Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Trump Bagikan Video AI Kontroversial soal Masa Depan Gaza

PM Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden AS Terpilih Donald Trump. (commons.wikimedia.org/ The White House)

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, membagikan video yang dibuat menggunakan kecerdasan buatan (AI) di media sosial Truth Social pada Selasa (25/2/2025). Video tersebut menampilkan transformasi Gaza dari wilayah konflik menjadi resor mewah bergaya Riviera yang diberi nama "Trump Gaza".

Video kontroversial ini muncul ditengah rencana Trump untuk mengusir 2,1 juta warga Palestina dari Gaza. Berdasarkan rencana tersebut, Gaza akan diambil alih AS dan diubah menjadi kawasan wisata. Rencana ini mendapat penolakan dari Mesir dan Yordania.

1. Video tampilkan Trump-Netanyahu bersantai di pantai Gaza

Video tersebut menggambarkan anak-anak Palestina berjalan dari puing-puing menuju gedung pencakar langit di pantai Gaza. Video memuat berbagai adegan aneh dan kontroversial yang diiringi musik tarian. Salah satu adegan termasuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertelanjang dada di pantai dan adanya penampakan para penari berjanggut.

Sebuah patung emas raksasa Trump berdiri di tengah kota. Elon Musk juga muncul dalam video sedang menyantap makanan Timur Tengah. Ia juga tampil menari di pantai sembari dihujani uang dolar AS. Video diakhiri dengan adegan Trump dan Netanyahu bersantai menikmati minuman di pantai.

Menanggapi video tersebut, juru bicara Gedung Putih, Anna Kelly, menyatakan Trump memiliki pandangan visioner.

"Rencana Presiden Trump yang melibatkan AS dalam renovasi Gaza akan memberi kesempatan bagi warga Palestina untuk tinggal di komunitas baru yang indah sambil memperbaiki kondisi Gaza untuk generasi mendatang," kata Kelly, dilansir NPR.

Kehadiran patung emas Trump dalam video menuai kritik dari pendukungnya sendiri, terutama dari kalangan Kristen. Banyak yang menyebut patung tersebut sebagai simbol anti-Kristus. Beberapa pengguna Truth Social juga menilai konten video tidak pantas.

2. Hamas kecam video yang dibagikan Trump

Hamas langsung mengecam video kontroversial yang dibagikan Trump tersebut.

"Video ini merendahkan dan menunjukkan mentalitas kolonial rasis. Mereka berusaha menutupi kenyataan dan membenarkan kejahatan Israel yang didukung Amerika," tutur Direktur Jenderal Kantor Media Pemerintah Hamas di Gaza, Ismail Al-Thawabtah.

Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) juga menolak usulan Trump.

"Tidak akan ada resor atau Riviera Timur Tengah atau apa pun itu. Ini adalah tanah leluhur dan orang tua kami. Banyak darah telah tercurah untuk mempertahankannya," ujar anggota komite eksekutif PLO, Wassel Abu Yousuf, dilansir CNN. 

Warga Gaza mengungkapkan kemarahan terhadap video tersebut. Mohamed Abdelrahman menyatakan tidak tertarik dengan iming-iming patung dan uang. Ia hanya ingin membangun kembali rumah mereka secara mandiri.

3. Negara Arab siapkan rencana alternatif untuk Gaza

sudut Kota Gaza. (unsplash.com/emad_el_bayed)

Para pemimpin negara Arab akan bertemu di ibu kota Mesir, Kairo, pada 4 Maret mendatang. Pertemuan ini bertujuan membahas rencana alternatif untuk Gaza. Rencana tersebut kemungkinan akan disampaikan kepada Trump dalam waktu dekat.

Penasihat diplomatik Presiden UEA, Anwar Gargash, menilai Gaza membutuhkan rencana pembangunan yang berani. Menurutnya, rencana tersebut harus disusun jelas hingga tahap pembentukan negara Palestina yang merdeka.

Netanyahu mendukung rencana kepemilikan Gaza oleh Trump. PM Israel itu berulang kali menolak prospek pendirian negara Palestina. Namun, hasil jajak pendapat CNN menunjukkan hanya 13 persen warga AS yang mendukung rencana Trump.

Mesir telah memimpin upaya perumusan rencana alternatif untuk Gaza. Mesir mengklaim rencana tersebut membutuhkan waktu tiga tahun dan biaya 20 miliar dolar AS (sekitar Rp328 triliun). 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Leo Manik
EditorLeo Manik
Follow Us