Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Antisipasi Flu Burung, Australia Akan Kucurkan Dana Rp997 Milyar 

Bendera Australia. (Pexels.com/Hugo Heimendinger)
Bendera Australia. (Pexels.com/Hugo Heimendinger)

Jakarta, IDN Times - Australia akan menggelontorkan dana tambahan sebesar 95 juta dolar Australia (sekitar Rp997,8 milyar) untuk mengantisipasi penyakit flu burung (avian influenza). Virus tersebut telah menyebar melalui populasi burung dan mamalia di seluruh dunia, namun belum mencapai benua tersebut.

"Pendanaan baru itu merupakan tambahan dari lebih dari 1 miliar dolar Australia (Rp10,5 triliun) yang dibelanjakan untuk memperkuat ketahanan hayati Australia," kata Menteri Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Julie Collins pada Minggu (13/10/2024), dikutip dari The Straits Times.

1. Upaya Australia menghadapi virus flu burung

Collins mengungkapkan, strain flu burung tersebut menimbulkan ancaman nyata dan signifikan terhadap sektor pertanian Australia. Selain itu, dampak yang dialami tahun ini akibat wabah jenis flu burung patogenik lainnya menyoroti pentingnya investasi berkelanjutan dalam kesiapsiagaan nasional.

Australia membentuk gugus tugas di berbagai departemen pemerintah dan menguji kesiapannya pada Agustus dan September dengan serangkaian latihan, simulasi wabah H5N1 pada satwa liar.

Canberra juga sedang mengembangkan opsi untuk menguji burung pantai untuk mengetahui adanya penyakit, memvaksinasi spesies yang rentan, dan menuyusun rencana tanggap terkait virus tersebut.

Walaupun Australia telah mengalami banyak wabah strain flu burung yang sangat patogenik pada kawanan unggas, termasuk pada awal tahun ini, strain tersebut adalah jenis yang kurang ganas dan tidak menyebar melalui burung liar, Reuters melaporkan.

Selama 2024, Australia menghadapi tiga wabah flu burung yang terjadi secara paralel. Namun, masing-masing melibatkan jenis virus yang berbeda, dan tidak ada satupun yang berjenis H5N1.

2. Flu burung dikhawatirkan menyerang spesies yang hampir punah di Australia

Ilustrasi Gedung Opera Sydney di Australia. (pexels.com/Brett Stone)
Ilustrasi Gedung Opera Sydney di Australia. (pexels.com/Brett Stone)

Oceania merupakan kawasan terakhir di dunia yang terbebas dari virus flu burung H5N1 clade 2.3.4.4b yang telah membunuh ratusan juta burung dan puluan ribu mamalia sejak muncul di Asia, Eropa, dan Afrika pada 2020. Imbasnya, mengotori pantai dengan bangkai burung dan mengganggu industri pertanian.

Kendati kawasan tersebut sedikit terlindungi secara geografis karena wilayahnya yang jauh dari rute migrasi burung besar seperti angsa yang menyebarkan infeksi, namun virus flu burung telah mendekat, yang mana mencapai Indonesia pada 2022 dan Antartika pada 2023.

Para ilmuwan dan pejabat mengatakan ada risiko lebih tinggi burung tersebut tiba di Australia bersama burung pantai migrasi yang lebih kecil di musim semi di belahan Bumi Selatan pada September-November.

Sementara itu, para pejabat khawatir kematian massal akibat flu burung dan bahkan hampir punahnya sejumlah spesies. Ini termasuk singa laut yang terancam punah, angsa hitam, dan banyak jenis burung laut, serta hilangnya jutaan unggas ternak.

3. Virus flu burung sangat jarang menginfeksi manusia

Ilustrasi ternak ayam. (unsplash.com/Ben Moreland)
Ilustrasi ternak ayam. (unsplash.com/Ben Moreland)

Wabah virus ini tidak menimbulkan risiko bagi kesehatan manusia. Flu burung adalah penyakit virus menular pada unggas, yang tidak umum terdeteksi pada manusia.

Terdapat banyak jenis flu burung dan sebagian besar dinyatakan tidak menginfeksi manusia. Beberapa subtipe, termasuk H5N1, lebih mungkin menyebabkan penyakit dan kematian pada unggas.

Australia melaporkan pada mei bahwa kasus pertama flu burung H5N1 pada manusia terdeteksi pada seorang anak yang menurut pihak berwenang negara bagian Victoria telah terinfeksi di India, dan telah pulih sepenuhnya.

Virus avian influenza telah menginfeksi ternak di Amerika Serikat (AS). Menurut Council of Foreign Relations, lebih dari 100 juta ayam dan kalkun telah mati atau dimusnahkan di negara itu akibat virus H5N1. Hal ini menyebabkan kerugian ekonomi hingga 3 miliar dolar AS (Rp46,7 triliun) pada akhir tahun lalu.

Virus tersebut membunuh sekitar 50 ribu anjing laut dan singa laut, serta lebih dari setengah juta burung liar, ketika virus ini menyebar ke Amerika Selatan pada awal tahun 2022.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rahmah N
EditorRahmah N
Follow Us