Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Afliasi Al-Qaeda Mengaku Dalang Serangan di Pangkalan Militer Mali

Ilustrasi teroris. (Unsplash.com/TheDigitalWay)
Ilustrasi teroris. (Unsplash.com/TheDigitalWay)

Jakarta, IDN Times - Jama'at Nusrat al-Islam wal Muslimeen (JNIM), sebuah kelompok teroris di Mali yang berafliasi dengan Al-Qaeda, pada Sabtu (23/7/2022), mengaku sebagai dalang atas dua serangan di pangkalan militer tentara Mali baru-baru ini.

JNIM melakukan serangan ini sebagai respons atas kerja sama pemerintah Mali dengan Wagner Group, sebuah kelompok tentara bayaran dari Rusia.

1. Teroris menggunakan bom mobil

Ilustrasi Detonator Bom (IDN Times/Mardya Shakti)
Ilustrasi Detonator Bom (IDN Times/Mardya Shakti)

Melansir Anadolu Agency, serangan pada hari Jumat terjadi di pangkalan militer di Kati, yang hanya berjarak hanya sekitar 15 kilometer dari ibu kota Mali, Bamako. Penyerangan dimulai pada pagi hari dengan menyerbu menggunakan dua kendaraan yang penuh dengan bahan peledak.

Akibat serangan itu, seorang tentara tewas dan enam orang lainnya terluka.  Tentara Mali yang menanggapi serangan, menembak mati tujuh teroris dan menangkap delapan lainnya.

Sejak 2012 Mali telah mengalami kekacauan akibat ulah para teroris dan berupaya membasmi mereka. Serangan kali ini merupakan pertama kalinya menargetkan sebuah kamp militer yang berada sangat dekat dengan ibu kota.

Sehari sebelum serangan di Kati, juga terjadi serangan terkoordinasi terhadap pangkalan militer di Mali tengah, menewaskan satu tentara dan 15 lainnya terluka.

2. Teroris marah atas kerja sama Mali dengan tentara bayaran

Ilustrasi teroris (IDN Times/Mardya Shakti)
Ilustrasi teroris (IDN Times/Mardya Shakti)

Melansir Reuters, JNIM, afliasi lokal kelompok Al Qaeda di Mali, mengeluarkan pernyataan yang mengklaim bahwa cabang Katiba Macina bertanggung jawab atas serangan di Kati.

Dalam pernyataannya JNIM menjelaskan bahwa bom mobil berhasil diledakan oleh seorang pejuang Mali di gerbang pangkalan dan satu bom mobil lainnya berhasil diledakan seorang pejuang dari Burkina Faso di dalam pangkalan, yang memungkinkan anggota lainnya dapat memasuki pangkalan.

"Kami mengatakan kepada pemerintah Bamako: jika kamu memiliki hak untuk menyewa tentara bayaran untuk membunuh orang tak bersalah yang tak berdaya, maka kami memiliki hak untuk menghancurkan kamu dan menargetkan kamu," kata JNIM dalam pernyataanya.

JNIM, secara terpisah pada Sabtu juga mengaku bertanggung jawab atas serangan pada Kamis.

3. Keberadaan tentara bayaran dari Rusia di Mali

Ilustrasi personel militer. (Pexels.com/Pixabay)
Ilustrasi personel militer. (Pexels.com/Pixabay)

Sejak tahun lalu, ratusan tentara bayaran Rusia dari Wagner telah memasuki Mali. Pemerintah Mali telah mengakui adanya kesepakatan dengan Wagner, yang dimotivasi oleh penarikan pasukan Prancis dari Mali.

Namun, kehadiran tentara bayaran itu telah dituduh oleh kelompok hak asasi manusia dan penduduk setempat melakukan pelanggaran kemanusiaan, khususnya dugaan kejahatan terhadap etnis Fulani.​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​

Pemerintah Mali telah membantah adanya pelanggaran dan menyampaikan bahwa personel Wagner di Mali hanya sebagai instruktur dari militer Rusia daripada kontraktor keamanan swasta. Mengenai tuduhan pelanggaran hak asasi manusia pihak Wagner belum memberikan tenggapan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us