Tangis Haru Iringi Pemakaman Prada Lucky yang Digelar Secara Militer

- Ayah Prada Lucky minta pelaku harus dihukum berat
- Prada Lucky sempat mengeluh ke ibunda jadi korban penganiayaan
- Empat prajurit TNI AD sudah ditahan untuk dimintai keterangan
Jakarta, IDN Times - Suasana haru terlihat di rumah duka di asrama tentara TNI Angkatan Darat (AD) Kuanino pada Sabtu kemarin. Di sana disemayamkan jenazah Prada Lucky Chepril Saputra Namo yang meninggal diduga akibat dianiaya sejumlah seniornya di TNI AD.
Dikutip dari video yang ditayangkan di ANTARA, proses pemakaman Prada Lucky diawali dengan ibadah bersama yang berlangsung sekitar dua jam. Ribuan pelayat terlihat hadir dalam upacara pemakaman tersebut.
Tangis keluarga terdengar kencang usai ibadah pemakaman. Ayah, ibu, kakak dan keluarga dekat Prada Lucky masih belum bisa menerima kepergian prajurit TNI berusia 23 tahun itu.
Mereka tak menyangka Prada Lucky meninggal secara tragis. Sekujur tubuhnya dipenuhi lebam diduga akibat benda tumpul.
"Mama belum terima, Nak! Mama tidak terima kamu pergi seperti ini," teriak ibunda Prada Lucky, Sepriana Paulina Mirpey.
Sekitar 30 menit kemudian, upacara penyerahan jenazah secara kedinasan dilakukan. Kas Brigif Letkol Bayu Sigit Dwi Untorodi bertindak sebagai inspektur upacara pemakaman secara militer.
1. Ayah Prada Lucky minta pelaku harus dihukum berat

Lebih lanjut, proses pemakaman diawali dengan tembakan salvo oleh sejumlah prajurit TNI dari Kodim Kupang dan Brigif Komodo. Ayah Prada Lucky, Sersan Mayor Christian Namo, meminta proses hukum tetap diberlakukan meski jenazah anaknya telah dimakamkan.
"Kami ingin ini diungkap seadil-adilnya. Kami ingin pelaku dihukum sesuai dengan aturan yang berlaku," katanya.
Christian sempat marah dan emosi ketika jenazah putranya tiba di Kupang pada 7 Agustus 2025 lalu. Ia tak terima karena putra kesayangannya meninggal dunia diduga akibat dianiaya oleh para seniornya.
Kekesalannya semakin memuncak saat dua rumah sakit di Kupang menolak untuk mengautopsi jenazah anaknya. Ia bahkan sempat mengeluarkan kalimat-kalimat keras yang ditujukan kepada instansi TNI. Christian juga meneriakan nama Presiden Prabowo Subianto demi meminta keadilan bagi putranya itu.
2. Prada Lucky sempat mengeluh ke ibunda jadi korban penganiayaan

Sementara ibu Prada Lucky, Sepriana Paulina Mirpey, mengungkap saat-saat terakhir sebelum putra pertamanya itu meninggal. Lucky sempat memberi tahu orang tua angkatnya bahwa ia menerima kekerasan fisik dari sesama tentara di barak TNI.
Prada Lucky sempat keluar dari barak tempatnya bertugas di Batalyon Teritorial Pembangunan 834 Waka Nga Mere, Nagekeo. Anak kedua dari empat bersaudara ini menemui ibu angkatnya dengan tubuh penuh luka, memar dan bengkak. Lucky meminta tolong ibu angkatnya itu untuk mengobati luka-lukanya.
Ibu angkat Lucky itu kemudian mengompres luka di tubuh prajurit yang baru dilantik pada Juni 2025 lalu tersebut. Lucky secara blak-blakan mengaku luka-luka itu didapati dari para seniornya di barak.
"Dia bilang 'Mama saya dicambuk'. Jadi, mama angkatnya kompres dia, gosok minyak ke dia. Dia bilang dia dipukul seniornya," cerita Sepriana di rumah duka pada Jumat kemarin.
Prada Lucky juga rutin mengabari sang ibunda di Kota Kupang selama pindah ke barak. Lucky yang juga anak dari prajurit TNI AD aktif itu sempat menyampaikan kekerasan yang ia alami beberapa hari sebelum kehilangan nyawa.
"Dia bilang (yang memukul) seniornya, Bamak, satu Dansi Intel-nya, dia bilang begitu: 'Mama saya dipukul dari Bamak, Dansi Intel dan senior yang lain.' begitu," katanya menirukan kalimat Prada Lucky.
3. Empat prajurit TNI AD sudah ditahan untuk dimintai keterangan

Sementara, Wakil Kepala Penerangan Komando Daerah Militer (Wakapendam) IX/Udayana, Letnan Kolonel Inf Amir Syarifuddin mengatakan, sejauh ini sudah ada 20 prajurit yang dimintai keterangan terkait kematian prajurit TNI Angkatan Darat (AD), Prada Lucky Chepril Saputra Namo (23). Sebanyak empat prajurit TNI AD di antaranya sudah ditahan.
"Sekitar 20 orang (telah diperiksa dan empat ditahan) untuk menguatkan keterangan-keterangan yang ada," ujar Amir ketika dikonfirmasi pada Sabtu (9/8/2025).
Puluhan prajurit TNI AD yang dimintai keterangan merupakan rekan dari satuan Prada Lucky. Amir pun memegang teguh prinsip asas praduga tak bersalah dalam proses penyelidikan kematian Prada Lucky. Ia pun meminta seluruh pihak menunggu hasil investigasi resmi yang menentukan penyebab kematian prajurit berusia 23 tahun itu.
Lebih lanjut, Amir mengatakan, penahanan empat prajurit TNI AD tersebut merupakan kewenangan tim investigasi untuk mengantisipasi peristiwa yang tidak diinginkan. "Artinya, kami melindungi supaya mungkin jangan sampai nanti orang yang dimintai keterangan, apakah dia merasa bersalah walaupun dia tidak bersalah, sehingga dia melarikan diri. Tapi itu semua keputusannya, kebijakan dari ketua tim," ujar perwira menengah di TNI AD itu.
"Tapi, kembali lagi, kami tetap menjunjung tinggi hukum. Termasuk yang empat orang itu (ditahan). Kami menggunakan asas praduga tak bersalah. Belum tentu empat orang itu bersalah. Mungkin kemungkinan lebih dari empat orang. Bisa iya (dia bersalah), bisa tidak," imbuhnya.