Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

10 Warga Gaza Tewas Ditembak Israel saat Ambil Bantuan Makanan

anak-anak di Gaza mengantre untuk makanan. (UNRWA, CC BY 4.0 , via Wikimedia Commons)

Jakarta, IDN Times - Kantor Media Pemerintah Gaza melaporkan, 10 warga Palestina tewas ditembak pasukan Israel saat mengambil bantuan makanan di Rafah, Gaza selatan. Total 62 orang lainnya juga luka-luka dalam kejadian di pusat distribusi Gaza Humanitarian Foundation (GHF) pada Selasa dan Rabu (27-28/5/2025).

GHF sendiri merupakan badan bantuan dukungan Amerika Serikat (AS) dan Israel. Pemerintah Gaza menyebut ini sebagai kejahatan mengerikan terhadap warga sipil yang kelaparan.

"Pusat-pusat distribusi bantuan yang didirikan dalam skema ini tidak lebih dari kedok kemanusiaan palsu untuk rencana rasis yang bertujuan mempermalukan, membuat kelaparan, dan jika perlu membunuh warga Palestina," kata pemerintah Gaza, dilansir Press TV. 

1. Israel bantah menembak langsung warga Gaza

Melansir Al Jazeera, pemerintah Gaza menuduh pasukan Israel menembak langsung warga sipil yang berkumpul untuk mengambil bantuan makanan. Ribuan warga Palestina yang kelaparan berdesakan di pusat distribusi yang dikelilingi pagar kawat.

Pusat distribusi GHF dirancang menyerupai basis militer dengan pagar tinggi dan penjagaan ketat. Warga diarahkan masuk melalui lorong sempit menuju area pengambilan bantuan makanan.

Israel membantah pasukannya menembak warga sipil. Mereka mengklaim tentara di lokasi hanya melepaskan tembakan peringatan, bukan langsung ke arah kerumunan warga sipil.

Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengakui memang ada masalah saat pembagian bantuan. 

"Kami sempat kehilangan kontrol sesaat, untungnya kondisi berhasil dikendalikan kembali," kata Netanyahu.

2. PBB tolak sistem bantuan AS dan Israel

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan organisasi kemanusiaan internasional menolak sistem distribusi bantuan baru oleh GHF. Mereka menilai sistem ini melanggar prinsip kemanusiaan dan tidak bisa memenuhi kebutuhan 2,3 juta warga Gaza.

Kepala Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), Philippe Lazzarini, mengkritik model bantuan yang didukung AS ini. Menurutnya, skema baru ini hanya membuang sumber daya dan merupakan pengalihan dari kejahatan Israel di Gaza. 

"Kami sudah memiliki sistem distribusi bantuan yang lebih sesuai untuk tujuan ini. Badan-badan kemanusiaan di Gaza sudah siap. Kami lebih berpengalaman dan memiliki keahlian untuk menjangkau orang yang membutuhkan," ujar Lazzarini, dilansir France24. 

Israel berargumen GHF dibentuk untuk mencegah Hamas mengambil pasokan bantuan. Namun, Israel tidak memberikan bukti adanya penjarahan sistematis oleh Hamas.

3. Krisis di Gaza semakin parah

Israel menutup semua perbatasan Gaza untuk bantuan makanan dan obat-obatan sejak 2 Maret 2025. Penutupan ini memperparah krisis kelaparan di wilayah yang sudah terkepung selama berbulan-bulan tersebut.

Kondisi kelaparan memaksa warga Gaza mendatangi pusat distribusi meski berbahaya. Banyak warga putus asa rela menghadapi risiko ditembak demi mendapatkan makanan untuk keluarga.

Serangan Israel berlanjut di seluruh Gaza dengan 63 orang tewas pada Rabu (28/5/2025), menambah total korban sejak Oktober 2023 menjadi 54.084 orang. Hanya 17 rumah sakit di Gaza yang masih berfungsi dengan kekurangan obat dan oksigen, sementara upaya gencatan senjata masih mandek.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rama
EditorRama
Follow Us