Armenia Tangkap Puluhan Demonstran yang Protes Penyerahan Wilayah

Jakarta, IDN Times - Polisi Armenia pada Senin (13/5/2024) mengatakan bahwa mereka telah menahan sedikitnya 88 orang yang berusaha memblokir jalanan di ibu kota, sebagai bagian dari protes terhadap rencana pemerintah untuk menyerahkan tanah kepada Azerbaijan.
Pemerintah Armenia bulan lalu setuju untuk menyerahkan wilayah yang dikuasainya sejak 1990-an dan telah memulai upaya penetapan batas wilayah. Keputusan itu diambil sebagai upaya untuk mencapai kesepakatan damai dengan Baku dan menghindari konflik berdarah lainnya.
1. Protes telah berlangsung berminggu-minggu
Penyerahan wilayah tersebut telah memicu protes selama berminggu-minggu, dengan para demonstran memblokir jalanan utama dalam upaya memaksa Perdana Menteri Nikol Pashinyan mengubah keputusannya.
Oposisi di parlemen juga mengatakan bahwa mereka akan mencoba memulai proses pemakzulan terhadap Pashinyan. Meski demikian, partai Kontrak Sipil yang dipimpin oleh perdana menteri itu masih memegang mayoritas di parlemen, dan tampaknya tidak bersedia untuk memisahkan diri dari Pashinyan.
Seorang tokoh agama senior Armenia, Uskup Agung Bagrat Galstanyan, memimpin pengunjuk rasa ke Yerevan pekan lalu, setelah berjalan selama beberapa hari sejauh sekitar 160 km dari sebuah desa di timur laut negara itu. Ia menyerukan pengunduran diri Pashinyan, dan mendorong demonstran untuk memulai tindakan pembangkangan sipil yang berupaya menggulingkan pemerintah, dilansir DW.
2. Ratusan orang bergabung dalam demonstrasi
Galstanyan mendesak demonstran untuk membanjiri jalan-jalan di Yerevan pada Senin sebagai bentuk penolakan baru terhadap kesepakatan tersebut. Ratusan orang dilaporkan bergabung dalam demonstrasi tersebut.
Kementerian Dalam Negeri Armenia mengatakan bahwa total 151 orang telah ditahan sejauh ini pada Senin. Pengunjuk rasa juga gagal disebut gagal menutup jalan-jalan di Yerevan.
3. Penyerahan wilayah merupakan bagian dari upaya mencapai perdamaian
Armenia dan Azerbaijan, dua bekas negara Uni Soviet di Kaukasus selatan, terlibat perselisihan mengenai wilayah yang disengketakan, terutama Nagorno-Karabakh, sejak beberapa dekade. Nagorno-Karabakh merupakan daerah yang didominasi oleh etnis Armenia, namun diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan.
Pada September 2023, Azerbaijan merebut kembali Nagorno-Karabakh dalam serangan kilat terhadap separatis Armenia yang menguasai wilayah tersebut. Hal ini kemudian mendorong eksodus hampir seluruh penduduk Armenia di wilayah tersebut.
Sejak itu, kedua negara kembali melakukan upaya baru untuk mencapai perdamaian. Sebagai bagian langkah tersebut, Pashinyan telah setuju untuk menyerahkan kendali atas empat desa Azerbaijan di wilayah Tavush yang direbut pasukan Armenia pada 1990an.