Menengok Masjid Karya Ridwan Kamil di Tengah Kota Jakarta

Desainnya mencerminkan budaya Indonesia

Jakarta, IDN Times - Waktu menunjukkan pukul 14.00 WIB. Suasana siang menjelang sore yang sangat cocok untuk ngabuburit sambil merasakan hiruk pikuknya Jakarta.

Kala itu, suasana di sekitar Jalan Jenderal Sudirman hingga Thamrin tampak ramai. Di tengah keramaian itu, sudah menjadi rahasia umum tentang sebuah masjid kecil yang di desain oleh Wali Kota Bandung Ridwan Kamil.

IDN Times mencoba untuk menelusuri sebuah gang kecil, di mana masjid yang di desain khusus oleh Ridwan Kamil berada di situ. Masjid tersebut bernama Masjid Jami' Darussalam.

Bagi masyarakat yang tidak tahu daerah sekitar masjid, tepatnya di Jalan Kotabumi Ujung Nomor 23, RT 8, Kb. Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat, tentunya akan kesusahan menemukan masjid tersebut. Setelah melakukan penelusuran, IDN Times pun menemukan Masjid Jami' Darussalam.

1. Masjid Jami' adalah masjid dengan mekanisme ruislag

Menengok Masjid Karya Ridwan Kamil di Tengah Kota JakartaIDN Times/Teatrika Handiko Putri

Setelah masuk ke sebuah gang kecil, terlihat sebuah masjid mungil berbentuk segitiga. Masjid tersebut berada di tengah-tengah rumah warga. Dari luar, desain masjid sudah cukup menggoda untuk melihatnya lebih jauh.

Dengan bangunan dominan berwarna putih, Masjid Jami' yang didesain oleh Ridwan Kamil tampak terlihat elegan. Warna hitam yang dipadukan dengan putih pun terlihat serasi satu sama lain.

Masjid Jami' Darussalam resmi dibuka pada 25 Juni 2015. Tepatnya di bulan Ramadan 1936 Hijriyah.

Menurut Sekretaris Pengurus Masjid Jami' Darussalam Hadi Joko Susanto, masjid tersebut dibangun pada 2012 yang lalu. Pembangun masjid, dikatakan Hadi, menggunakan mekanisme ruislag atau tukar menukar.

Masjid Jami’ Darussalam awalnya berada di atas tanah wakaf di Jalan Kotabumi, sekitar 50 meter di belakang Plaza UOB. Namun, masjid tersebut sempat terkepung oleh tanah milik PT Putra Gaya Wahana dan masuk dalam peta proyek pembangunan

"Ini masjid sebenarnya ruislag. Perpindahan satu tempat yang ada di proyek ini, ke sini. Jadi awalnya proyeknya 492 meter persegi, pindah ke sini jadi 819 meter persegi, dengan bangunan baru," jelas Hadi.

Setelah melewati proses administrasi, mulailah para pengurus masjid dipertemukan oleh Ridwan Kamil. Saat itu, Ridwan Kamil masih belum menjadi wali kota Bandung.

2. Rancangan segitiga Ridwan Kamil sempat tidak disetujui

Menengok Masjid Karya Ridwan Kamil di Tengah Kota JakartaIDN Times/Teatrika Handiko Putri

Ketika bertemu dengan Ridwan Kamil dan ditunjukkan desain masjid, Hadi mengaku jika beberapa pengurus masjid tidak terlalu setuju dengan desain segitiga yang dirancang oleh Ridwan Kamil. Desain itu pun menjadi pro kontra di internal masjid.

"Di situ, kami akhirnya tidak menyepakati gambar yang diajuin Pak Ridwan Kamil dengan bentuk segitiga. Awalnya tidak diterima," ungkap dia.

Namun, seiring berjalannya waktu, Ridwan mencoba menjelaskan filosofi bentuk segitiga yang dirancangnya kepada para pengurus masjid. Hadi juga menyampaikan, jika saat itu investor juga mengungkapkan bahwa Ridwan Kamil adalah salah satu arsitek masjid terbaik di Asia Tenggara.

"Akhirnya kami mencari di Google. Oh ya benar Pak Ridwan Kamil karyanya. Seperti ini lah karyanya, kalau gak kotak, ya segitiga. Akhirnya, dengan kesepakatan bersama para Nazir, terima desain seperti ini," jelas Hadi.

3. Desain segitiga Ridwan miliki filosofi sendiri

Menengok Masjid Karya Ridwan Kamil di Tengah Kota JakartaIDN Times/Teatrika Handiko Putri

Sempat rancangan segitiganya tidak disetujui oleh para pengurus masjid, lalu apa sih filosofi dari rancangan segitiga yang dibuat oleh Ridwan Kamil?

Hadi menerangkan, sebelum keputusan menerima desain dari Ridwan Kamil, para pengurus masjid memang kurang setuju dengan desain berbentuk segitiga tersebut. Namun, karena Ridwan bisa menjelaskan filosofi dibalik rancangan segitiga tersebut, tampaknya meluluhkan hati para Nazir.

Hadi memaparkan, bentuk segitiga sendiri diambil dari bentuk rumah-rumah yang ada di Indonesia. Jika kita memperhatikan, bentuk dari atap setiap rumah di Indonesia, rata-rata berbentuk segitiga.

"Karena identik rumah-rumah di Indonesia kan segitiga. Dia berasumsi mungkin kayak di Sumatera, di Bandung," terang Hadi.

Kemudian, Hadi melanjutkan, awalnya atap masjid tidak diberi kaca sama sekali, sehingga udara segar bisa masuk dengan bebas ke dalam masjid. Tetapi, lagi-lagi ide tersebut menjadi pro-kontra di internal masjid.

Hadi mengatakan jika pengurus masjid tidak setuju dengan ide tersebut, karena saat turun hujan, bisa membasahi karpet dan barang-barang yang ada di dalam masjid.

"Tapi beda sama di Bandung, di kita kan kalau hujan ambyas (rusak), habislah karpet semua. Akhirnya kita dengan berbagai cara, kita pakein kaca dan dipasangin AC ya pelan-pelan lah bertahap," ucap Hadi.

4. Diawal pembukaan, jamaah masjid datang dari berbagai daerah

Menengok Masjid Karya Ridwan Kamil di Tengah Kota JakartaIDN Times/Teatrika Handiko Putri

Untuk jemaah Masjid Jami' Darussalam sendiri, Hadi mengungkapkan bahwa cukup banyak yang datang setelah masjid dibuka pada Ramadan 2015 lalu.

"Awalnya sih banyak yang datang. Penasaran. Kan di dunia maya IG dan semacamnya Ridwan Kamil posting. Akhirnya banyak yang datang dari Bandung, dari daerah," tutur Hadi.

Tetapi, tambahnya, semakin lama pengunjung masjid tidak sebanyak di awal pembukaan.

"Lama kelamaan, karena mungkin ada desain-desain yang lebih bagus lagi kan, jadi sudah banyak yang datang. Kalau dari jamaah lingkungan, sudah pada pindah. Palingan jemaah kita, jemaah kantor," terangnya.

Baca juga: Demi Menangi Pilkada Jabar, Ridwan Kamil Rela Jadi 'Bang Toyib'

Topik:

  • Sugeng Wahyudi
  • Bella Manoban

Berita Terkini Lainnya