Mengenal Operasi Tinombala, Satgas Pemburu Kelompok MIT

Satgas Tinombala dibentuk sejak 2016 lalu

Jakarta, IDN Times - Aksi teror kembali menyelimuti Indonesia. Kali ini, aksi teror tersebut terjadi di Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, pada Jumat (30/11/2020).

Pembantaian yang dilakukan kelompok teroris Mujahiddin Indonesia Timur (MIT) tersebut menewaskan satu keluarga yang terdiri dari pasangan suami istri, anak, dan menantunya yang tewas dalam kondisi mengenaskan.

Selain korban jiwa, sejumlah bangunan juga dibakar oleh pelaku. Salah satunya adalah bangunan yang sering digunakan warga untuk tempat beribadah.

Melihat aksi teror yang dilakukan oleh MIT tersebut, pemerintahpun mengutuk keras tindakan keji mereka. Oleh karena itu, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD, bersama Kapolri Jenderal Polisi Idham Azis dan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, menurunkan Satuan Tugas Operasi Tinombala untuk mengepung dan mengejar MIT.

1. Operasi Tinombala dibentuk sejak 2016 untuk memburu kelompok teroris MIT

Mengenal Operasi Tinombala, Satgas Pemburu Kelompok MIT

Operasi Tinombala merupakan operasi yang dilancarkan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) pada tahun 2016 di wilayah Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Operasi gabungan tersebut melibatkan satuan Brimob, Kostrad, Marinir, Raider, hingga Kopassus.

Operasi Tinombala dibentuk guna mengejar Kelompok Mujahiddin Indonesia Timur (MIT) yang dipimpin oleh Santoso. Kapolri saat itu, Jenderal Polisi Badrodin Haiti sempat mengatakan bahwa Operasi Tinombala akan digelar hingga kelompok bersenjata Santoso dinyatakan habis atau tidak memiliki anggota jaringan lagi.

2. Operasi Tinombala terus diperpanjang hingga 2020

Mengenal Operasi Tinombala, Satgas Pemburu Kelompok MITSatgas Operasi Tinombala (Website/kostrad.mil.id)

Operasi Tinombala dimulai pada 10 Januari 2016 lalu dan merupakan kelanjutan dari Operasi Camar Maleo IV. Operasi Camar Maleo merupakan operasi yang dilancarkan TNI dan Polri pada awal tahun 2015 untuk menangkap kelompok teroris Santoso.

Operasi Tinombala melibatkan sekitar dua ribu personel. Operasi ini pada awalnya dijadwalkan selesai pada 9 Maret 2016, tetapi kemudian diperpanjang selama enam bulan. Operasi penumpasan teroris itu dilakukan di wilayah Poso, Sulawesi Tengah, dengan area pengepungan seluas 60 kilometer persegi.

Selama 2020, masa Operasi Tinombala tercatat telah empat kali diperpanjang, yaitu tahap pertama operasi dilaksanakan sejak 1 Januari-31 Maret 2020. Kemudian, diperpanjang pada 31 Maret-28 Juni 2020. Lalu diperpanjang lagi secara berturut-turut pada 29 Juni-30 September 2020, dan Oktober-31 Desember 2020.

Baca Juga: Mahfud MD: Satgas Operasi Tinombala Akan Kejar dan Kepung Teroris MIT 

3. Satgas Tinombala pernah salah menembak petani yang dikira teroris

Mengenal Operasi Tinombala, Satgas Pemburu Kelompok MITSatgas Operasi Tinombala (Website/kostrad.mil.id)

Baru-baru ini, nama Satgas Operasi Tinombala kembali mencuat pascapenyerangan yang terjadi di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Sebelum insiden di Sigi, Satgas Tinombala pernah melakukan kesalahan yang masih tercatat hingga sekarang.

Alih-alih memberantas teroris, Satgas Tinombala menewaskan dua orang petani bernama Syarifudin dan Firman pada Juni 2020. Saksi mengatakan, aparat terus menembak kedua orang itu dengan membabi-buta meski mereka telah berteriak mengaku bukan teroris. Satgaspun berdalih tidak mendengar teriakan mereka.

Kejadian serupa juga pernah terjadi pada 9 April 2020, tepatnya di Desa Tobe, Satgas menembak seorang pemuda bernama Qidam Alfarizqi Mofance yang sempat dianiaya sebelum akhirnya ditembak.

Qidam diketahui kabur dari rumah, lalu meminta minum di kediaman salah satu warga. Melihat gelagat mencurigakan, sang pemilik rumah lapor ke polisi. Namun, bukannya polisi biasa yang datang, ternyata dua regu Satgas Tinombala yang hadir ke lokasi.

4. Kelompok teroris MIT yang dipimpin Ali Kalora masih dalam pencarian hingga kini

Mengenal Operasi Tinombala, Satgas Pemburu Kelompok MITIlustrasi Bom (Teroris) (IDN Times/Mardya Shakti)

Satgas Tinombala memang dibentuk guna melumpuhkan dan menangkap jaringan teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang dipimpin Santoso. Santoso sendiri telah tewas setelah baku tembak dengan Satgas Tinombala pada 18 Juli 2016.

Operasi pemburu teroris ini terus berlanjut untuk memburu sisa daftar pencarian orang (DPO) anggota MIT di Poso, yang kini tercatat ada 11 orang di bawah pimpinan Ali Kora. Kelompok ini sendiri diketahui kerap melakukan aksi kriminal maupun teror di Poso dan sekitarnya.

Setelah kepergian Santoso, Ali Kalora melanjutkan kepemimpinan di MIT bersama dengan Basri. Namun, usai insiden pembunuhan Santoso, Ali Kalora tak pernah tersentuh aparat.

Pada Agustus 2020 lalu MIT membunuh seorang petani bernama Agus Balumba (45), warga desa Sangginora, Kecamatan Poso. Kejadian serupa terjadi pada April 2020, seorang petani yang hilang sejak 8 April, telah ditemukan 10 hari kemudian dengan kepala hilang. Mayat tersebut ditemukan di wilayah operasi Satgas Tinombala.

Kemudian, pada akhir 2018, ditemukan kepala yang sudah terpisah dari badan, diketahui pria berinisial RB alias A. Aparat menemukan tubuhnya di wilayah pegunungan. Saat hendak mengevakuasi, aparat pun diserbu tembakan oleh MIT.

Baca Juga: Polisi Ungkap Cara Anggota MIT Bersembunyi dari Satgas Tinombala

Topik:

  • Ilyas Listianto Mujib

Berita Terkini Lainnya