.
Prada Lucky sempat keluar dari barak tempatnya bertugas di Batalyon Teritorial Pembangunan 834 Waka Nga Mere, Nagekeo. Anak kedua dari empat bersaudara ini menemui ibu angkatnya dengan tubuh penuh luka, memar dan bengkak. Lucky meminta tolong ibu angkatnya itu untuk mengobati luka-lukanya.
Ibu angkat Lucky pun mengompres tubuh dengan luka dari prajurit yang baru dilantik pada Juni 2025 ini. Lucky terang-terangan menyebut luka-lukanya itu ia dapati dari para seniornya di barak.
"Dia bilang 'Mama saya dicambuk'. Jadi mama angkatnya kompres dia, gosok minyak ke dia. Dia bilang dia dipukul seniornya," cerita Sepriana saat ditemui di rumah duka Jumat (8/8).
Sepriana pun mengenang anaknya yang tiada bernyawa sejak Rabu (6/8), pukul 11.23 WITA. Prada Lucky melalui masa kritis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Aeramo, Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT), sejak 2 Agustus 2025.
Sementara, Wakil Kepala Penerangan Kodam IX/Udayana, Letkol Inf Amir Syarifudin, buka suara mengenai kasus ini. Dalam keterangan persnya, ia menyebut tim investigasi mereka telah bekerja mengungkap kasus ini. Tim investigasi terdiri atas unsur Subdenpom Ende, Staf Intelijen, serta personel terkait lainnya.
Ia memastikan 20 anggota tengah diambil keterangan dan dirinya menepis kabar ada 4 anggota yang sudah ditahan. Amir dalam keterangan yang sama memaklumi sikap Serma Christian Namo sebagai seorang ayah yang kalut dan kecewa atas kematian putranya.
“Kami menjunjung tinggi asas praduga tak bersalah. Penyebutan nama atau jumlah terduga sebelum ada hasil investigasi hanya akan menyesatkan opini publik,” bebernya.