6 Orang Tewas akibat Serangan Bom Bunuh Diri di Masjid Pakistan

Jakarta, IDN Times - Sedikitnya 6 orang, termasuk ulama terkemuka, tewas akibat serangan bom bunuh diri di sebuah masjid di barat laut Pakistan pada Jumat (28/2/2025). Dua puluh lainnya dilaporkan mengalami luka-luka.
Masjid tersebut berada di dalam madrasah Darul Uloom Haqqania di kota Akora Khattak, provinsi Khyber Pakhtunkhwa. Serangan tejadi setelah salat Jumat dan diduga menargetkan Maulana Hamid-ul-Haq, kepala madrasah tersebut sekaligus pemimpin partai politik keagamaan Jamiat Ulema Islam-Sami (JUIS). Dia termasuk di antara korban tewas.
Dilansir dari BBC, putra Hamid-ul-Haq, Khuzaima Sami, mengatakan bahwa ratusan jamaah berada di aula utama masjid saat ledakan terjadi. Dia khawatir jumlah korban jiwa akan bertambah.
1. Kelompok ISIS diduga berada di balik serangan tersebut
Pemerintah mengecam serangan tersebut dan menyatakan belasungkawa kepada keluarga korban tewas.
“Tindakan terorisme yang pengecut dan keji tidak dapat menyurutkan tekad kami melawan terorisme,” kata Perdana Menteri Shehbaz Sharif.
Belum ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab sejauh ini, namun para analis menduga afiliasi ISIS di Provinsi Khorasan (ISKP) berada di balik pengeboman tersebut.
“Mengingat simbolisme madrasah ini dan sejarahnya, kemungkinan besar serangan tersebut dilakukan oleh ISKP. Kelompok ini memiliki perbedaan ideologi dengan Taliban Afghanistan dan pendukungnya, yang menganut mazhab Deobandi,” kata Ihsanullah Tipu, seorang analis keamanan yang berbasis di Islamabad, dilansir dari Al Jazeera.
2. Ayah Hamid-ul-Haq dibunuh pada 2018
Madrasah Darul Uloom Haqqania, yang didirikan pada 1947, pernah dipimpin oleh Maulana Sami-ul-Haq, ayah Hamid-ul-Haq, yang kerap dijuluki sebagai “Bapak Taliban”. Sami-ul-Haq tewas akibat serangan pisau di Rawalpindi pada 2018.
Hamid-ul-Haq menjadi wakil rektor madrasah tersebut dan presiden JIUS setelah kematian ayahnya. Mantan anggota Majelis Nasional Pakistan ini juga memimpin delegasi ulama ke Afghanistan tahun lalu, di mana dia bertemu dengan pemimpin senior Taliban Abdul Kabir.
Ia pernah menyerukan agar Pakistan mengakui pemerintahan Taliban Afghanistan setelah kelompok tersebut kembali berkuasa pada Agustus 2021.
Lebih dari 4 ribu siswa terdaftar di madrasah ini. Banyak tokoh terkemuka Taliban Afghanistan, seperti Menteri Dalam Negeri sementara Sirajuddin Haqqani dan Menteri Luar Negeri sementara Amir Khan Muttaqi, merupakan alumni lembaga tersebut.
3. Teror kerap terjadi di Khyber Pakhtunkhwa
Tipu, salah satu pendiri portal riset keamanan The Khorasan Diary, menyoroti dampak signifikan dari serangan terhadap madrasah tersebut dan kematian Hamid-ul-Haq.
“Madrasah ini memiliki ikatan sejarah yang mendalam dengan Taliban Afghanistan. Banyak siswanya yang berperang melawan pasukan AS dan NATO di Afghanistan, dan penguasa Afghanistan saat ini secara aktif menindak ISKP di negara mereka,” ujarnya.
Menurut Tipu, konflik antara Taliban Afghanistan dan ISKP terjadi baik di medan perang maupun dalam ranah ideologi. Taliban, yang menganut Islam Sunni dan mengikuti mazhab Deobandi, melabeli ISKP sebagai “Takfiris”, yang berarti keluar dari Islam.
"Serangan ini, yang menargetkan sebuah masjid pada Jumat, kemungkinan akan dimanfaatkan oleh Taliban Afghanistan dan para pendukungnya untuk memperkuat klaim bahwa ISKP bukan bagian dari Islam," tambahnya.
Khyber Pakhtunkhwa telah menyaksikan banyak serangan terorisme dalam beberapa tahun terakhir. Pada Januari 2023, serangan bom bunuh diri di sebuah masjid di kota Peshawar menewaskan lebih dari 100 orang.
Pada Juli 2023, rapat umum politik yang diselenggarakan oleh Jamiat Ulema Islam-Fazl (JUIF), faksi rival JUIS yang menganut mazhab Deobandi, juga diserang di distrik Bajaur. Hampir 60 orang tewas akibat serangan bom tersebut.