Wacana Tarif TransJakarta Naik, Warga: Tak Apa, tapi Pelayanan Ditingkatkan

- Pengguna bus TransJakarta, Maya, akan tetap pilih TransJakarta meski tarif naik, namun mempertimbangkan kondisi yang ada.
- Kenaikan tarif tentu akan berpengaruh pada beban ekonomi masyarakat, karena itu perlu disertai jaminan perubahan yang baik bagi penumpang.
- Besaran tarif TransJakarta bisa mencapai Rp10 ribu hingga Rp15 ribu tanpa subsidi dari pemerintah karena sudah 20 tahun tidak naik.
Jakarta, IDN Times - Tarif TransJakarta direncakan akan naik imbas penurunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta. Maya, penumpang bus TransJakarta Rute 6 B mengatakan, kenaikan tarif tak masalah, karena sudah 20 tahun tak ada perubahan tarif.
"Sebenarnya gak apa-apa kalau naik, toh udah gak naik 20 tahun. Tapi dengan kenaikan ini, pengennya fasilitasnya lebih bagus, dan kalau bisa jangan terlalu tinggi tarifnya," kata Maya, kepada IDN Times, Sabtu (11/10/2025).
1. Meski tarif naik, akan tetap pilih TransJakarta namun pertimbangkan kondisi yang ada

Maya memaklumi kenaikan tarif karena berbagai kondisi ekonomi yang ada. Namun, fasilitas yang ada untuk mendukung fasilitas TransJakarta juga harus ditingkatkan.
Meski nantinya memang akan ada kenaikan tarif, Maya mengaku, akan tetap menggunakan layanan bus TransJakarta, namun akan mempertimbangkan moda transportasi lainnya jika kondisi sedang tak kondusif.
"Saya akan tetap pakai, tapi kalau kelihatannya penuh banget haltenya atau jalur TJ-nya (TransJakarta) macet banget banyak kendaraan lain masuk, saya mending naik ojol (ojek online). Karena jadinya lama banget," kata Maya.
2. Akan ada pengaruh kenaikan tarif pada beban ekonomi

Maya mengatakan memang akan ada pengaruh kenaikan tarif pada beban ekonomi masyarakat, khususnya pekerja harian di Jakarta, namun hal itu harus disertai jaminan perubahan yang baik bagi penumpang.
"Banyak petugasnya, ada info bus yang mana udah ada di mana, kamar mandi di setiap halte, bangku untuk duduk lebih banyak, lebih tegas lagi ke orang-orang atau pengguna jalan lain yang masuk ke busway karena sangat mengganggu," katanya.
3. Besaran tarif TransJakarta jika tak ada subsidi dari pemerintah

Perlu diketahui, tarif reguler bus TransJakarta saat ini adalah Rp3.500 per perjalanan untuk kategori nonekonomis. Ada tarif ekonomis pada waktu tertentu, yakni Rp2.000 untuk pukul 05.00-07.00 WIB. Bahkan pada hari-hari tertentu, Pemprov DKI Jakarta menerapkan tarif Rp1.
Bila tak disubsidi, tarif sesungguhnya atau tarif keekonomian bisa jauh lebih tinggi. Disebutkan, tarif sesungguhnya bisa mencapai sekitar Rp10 ribu hingga Rp15 ribu per penumpang untuk tarif yang ditanggung pemerintah. Selisih nilai ini disebut subsidi public service obligation (PSO) atau kewajiban pelayanan publik.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta, Syafrin Liputo, mengatakan tarif bus TransJakarta terakhir kali ditetapkan pada 2005. Artinya, sudah dua dekade masyarakat menikmati tarif yang sama tanpa ada penyesuaian.
“Tarif TransJakarta ditetapkan terakhir pada 2005. Jadi sudah 20 tahun tarif tidak naik,” ujar dia.
Syafrin memaparkan, jika dilihat dari perkembangan ekonomi, nilai uang dan biaya operasional saat ini sudah jauh berbeda dibanding dua dekade lalu. Pada 2005, tarif bus TransJakarta ditetapkan Rp3.500. Dengan perbandingan upah minimum pekerja (UMP) saat itu, kemampuan masyarakat untuk membayar (willingness to pay) kini sudah meningkat hingga enam kali lipat.
“Kalau sekarang UMP DKI Rp5,3 juta, berarti 20 tahun lalu sekitar seperenamnya. Jadi sudah naik enam kali lipat, dan oleh sebab itu, tentu penyesuaian tarif itu dibutuhkan. Kenapa? Karena kita harus menjaga keberlanjutan layanan. Karena layanan itu harus ada yang namanya cost recovery minimum,” kata dia.